NovelToon NovelToon
Permaisuri Bar Bar

Permaisuri Bar Bar

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Transmigrasi / Preman
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: ANWi

Zhao Yue, preman jalanan abad 21 yang menguasai pasar malam, hidup dengan moto " Kalau mau aman, jangan macam-macam denganku." Jago berkelahi, lidah pedas, dan aura menakutkan adalah ciri khasnya.

Suatu malam, setelah menghabisi geng saingan, ia dikepung dan dipukul keras di kepala. Saat tersadar, ia berada di ranjang keemasan dan dipanggil “Yang Mulia Permaisuri.” Kini, Zhao Yue berada di tubuh Permaisuri Xian Rong dari Dinasti Wei—istri kaisar yang dikenal lemah dan sakit-sakitan. Namun sejak roh preman masuk, sang permaisuri berubah menjadi galak, blak-blakan, dan barbar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ANWi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pasar + Kisah Cinta Pang Yi

Xian Rong berhenti di sebuah kios kain. Matanya berbinar saat melihat gulungan sutra berwarna biru laut.

“Ambil tiga gulungan ini,” ucapnya pada Jiang Hu. Salah seorang penjaga nya.

“Baik, Yang Mulia.” Jiang Hu langsung mengangkatnya, walau wajahnya mulai terlihat lelah.

Tidak berhenti di situ, Xian Rong melangkah ke kios berikutnya — kali ini penjual alat melukis. Satu set kuas halus dari bulu kelinci, tinta hitam pekat, dan kertas kaligrafi kualitas tinggi langsung dipesan. Pang Yi, yang berada di dekatnya, terpaksa menenteng bungkusan berat berisi kotak-kotak kayu berukir.

“Yang Mulia, barangnya sudah cukup banyak, mungkin—”

“Belum,” potong Xian Rong cepat. “Aku masih belum melihat kios perhiasan emas di ujung sana.”

Pang Yi hanya bisa mengangguk, walau keringatnya mulai bercucuran. Pandangannya sempat melirik pada Zhu Lang, yang berdiri tak jauh sambil memegang keranjang kecil berisi beberapa aksesori rambut.

Bagi Pang Yi, gadis ini (yang sebenarnya adalah Zhu Lang dalam penyamaran) tampak berbeda. Wajahnya tenang, matanya dalam, dan gerakannya anggun meski ada sedikit kaku seperti orang yang tidak terbiasa berjalan di keramaian. Semakin ia memperhatikan, semakin hatinya seperti tertarik.

Sementara itu, Mei dan Li Shan terlihat asyik di kios manisan. Mei menyuapkan permen wijen ke mulut pacarnya sambil tertawa.

“Manis, kan?”

“Tidak semanis kamu,” jawab Li Shan tanpa ragu.

Mei mendengus sambil menepuk bahunya, tapi pipinya memerah. “Dasar!”

Xian Rong yang melihat dari jauh hanya menggeleng. “Mereka itu kalau di medan perang bisa-bisa malah sibuk berpegangan tangan daripada mengangkat pedang,” gumamnya.

***

Di tengah keramaian, suara penjual perhiasan terdengar nyaring. “Kalung giok asli! Anting emas murni dari pengrajin istana!”

Xian Rong langsung melangkah ke sana. Tangannya memilih beberapa anting untuk dirinya, lalu tiba-tiba menoleh pada Zhu Lang. “Kau sini sebentar.”

Zhu Lang mendekat dengan hati-hati. “Apa?”

Xian Rong memegang sepasang anting giok berwarna hijau muda dan mengangkatnya ke telinga Zhu Lang. “Hm… cocok. Tapi kau tidak menindik telinga, ya?”

“Tidak perlu, Yang Mulia,” jawab Zhu Lang cepat, sedikit tegang.

Pang Yi yang berdiri di dekatnya tersenyum kecil. “Kalau tidak menindik, bisa dibuat gantungan pada pita rambutnya. Warna giok itu akan membuatnya terlihat lebih lembut.”

Zhu Lang melirik Pang Yi dengan tatapan waspada, tapi Xian Rong justru tertawa kecil. “Lihat? Bahkan Pang Yi setuju. Baiklah, bungkus ini juga.”

***

Setelah hampir satu jam berkeliling, belanjaan Xian Rong sudah seperti bawaan rombongan kafilah, ada kain, perhiasan, alat melukis, rempah-rempah, dan bahkan sebuah lukisan bunga peoni dari pelukis terkenal di pasar itu. Pang Yi dan Jiang Hu kewalahan, tapi tetap patuh.

Saat mereka hendak kembali, Pang Yi tiba-tiba berdeham dan menghampiri Zhu Lang. “Tunggu sebentar.”

