NovelToon NovelToon
Sukses Setelah Disepelekan

Sukses Setelah Disepelekan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Spiritual / Berbaikan / Ibu Mertua Kejam
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: FAMALIN

Wanita yang sering menangis dalam sujudnya, dia adalah Syifa Salsabila, seorang istri yang selalu dihina dan direndahkan ibu mertua dan saudara iparnya lantaran ia hanya seorang ibu rumah tangga tanpa berpenghasilan uang membuatnya harus berjuang. Dengan kesabaran dan perjuangannya yang tak kenal lelah akhirnya kesuksesan pun berpihak padanya. Akankah ia balas dendam setelah menjadi sultan? ...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FAMALIN, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 8

"Hiks, hiks ..." Syifa masih melanjutkan tangisannya dipelukan sang suami.

"Coba besok Mas tanya sama teman-teman barangkali ada info tentang rumah yang dikontrakkan,"

"Heum,"

"Oya kata bapak tadi, kamu belum makan nasi ya?"

Syifa menggelengkan kepalanya dengan pelan.

"Kenapa? apa perutnya masih terasa mual?"

"Ya. Aku takut kalau makan yang berat-berat nanti muntah lagi,"

"Tapi anak kita kan juga butuh nutrisi, Sayang. Kamu nggak kasian?"

"Tadi aku sudah makan roti, madu dan susu kok, Insyaa Allah dedek bayinya aman,"

"Tapi itu belum cukup untuk memenuhi kebutuhan kalorinya, pokoknya sekarang kamu harus makan! Mas akan menuruti apapun makanan yang kamu inginkan."

"Aku ingin makan nasi soto kwali di dekat tempat kerjaku dulu, gimana?"

"Okay, Mas kesana sekarang untuk membukusnya,"

"Nggak usah, aku ingin kita makan ditempatnya langsung seperti awal kita bertemu, he he ..."

"Oh kamu ngidam kita nostalgia ya, Sayang?"

"Entah mengapa aku ingin kita makan di warung tenda di bawah sinar rembulan sambil duduk lesehan, bisa melihat bintang-bintang berkelipan di langit, uunncch ... Kayaknya indah banget deh, Mas."

"Okay, okay. Sekarang Mas mandi dulu dan kamu sekarang siap-siap gih!"

"Tapi aku juga belum mandi, malas keluar kamar. Entah mengapa di kehamilanku ini, aku jadi sensitif, Mas. Dengar kata kasar sedikit langsung sedih,"

"Itu wajar, Sayang. Mas pernah membaca artikel tentang psikologis ibu hamil kebanyakan memang gitu, moodnya gampang berubah. Makanya itu Mas ingin secepatnya membawamu keluar dari rumah ini supaya kamu lebih tenang."

"Maaf ya, Mas. Bukannya aku nggak bisa tinggal bersama dengan keluargamu tapi ..." Syifa tidak melanjutkan ucapannya, ia langsung menunduk dengan rasa sedih.

"It's okay, Sayang. Mas bisa mengerti tentang itu, Dalam islam menantu perempuan memang tidak disarankan tinggal satu rumah dengan mertua, alasannya ya karena ini untuk mengurangi konflik apabila terjadi ketidakcocokan, dan Mas paham betul dengan kewajiban-kewajiban Mas sebagai suami yang harus mendahulukan hak-hak kenyamanan istri."

"Uunncch, ini lah sikap Mas yang dulu membuatku jatuh cinta, selalu bijak dalam hal apapun."

"Dan Mas pun juga jatuh cinta padamu karena kamu adalah wanita yang lembut, tutur katanya sopan dan ..."

"Dan apa?"

"Pandai menjaga kehormatan. Di saat para wanita cantik berlomba-lomba bersolek untuk memamerkan kecantikannya, kamu justru memilih menjaga pandangan dengan tetap terlihat natural di hadapan laki-laki, Dan Mas sangat bangga dengan sikapmu itu, Sayang."

"Karena wanita itu fitnah terbesar bagi laki-laki, Mas. Maka jangan salahkan jika dulu sebelum kita menikah aku terlalu sombong dan cuek kepadamu."

"Ya. Kamu itu definisi wanita yang mahal, ibarat bunga mawar yang tumbuh di pinggir jurang, harus ektra perjuangan untuk mendapatkannya, he he ..."

"Udah ah, jangan memujiku terus nanti malah nggak jadi-jadi mandi keburu Maghrib, Sayang."

"Ya. Yuk kita mandi bareng, he he ..."

"Nggak mau ah! malu sama yang lain,"

"Berarti nanti kalau kita sudah pindah rumah, mau?"

"Mungkin."

~

Sholat Maghrib usai, Syifa dan Fahri sudah bersiap ingin keluar rumah bersama.

"Pak, Bu. Fahri dan Syifa mau keluar sebentar ya," Pamitnya dengan suara lembut.

