NovelToon NovelToon
Batas Yang Kita Sepakati

Batas Yang Kita Sepakati

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Princess Saraah

Apakah persahabatan antara laki-laki dan perempuan memang selalu berujung pada perasaan?

Celia Tisya Athara percaya bahwa jawabannya adalah tidak. Bagi Tisya, persahabatan sejati tak mengenal batasan gender. Tapi pendapatnya itu diuji ketika ia bertemu Maaz Azzam, seorang cowok skeptis yang percaya bahwa sahabat lawan jenis hanyalah mitos sebelum cinta datang merusak semuanya.

Azzam: "Nggak percaya. Semua cewek yang temenan sama gue pasti ujung-ujungnya suka."
Astagfirullah. Percaya diri banget nih orang.
Tisya: "Ya udah, ayo. Kita sahabatan. Biar lo lihat sendiri gue beda."

Ketika tawa mulai terasa hangat dan cemburu mulai muncul diam-diam,apakah mereka masih bisa memegang janji itu? Atau justru batas yang mereka buat akan menghancurkan hubungan yang telah susah payah mereka bangun?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Princess Saraah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kuala Lumpur

Tak terasa hari ini pun tiba juga. Hari keberangkatanku ke Kuala Lumpur. Aku dan Mami berangkat berdua menggunakan taksi menuju bandara. Cuaca pagi ini cerah, tapi entah kenapa dadaku terasa sedikit berat.

Aku mendorong koper biru langitku melewati lorong keberangkatan. Di resleting koper itu, tergantung gantungan kayu kecil bertuliskan huruf "NT" yang Nizan berikan kemarin. Aku bahkan tidak sadar kapan aku memasangnya. Seingatku malam tadi aku hanya merapikan barang dan iseng menyentuh gantungan itu. Tapi pagi ini, ia sudah tergantung di koperku. Seolah ikut menyusup masuk dalam perjalanan ini.

Mungkin tanpa sadar aku hanya ingin membawa sedikit bagian dari Nizan. Sedikit kenangan, atau mungkin sedikit perasaan yang masih belum selesai kujelaskan.

Kami sampai di area check-in. Mami sudah mengeluarkan paspor dan tiket dari tasnya.

"Ma, adek beli kopi dulu ya. Mama mau?" tanyaku sambil menunjuk ke arah cafe tersebut.

"Enggak, adek aja."

Aku mengangguk dan melangkah ke arah cafe. Aku memesan cappuccino dingin. Aroma cappuccino menenangkan pikiranku yang penuh.

Beberapa menit kemudian, aku kembali ke tempat Mama berdiri. Melakukan check-in dan berjalan bersama menuju gate.

Jam menunjukkan pukul dua siang saat kami mendarat di Kuala Lumpur. Kami menunggu koper di conveyor belt. Barisan koper mulai muncul satu per satu. Mataku langsung mencari warna biru langit. Begitu kulihat koperku mendekat, aku melangkah cepat, menariknya dari barisan. Tapi sesuatu terasa aneh.

Gantungan itu tidak ada.

Aku langsung jongkok dan memeriksa resletingnya. Gantungan yang semula aku pasang, benar-benar tidak ada di sana.

Panik mulai menjalar dari ujung jari ke dadaku.

"Lah, kok nggak ada? Nyangkut ya? Aduh, jangan sampai hilang dong," aku bergumam sendiri, setengah putus asa.

Mama menoleh dari sebelah. "Nyari apa, Dek?"

"Gantungan Ma. Itu loh yang dari Nizan," jawabku pelan, panik mulai terdengar di nada suaraku.

"Oh, itu?" Mami merogoh tasnya dan mengeluarkan benda kecil yang sudah kukenal betul.

Gantunganku.

"Ini ada di Mama. Tadi pas adek beli kopi, Mama copot dari koper. Lagian adek tuh suka teledor. Udah tahu koper masuk bagasi, malah pakai printilan begini. Kalau hilang nanti nangis."

Aku menghela napas panjang, lega bukan main. "Ih, Mama kok nggak bilang sih?"

Mama tersenyum datar. "Ya abisnya adek juga nggak periksa dulu. Lain kali jangan asal naruh barang."

"Hehe. Makasih Ma," jawabku sambil menerima gantungan itu dan menggenggamnya erat.

Mampus gue kalo sampai hilang. Mau bilang apa ke Nizan? Dia kan nggak tahu gue bawa ini. Kalau dia tau gue bawa ini pasti dia kesenangan disana karena dikira aku memenuhi permintaannya. Gumamku dalam hati.

