NovelToon NovelToon
Penghakiman Diruang Dosa

Penghakiman Diruang Dosa

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Misteri / Spiritual / Iblis / Menyembunyikan Identitas / Barat
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: R.H.

⚠️ *Peringatan Konten:* Cerita ini mengandung tema kekerasan, trauma psikologis, dan pelecehan.

Keadilan atau kegilaan? Lion menghukum para pendosa dengan caranya sendiri. Tapi siapa yang berhak menentukan siapa yang bersalah dan pantas dihukum?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.H., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8. Buat Masalah Baru Rafael

Aku sedang membereskan meja pelanggan ketika ponselku tiba-tiba berdering. Kulirik layar—nomor tak dikenal. Awalnya aku enggan mengangkatnya, tapi siapa tahu penting.

"Permisi… apa ini dengan Pak Lion, adik dari Rafael?" suara lembut seorang perempuan terdengar dari ujung telepon.

Aku terdiam sesaat. Rasanya aneh saja mengaku punya hubungan dengan anak itu.

"Permisi, Pak Lion. Apa Anda mendengar suara saya?" lanjut suara perempuan itu, membuatku tersadar.

Aku menghela napas, lalu menjawab pelan

"Iya… ada apa, ya?" tanyaku penasaran. 'Jangan-jangan anak itu bikin onar?' pikirku.

"Maaf, saya wali kelas dari Rafael. Bisakah Anda datang ke sini? Ada hal penting yang perlu saya sampaikan," ucapnya.

Aku hanya berdehem malas lalu memutuskan telepon. Aku menghela napas kesal, lalu bergumam dalam hati, Baru kemarin aku izinkan dia tinggal di sini, sekarang sudah bikin masalah. Kalau dia lama-lama di sini, bisa-bisa bikin repot.

"Awas saja kalau kamu buat masalah, aku bakal usir kamu, anak kecil." gumamku sambil mengambil kunci motor. Aku segera pergi tanpa memberitahu Pak Broto. Lagi pula, akhir-akhir ini warung mie ayamnya memang sepi pembeli.

***

Aku berjalan santai di koridor sekolah. Banyak siswa-siswi berkeliaran, tampaknya sedang jam istirahat. Hampir semua mata menatapku, seolah pesonaku yang tampan jadi pusat perhatian.

Langkahku terhenti di depan sebuah ruangan. Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan diri sebelum perlahan membuka pintu.

Di dalam, Rafael menatapku sambil menyunggingkan senyum tipis, memperlihatkan giginya. Dan ada seorang wanita duduk membelakangiku. Aku berdehem pelan, dan wanita itu langsung berbalik.

Jantungku berdetak kencang. Aku terpaku menatap wajahnya yang cantik. Dia menatapku dengan raut bingung. Tanpa memalingkan pandangan darinya, aku duduk di samping Rafael.

Aku mencoba tenang, baru kali ini aku merasa canggung berhadapan dengan seorang wanita. Kecuali jika bersama dengan mangsaku.

"Rafael kenapa? Apa dia buat masalah?" tanyaku hati-hati.

Wanita itu—panggil saja Rina—menghela napas panjang lalu menoleh ke Rafael sambil menggeleng.

Setiap gerakan kecil darinya seolah bisa kubaca, dan entah kenapa aku merasa aneh… sekaligus canggung.

"Tidak. Saya memanggil Anda ke sini karena Rafael mengalami bullying di sekolah. Bukan berarti saya membiarkan pelaku bebas, tapi… mereka anak-anak pejabat dan memiliki kekuasaan. Jadi saya harap kejadian ini tidak terulang dan tidak merugikan Rafael. Akan lebih baik kalau Rafael dipindahkan ke sekolah lain," jelas Rina.

Aku terdiam, lalu menatap Rafael penuh selidik. Dia hanya tertawa canggung. "Tidak usah khawatir. Rafael akan baik-baik saja," jawabku tenang sambil menatap Rina.

Rina tampak melotot tak percaya. Rafael tersenyum kecil di sampingku. "Baik. Jika itu keputusan Anda," ucapnya, tersenyum paksa.

Aku berdiri, diikuti Rafael yang sudah meraih tasnya. Tanpa berpamitan, aku mengepit leher Rafael dan keluar dari ruangan. Dari sudut mataku, kulihat Rina menatap bingung.

Jujur saja, tadi saat berbicara dengannya… aku sangat gugup.

Di lorong sekolah aku berjalan dengan tatapan dingin. Siswa-siswi yang tadi berkeliaran kini sudah kembali ke kelas masing-masing. Di belakangku, Rafael mengikuti dengan langkah ringan.

"Paman… paman…" panggilnya antusias. Aku yang malas menanggapi hanya terus berjalan, pura-pura tidak mendengar.

"Aku tahu, pasti paman suka Bu Rina, kan? Aku tahu… soalnya tadi aku lihat paman gugup," bisiknya nakal.

Aku melotot tak percaya, menoleh sekilas padanya dengan tatapan datar. Dalam hati, aku berusaha tetap tenang, tidak mau menunjukkan ekspresi berlebihan.

"Jujur aja, Paman… nanti aku bisa bantu Paman deket sama Bu Rina," bisiknya lagi sambil menggodaku.

Aku menghela napas panjang, separuh kesal, separuh malas percaya. Akhirnya, aku mempercepat langkah, meninggalkan Rafael yang masih saja mengekor di belakangku seperti ekor yang tak mau lepas.

"Awas aja, aku bakal kasih pelajaran sama kamu. Baru sehari aja udah bikin maslah." Gumamku kesal.

1
dhsja
🙀/Scowl/
Halima Ismawarni
Ngeri au/Skull//Gosh/
R.H.: ngeri sedap-sedap au/Silent//Facepalm/
total 1 replies
Halima Ismawarni
seru
R.H.
Slamat datang di cerita pertama ku/Smile/ Penghakiman Diruang Dosa, semoga teman-teman suka sama ceritanya/Smile/ jangan lupa beri ulasan yang menarik untuk menyemangati author untuk terus berkarya/Facepalm/ terimakasih /Hey/
an
lanjut Thor /Drool/
an
lanjut Thor
an
malaikat penolong❌
iblis✔️
dhsja
keren /Hey/
dhsja
keren /Hey/
dhsja
Lanjut /Smile/
dhsja
Keren😖 lanjut Thor 😘
diylaa.novel
Haloo kak,cerita nya menarik
mampir juga yuk ke cerita ku "Misteri Pohon Manggis Berdarah"
R.H.: terima kasih, bak kak😘
total 1 replies
Desi Natalia
Ngangenin
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!