"Mau kemana sih? Katanya Syifa nggak kuat bangun dari ranjangnya kok malah mau pergi keluyuran??" jawab Rita dengan nada menuntut.

"Maaf, Bu. Malam ini saya ingin menghirup udara di luar sambil melihat bintang-bintang di langit."

"Lihat bintang dari halaman rumah kan juga bisa, kenapa harus pergi motoran berdua?? Apa nggak malah bikin masuk angin, muntah-muntah lagi dan semakin nyusahin orang dirumah ini?!"

"Bu, bisa nggak sih? kalau bicara pada istriku itu yang enak didengar gitu? Syifa kan lagi hamil moodnya lagi sensitif, Bu!" pinta Fahri.

"Kalau gitu nggak usah hamil! Daripada jadi beban tukang malas dan sensitifan!"

"Astaghfirullah, Ibu. Kalau nggak bisa berkata baik itu lebih baik diam! Dan Fahri, Syifa, udah sana pergi jangan denger perkataan ibumu!" sahut Harun.

"Baik, Pak. Kami pergi dulu." jawabnya lalu menggandeng tangan Syifa untuk segera pergi.

"Mas, kalau ibu memang tidak suka kita pergi keluar rumah, mending kita balik saja!"

"Maaf, Sayang. Mas tahu kamu tersinggung dengan ucapan ibu tadi, tapi tolong jangan di ambil hati, apalagi merusak mood kamu yang ingin makan berdua diluar,"

"Tapi ..."

"Udahlah, buruan naik! Nanti keburu sotonya habis!"

"Iya."

Sepanjang perjalanan Syifa hanya diam saja, tidak bisa dipungkiri jika ia tersinggung dengan ucapan sang ibu mertua yang selalu punya cara untuk menyakiti hatinya.

"Syifa ..." panggil Fahri sambil fokus berkendara.

"Iya, Mas?"

"Kok diam saja? Kamu masih kepikiran dengan ucapan ibu tadi ya?"

"Nggak, aku cuma ingin kita segera sampai di warung soto itu,"

"Yakin nggak bohong?"

"Udah lah, Mas! Bukannya tujuan kita keluar kan ingin menikmati suasana yang berbeda, jadi jangan mengingatkanku dengan yang dirumah terus!"

"Okay. Maaf, Sayang. Mas hanya takut kamu terbawa dengan suasana tadi,"

"Apakah warung sotonya masih jauh?"

"Sebentar lagi kita akan sampai, semoga kamu senang?"

"Heum,"

Duduk berdua di bawah sinar rembulan sambil menikmati semangkok soto kwali adalah kenangan terindah Syifa dan Fahri karena tempat itu adalah saksi bisu saat Fahri memantabkan hatinya untuk memilih Syifa menjadi istri sehidup sesurganya.

Dua jam berlalu, kini saatnya mereka sampai dirumahnya kembali dengan membawa 3 bungkus soto yang sama dan juga dilengkapi dengan lauk pauk lainnya.

"Bu, ini aku bawakan nasi soto untuk ibu, Bapak dan Dek Fani." kata Syifa menyampaikan pada Rita yang sedang duduk diruang tengah sambil menonton televisi sendirian."

"Apa, nasi soto? Ibu nggak doyan makan gituan!"

"Kalau gitu maaf, biar nanti dimakan Bapak dan dek Fani saja."

"Fani juga nggak doyan. Dengar ya, Syifa! Apabila kamu ingin membelikan makanan untuk ibu itu yang enak-enak, nasi bebek penyet kek atau nasi rendang gitu! Bukan nasi soto murahan!"

"Iya maaf, Bu. Saya masuk ke kamar dulu,"

"Bentar!"

"Iya, Bu?"

"Bawa ini soto murahan yang kamu beli, kami semua nggak doyan itu!" ujar Rita sambil melempar bungkusan plastik itu ke hadapan Syifa, alhasil bungkusan itu pecah sehingga kuahnya mengalir kemana-mana mengotori lantai.

Fahri kembali dari garasi setelah memarkirkan motornya. Ia melihat sikap Rita yang begitu kejam terhadap istrinya "Bu ..." Bentaknya dengan keras.

"Napa? ibu salah jika tidak menerima bungkusan soto murahan yang dibelikan istrimu ini??"

"Syif, apa Mas bilang, nggak usah bungkusin ibu makanan, kan kamu malah disakiti lagi??" kata Fahri sambil membantu Syifa membereskan tumpahan soto itu.

Syifa terdiam menunduk, kali ini hatinya benar-benar perih sampe tak terasa air matanya mengalir begitu saja.

1
Tình nhạt phai
Sudah nunggu dari kemarin-kemarin, ayo dong thor.
FAMALIN: Okay Kak .. Siap
inj baru nulis untuk bab 3
🙏🥰
FAMALIN: Okay Kak .. Siap
inj baru nulis untuk bab 3
🙏🥰
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!