Zhu Lang mengangkat alis. “Ya?”

Pang Yi membuka bungkusan kecil yang disembunyikannya di balik kantong bajunya. Di dalamnya ada sebuah jepit rambut berbentuk burung bangau dari perak, dengan detail sayap yang sangat halus.

“Aku melihat ini di kios tadi. Entah kenapa, aku merasa ini akan cocok untukmu.”

Zhu Lang terdiam, bingung antara menolak atau menerima. Sebagai siluman, ia jarang menerima hadiah dari manusia — apalagi dari seorang penjaga istana.

Xian Rong yang memperhatikan dari jauh tersenyum penuh arti. “Wah, Pang Yi, kau ini perhatian sekali pada pelayan baruku,” ujarnya dengan nada menggoda.

Pang Yi hanya tersenyum sopan. “Tidak apa-apa, Yang Mulia. Hanya sekadar tanda pertemanan.”

Mei yang baru bergabung dari kios manisan langsung melirik ke Zhu Lang. “Wah… seseorang dapat perhatian, nih.”

“Diam,” bisik Zhu Lang cepat, menahan malu dan sedikit kesal.

***

Dalam perjalanan pulang ke istana, suasana sedikit lebih tenang. Kereta kuda bergoyang lembut, dan suara roda berderit mengiringi. Xian Rong duduk di kursi utama, Mei di sebelahnya sambil memakan permen wijen. Zhu Lang duduk di seberang, memainkan jepit rambut hadiah Pang Yi.

“Lucu sekali bentuknya,” komentar Mei sambil mencoba meraih jepit itu. “Boleh aku lihat?”

Zhu Lang menahan sebentar, lalu menyerahkannya. “Hati-hati, itu rapuh.”

Mei memutarnya di tangan, kagum pada ukirannya. “Bangau… simbol panjang umur dan keberuntungan. Cocok sekali untukmu.”

Xian Rong melirik tajam tapi tersenyum kecil. “Atau simbol ikatan.”

Zhu Lang langsung menatap Xian Rong, mencoba membaca maksudnya. Namun sang Permaisuri hanya memandang keluar jendela, pura-pura sibuk mengamati jalan.

***

Setibanya di istana, para pelayan segera membantu menurunkan belanjaan. Pang Yi, Li Shan, dan Jiang Hu membungkuk pada Xian Rong sebelum mundur.

Tepat sebelum pergi, Pang Yi sempat menatap Zhu Lang sebentar — tatapan yang singkat tapi penuh makna.

Zhu Lang membalas dengan anggukan kecil, entah sebagai tanda terima kasih atau sekadar basa-basi.

Saat semua barang sudah dibawa masuk, Mei berbisik pada Zhu Lang, “Kalau kau tidak hati-hati, sebentar lagi akan ada penjaga yang jatuh cinta padamu.”

Zhu Lang menghela napas. “Aku sudah merasa itu terjadi.”

Mei terkekeh. “Yah , setidaknya kau tahu kau cantik kalau jadi perempuan.”

Xian Rong yang mendengar dari jarak dekat langsung menimpali, “Dan itu berarti penyamarannya berhasil. Setidaknya hari ini, tidak ada yang curiga bahwa ‘pelayan baru’ ini adalah siluman yang pernah mereka buru.”

Zhu Lang hanya diam, memandang jepit rambut bangau itu sekali lagi sebelum menyimpannya di laci kecil di kamarnya.

" Mei, bagikan ini pada pelayan yang lain. Aku membeli nya juga untuk mereka." Ujar Xian seraya menyerahkan beberapa hiasan rambut dan perhiasan kecil seperti anting. " Lalu untuk dapur istana." Ia menyerahkan rempah-rempah. " Dan para penjaga." Ia menyerahkan sebuah sabuk naga mahal.

" Anggap saja sebagai ucapan terimakasih atas kesetiaan mereka. "

" Baik Yang Mulia." Mei mengambil semua nya dan menunduk sebelum akhir nya membagikan itu.

***

Happy Reading ❤️

Mohon Dukungan untuk :

• Like

• Komen (Temen-temen minta tolong komen apapun bebas , biar novel ini bisa ke up dan bisa segera kontrak dengan noveltoon)

• Subscribe

• Follow Penulis

Terimakasih❤️

1
Dewiendahsetiowati
mana ada yang nolak ramen yang enak
ANWi: hmm betulll, kecuali...kalo gengsi 😳
total 1 replies
Dewiendahsetiowati
hadir thor
ANWi: asiap kaka cantik
total 1 replies
livv livv
lanjut thor
ANWi: Siap kak, terimakasih suda mampir ya❤️
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!