Tetangga Berjodoh

Seiring berjalannya waktu saling menerima itu bukan hal yang sulit, menyatukan sesuatu yang belum pas, hingga akhirnya menjadi cocok. Cinta karena terbiasa, atau jalani saja dulu sampai nyaman itu singgah dan sulit enyah.

Kalau dipikir-pikir hubungan ini masih banyak sekali kurangnya, dipaksa menyatu oleh akad kalau ditengah jalan tidak menemukan serasi lalu harus bagaimana?

Sadar kalau hubungan ini akan menemukan banyak hal terjal di depan nanti, untuk itu kita samakan apa yang beda, atau setidaknya kita saling menerima agar tidak berselisih jalan di depan nanti. Irsan adalah nahkodanya, jangan sampai tenggelam, kisah ini baru saja di mulai. Semoga cuacanya selalu indah.

***

"Jika kamu bosan di rumah ikut aku saja ke restoran atau kamu pergi ke rumah Mamah."

Semenjak menjadi istri tugasnya hanya melayani kebutuhan suami dan mengurus rumah beserta isinya. Sejujurnya dia ingin bekerja, namun masih belum mengumpulkan niat yang kuat.

"Aku takut mengganggu kamu kerja, di restoran semua orang selalu sibuk dengan pekerjaannya. Aku di rumah saja, nanti kalau aku bosan aku pergi ke rumah Mamah, atau kumpul sama teman-teman."

"Baiklah kalau begitu, nanti hubungi aku kalau kamu mau dijemput. Jangan lupa kunci pintu dan gerbang rumah kalau kamu keluar."

"Iya, Bang."

"Yasudah, Aku pamit ke restoran dulu. Pulangnya kalau mau dibawakan makanan wa atau telpon saja."

"Iya suamiku, kamu bawel sekali. Kalau aku menginginkan sesuatu orang pertama yang aku hubungi adalah kamu."

"Baiklah kalau seperti itu." Kecupan manis itu mendarat di dahi Alma dengan manisnya. Hal tersebut menjadi rutinitas yang selalu dilakukan tanpa terlewat.

Suasana rumah kembali sepi, Irsan akan kembali sore nanti bahkan malam hari kalau pekerjaannya cukup banyak. Beberapa kali irsan pun sempat menginap karena ada perjalanan bisnis ke luar kota.

Hari ini Alma benar-benar malas gerak, aktivitas yang ia lakukan sejak tadi adalah menonton drama kesukaannya, sesekali membuka aplikasi yang ada di hape untuk sekadar membalas pesan, atau melihat postingan orang-orang.

Alma benar-benar sudah tidak betah di dalam rumahnya, dia mulai bosan dengan drama yang ditontonnya. Akhirnya dia memutuskan untuk menghubungi salahsatu temannya untuk datang ke rumah, menemani dirinya yang kesepian.

Tak butuh waktu berjam-jam, teman Alma yang bernama Dewi itu sudah datang, atas undangan tuan rumah.

"Pasti gua suruh jadi baby sitter bayi bajang, Iya kan? harusnya gajinya udah UMR ini. Belum lagi panggilannya selalu dadakan ga kenal waktu." Dewi adalah teman dekat Alma dari zaman SMP sampai sekarang keduanya lulus kuliah.

"Gitu aja terus. Kamu harus bersyukur kalau aku masih hubungi kamu buat nemenin aku. Kamu juga manusia pengangguran nggak jauh beda."

Hari ini keduanya memutuskan untuk pergi ke sebuah Mall dan akan menonton film terbaru yang belum lama tayang. Alma sudah izin suaminya, jadi tidak akan menjadi masalah di kemudian hari.

Setelah menonton Alma dan Dewi memilih kafe terdekat yang ada di dalam Mall.

"Ma, lu nggak berniat kerja atau buka usaha? sayang kali kalau ijazah nggak dipake. "

Dewi bertanya pada sahabatnya yang saat ini masih asik menjalani peran baru sebagai ibu rumah tangga.

"Untuk saat ini aku masih betah ngurus rumah dan suami, nggak tahu deh kalau kedepannya gimana."

