Hidup Edo menderita dan penuh hinaan setiap hari hanya gara-gara wajahnya tidak tampan. Bahkan ibu dan adiknya tidak mau mengakuinya sebagai bagian dari keluarga.
Dengan hati sedih, Edo memutuskan pergi merantau ke ibu kota untuk mencari kehidupan baru. Tapi siapa sangka, dia malah bertemu orang asing yang membuat wajahnya berubah menjadi sangat tampan dalam sekejap.
Kabar buruknya, wajah tampan itu membuat umur Edo hanya menjadi 7 tahun saja. Setelah itu, Edo akan mati menjadi debu.
Bagaimana cara Edo menghabiskan sisah hidupnya yang cuma 7 tahun saja dengan wajah baru yang mampu membuat banyak wanita jatuh cinta?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HegunP, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Makan di Restoran
Hari Minggu, latihan model di kantor agensi tempat Edo bekerja libur. Niko datang ke tempat kostan Aldi untuk mengajak dua temannya bersenang-senang ke tempat klub malam lagi. Anak itu kembali mengajak paksa Edo, apalagi saat tahu Edo yang sebelumnya pernah diajaknya malah kabur duluan, tidak menikmati cewek bayaran yang telah ia pesankan secara spesial.
“Maaf Nik. Aku memang gak bisa kaya kamu yang bisa bersenang-senang sama banyak cewek, apalagi tidur bareng. Aku bukan tipe orang kaya gitu,” jelas Edo. Dia harap perkataannya ini membuat Niko berhenti mengajaknya ke tempat seperti itu lagi, selamanya.
Niko mendengus kesal, lalu bangkit dari duduknya, berjalan ke pintu keluar kamar kost. “Iya. Ternyata kau benar-benar cowok culun. Aku kira kita bisa jadi teman yang akrab banget.”
Niko beralih pandang menuju Aldi yang berbaring di tempat tidur sambil bermain game di HP. “Kalau gitu, ayo Di, temenin aku!”
Aldi menggeleng kepala. “Hari ini aku lagi males. Lain kali saja.”
Niko menghela napas malas. “Tumben. Yaudah deh. Kalian berdua yang rugi.” Niko pun akhirnya pergi ke tempat bersenang-senanganya sendirian.
Edo merasa lega. Kini dia mulai beralih sibuk mengganti pakaiannya. Edo sebenarnya sudah punya rencana kegiatan sendiri hari ini. Yakni pergi memakai kupon diskon restoran yang pernah diberikan oleh cewek ceroboh berkacamata bernama Rara waktu itu.
Edo tidak lupa mengajak Aldi dan memberi tahu soal kupon diskon itu. Tentu anak itu juga bersemangat dan setuju untuk ikut. Aldi ikut bersiap-siap dan kini mereka sedang berjalan menuju motor Aldi di halaman perkiraan kostan.
“Do, kayaknya aku mau tobat. Gak mau suka jajan banyak cewek kaya Niko lagi.” Aldi tiba-tiba curhat sambil berjalan.
“Kenapa? Ko tiba-tiba gini?” Edo heran.
“Ya … soalnya aku pengen serius punya cewek dan pengen jadi cowok setia. Kaya kamu yang katanya pengen nikahin cewek di kotamu itu.”
“Wah. Hehe. Ya … syukur deh.” Edo tersenyum malu. Merasa bangga akan perjuangannya ingin jadi kaya raya lalu menikahi Putri telah menginspirasi Aldi untuk berubah menjadi cowok setia juga.
Sampai di tempat parkir, Aldi mulai menaiki motornya dan memutar kunci motor. Edo bersiap membonceng. Tapi sebelum kakinya naik, Edo bertanya, “Memang kamu sudah punya cewek yang kamu suka, Di?”
“Ada, namanya Lisa. Lisa itu ceweknya Niko.”
“Hah?” Edo tercengang. Bisa-bisanya Aldi malah suka sama cewek temannya sendiri.
“Kalau Niko tahu kamu suka sama Lisa, terus gimana?”
“Ya … aku kan cuma baru cerita ke kamu doang. Lisa juga belum tahu soal perasaanku ini. Apalagi si Niko. Mungkin suatu saat nanti kalau Lisa udah tahu kelakuan Niko yang suka main cewek itu, terus dia ngajak putus, aku bersedia jadi pacar barunya.”