"Jangan terlalu bergantung sama suami Al. Kita nggak tahu masa depan kaya apa, seenggaknya kalau lo udah kuat dan mandiri sejak awal semuanya akan membantu lo. Gua sebagai sahabat menginginkan yang terbaik untuk kebahagiaan lo, doa gua juga selalu sama biar lo selalu bahagia. "

Persahabatan mereka memang begitu mengharukan, dulu saat masih zaman sekolah kalau ada yang membully atau mengusili Alma, Dewi yang akan jadi pahlawannya. Sejak saat itu keduanya tidak bisa dipisahkan bahkan sampai detik ini.

"Aku selalu terharu sama kata-kata kamu. Sikap dan perlakuan kamu sama aku nggak berubah dari dulu. Terima kasih ya sudah jadi sahabat aku dalam setiap keadaan, aku nggak tahu cara balasnya gimana ."

"Nggak usah lebay Al. Aku kaya gini sama kamu itu tulus. Jadi pliss hidup dengan baik, jangan buat aku khawatir. "

"Ahhh soswittt, kamu mau nggak jadi kakak ipar aku, aku akan sangat bahagia kalau kamu mau jadi kakak ipar aku. Meskipun bang Alvin menyebalkan percayalah kalau dia laki-laki baik."

Setiap Dewi melakukan sebuah hal yang menurut Alma luar biasa maka gadis itu akan menghadiahi sang kakak kepada sahabatnya. Dewi bahkan sudah hapal dengan kelakuan Alma.

"Ogahh ah, abang lu cemen gitu pasti nggak asik kalau jadi suami. Pokonya untuk ke sejuta kali gua tolak haha."

"Sombong banget, abang aku ganteng tau, baik hati dan tidak sombong minesnya rada nyebelin dikit. "

Dewi hanya tertawa menanggapi candaan Alma, padahal sejak dulu Alma memang sungguh-sungguh ingin menjodohkan Dewi dan abangnya, hanya saja keduanya selalu menolak dengan alasan tidak akan cocok padahal belum pernah mencoba.

"Alma ucapan gua yang tadi bukan gurauan. Lu harus pikirin apa yang harus lo lakuin setelah ini. Mengurus rumah tangga memang menyenangkan tapi lu juga harus punya sayap sendiri buat terbang."

"Iya, Wi. Aku akan pikirin saran dari kamu, untuk sekarang aku menikmati peran ini, jadi nggak apa-apa kalau aku berbuat yang terbaik dulu untuk kehidupanku yang masih baru ini." Dewi hanya menganguk, ia tersenyum bahagia ternyata Alma tidak semanja yang ia bayangkan saat menjalani kehidupan berumah tangga.

"Seru ya, Al? gua seneng ngeliat lo senang. Pokonya kalau lo butuh temen cerita atau apapun gua bersedia Al. Lo jangan ngerasa sendiri seperti zaman sekolah dulu, lo boleh pendiam di mata orang-orang, tapi jangan buat gua dan keluarga inti lo. Lo harus terbuka,Al. pokoknya jangan ngerasa sendiri"

Alma hanya menganguk, ia beruntung memiliki Dewi sebagai sahabat. Hubungan mereka tulus tidak ada yang saling memanfaatkan.

"Kamu juga harus bahagia,Dewi. Aku pun selalu berdoa untuk kebahagiaan kamu termasuk kamu berjodoh dengan abangku haha."

"Haha nggak mempan Al. gua mau cari jodoh sendiri"

"Ketulah baru tahu."

Hari itu keduanya benar-benar menikmati waktu bersama, saling bercerita, bercanda dan melakukan banyak hal lainnya. Sore harinya Alma baru kembali ke rumah dan Irsan sudah berada di rumah lebih dulu.

"Abang sudah pulang sejak tadi?." Tanya Alma setelah melihat mobil irsan terparkir di depan.

"Tadi sebelum ashar, Al. Kerjaan abang nggak terlalu banyak, jadi abang memutuskan pulang cepat."

"Oh gitu, yasudah. Abang sudah makan?"

"Sudah, abang lapar jadi makan lebih dulu, tadi bawa masakan dari restoran. Kamu pasti nggak masak kan?" Alma hanya menganguk.

"Abang, kalau aku kerja gimana?." Irsan yang sedang fokus pada hapenya melihat ke arah sang istri.

"Terserah kamu, tapi kalau mau di rumah juga nggak apa-apa, abang masih sanggup biayain kamu "

**