“Oh.”
Edo manggut-manggut lalu menaiki motor Aldi. Mereka lalu berangkat menuju tempat restoran ke alamat yang tertera di kupon.
Selama perjalanan, Edo jadi mengira-ngira seperti apa paras pacar Niko itu, mengingat selama ini Niko belum pernah memamerkan pacarnya. Tapi dari namanya saja: ‘Lisa,’— terdengar seperti nama cewek cantik.
Motor Aldi melanju kencang di jalanan dan kini sudah sampai di tujuan. Di depan sebuah restoran seafood. Mereka berjalan santai masuk ke dalam restoran.
Baru sampai masuk ke dalam, mata Edo langsung terpaku kepada seorang karyawan pramusaji yang sedang dimarahi atasannya di pojok ruangan restoran.
Edo kenal pramusaji yang sedang berdiri dan tertunduk lemas mendengarkan omelan atasannya itu. Dia si Rara, cewek yang memberikannya kupon diskon.
Terdengar kalau si atasan itu ngomel-ngomel gara-gara si Rara menumpahkan makanan ke baju tamu saat mengantarkan makanan.
“Kasian tuh cewek, diomelin ampek nangis gitu,” komentar Aldi yang juga terpaku melihatnya, sambil berbisik ke Edo.
Edo mengangguk. Mereka lalu lanjut pergi, memilih duduk di meja dekat jendela kaca dan mulai memesan makanan. Tidak lupa juga menunjukkan kupon kepada pramusaji yang datang agar bisa mendapatkan diskon.
Saat menunggu makanan tiba, Aldi yang sedang memainkan HP-nya merasakan punggungnya ditepuk seseorang. Kepalanya cepat menoleh ke belakang.
“Lisa!” seru Aldi, senang.
“Hai Di. Lama gak ketemu. Kamu sehat?” sapa Lisa sembari duduk di kursi dekat Aldi.
“Sehat-sehat. Kamu ngapain di sini?” Eh kenalin dulu. Dia temanku, Edo namanya. Edo … ini Lisa, pacarnya Niko itu.”
“Oh ini Lisa. Aku Edo.” Edo menjabat tangan Lisa.
“Hai.” sapa Lisa yang malah sambil menggigit bibir bawahnya.
Edo kembali duduk. Matanya tak berhenti melihat sosok Lisa. Pacar Niko ini beneran cantik. Rambut panjang bergelombang dan memiliki bibir tebal seksi. Tak disangka bisa tiba-tiba bertemu di sini.
“Aku habis jalan-jalan terus lihat kamu di luar jendela. Jadinya masuk ke sini deh. Pengen diajak makan bareng. Hehe.” Lisa melanjutkan ceritanya ke Aldi.
“Santai aja. Kebetulan temanku ini juga dapat kupon diskon. Jadinya makan di sini lebih murah,” respon Aldi.
Pesanan makanan pun datang. Mereka bertiga pun menikmati hidangan seafood. Salama menyantap mereka sama-sama mengobrol ringan.
Dalam obrolan ringan itu juga, Lisa bertanya ke Aldi, kenapa Niko tidak diajak makan. Aldi pun terpaksa berbohong, bilang kalau Niko sedang punya urusan lain. Tidak mungkin Aldi bilang Niko sekarang sedang bermain cewek di klub. Meskipun Aldi ingin bilang seperti itu agar Lisa cepat sadar kalau Niko bukan cowok baik-baik.
Selesai makan dan sama-sama kenyang. Mereka lalu beranjak bersama. Keluar dari restoran.
“Do. Bisa gak kamu pulang sendiri. Aku mau anter Lisa pulang nih,” ucap Aldi ke Edo.
Edo pun menyetujuinya karena sepertinya Aldi terlihat sangat senang dekat-dekat bersama Lisa. Edo yang mengalah memilih untuk berjalan menuju halte bus yang akan menuju jalan ke kosannya.
Edo dan Aldi pun berpisah.
Saat baru akan melangkah pergi. Kaki Edo terhenti lantaran melihat seorang wanita menangis histeris keluar dari pintu restoran.
“Rara!” seru Edo.