Aku berjalan ke luar bandara, menggandeng koperku yang menggelinding malas. Mataku menyapu kerumunan penjemput. Dan di tengah hiruk-pikuk itu, aku melihat sosok tinggi dengan jaket hitam dan senyum lebar yang langsung membuat dadaku hangat.

Darren Shaka Pradipta.

"Abanggg!" seruku, langsung berlari ke arahnya dan memeluknya erat.

"Kangen banget lo ama gue?" tanyanya sambil mengacak-ngacak rambutku.

"Ih, Bang. Jangan gitu. Rusak rambut gue!" protesku, tapi pelukanku belum lepas.

"Sehat Mi?" ucapnya ke Mami sambil bersalaman dan saling berpelukan.

"Sehat. Abang sehat?" tanya Mami dengan wajah senang.

"Sehat, Mi," jawabnya sambil mengambil alih koperku.

Setelah itu, tanpa basa basi abang bilang, "Mi, abang izin bawa Tisya jalan bentar ya."

Mami mengangguk. "Mami sih bolehin aja. Terserah adeknya. Baru nyampe, capek gak dia?"

Abang langsung menoleh ke arahku. "Eh, Cil. Mau jalan-jalan nggak?"

"Mau la!" jawabku cepat, semangat.

Mami tertawa kecil. "Ya udah, tapi jangan kesorean ya pulangnya. Nanti kecapekan. Jangan berantem kalian!"

"Iya, Ma. Aman," sahutku sambil mengedipkan mata.

Kami mengantar Mama ke taksi lebih dulu. Setelah itu, abang mengambil motornya dan memberikanku helm.

"Bang, gue bisa pakai sendiri kali," ujarku.

"Cailah, udah berasa gede lo ya. Baru juga gue tinggal setahun," katanya nyengir.

Kami pun melaju, motor abang membawa kami menyusuri jalan-jalan Kuala Lumpur yang ramai. Tujuannya ke Bukit Bintang. Tempat hits untuk makan dan jalan santai.

"Bang, kok lo sendiri? Kakak mana?" tanyaku sambil menyandarkan dagu ke bahunya.

"Gue yang ada di depan lo, dan lo masih nanyain Ruby?" katanya ketus bercanda.

"Lo keliatan baik-baik aja, jadi ga perlu ditanya lagi," jawabku santai.

"Emang lo ya..."

Kini motornya melaju lebih kencang. Angin menerpa wajahku, dan aku secara refleks memeluk pinggangnya erat.

"WOIIII!!!" teriakku sambil menepuk-nepuk pundaknya. "LO GILA YA!"

Tawa abang meledak. "Wih, masih manja juga ternyata."

...****************...

Sesampainya di mall, kami berjalan santai ke food court. "Mau makan apa? Chicken chop?" tanyanya.

"Mau!" jawabku semangat.

"Duduk sini. Gue yang pesenin," katanya sambil menarik kursi untukku.

Aku tersenyum. Yah, bagaimana aku mau jatuh cinta ke orang lain, kalau abangku sendiri udah penuh love language begini?

"Bang, hotspot dong. Gue belum beli paket," pintaku.

"Nih," katanya sambil nyodorin ponsel. "Passwordnya yang biasa."

Begitu ponselku terhubung ke internet, notifikasi langsung membanjir.

Pesan pertama dari Nizan.

...Nizan...

Kamu udah sampai belum?

Kalau udah, kabarin aku ya.

Kamu belum sampai juga?

Sekolah sepi banget. Gak ada kamu.

Aku tersenyum kecil. Kutanggapi singkat:

^^^Udah sampai kok. ^^^

^^^Bohong deh sepi. ^^^

^^^Padahal kalau ngga ada aku, ^^^

^^^pasti kamu dikerubungin fans-fans kamu itu.^^^

"Ngapain lo senyum-senyum? Udah gila lo ya?" celetuk abang tiba-tiba.

"Enggak lah. Kepo deh lo!" balasku.

Abang langsung nyamber HPku.

"Ih! Bang, balikin gak!" seruku panik, mencoba merebutnya.

"Lo pacaran ya? Coba gue liat."

Dengan cepat aku rebut ponselku dan sembunyiin ke dalam tas. "Teman gue itu Bang!"

"Teman, teman. Ya kali balas chat teman senyum-senyum gitu!"

"Eh, Bang. Gue mau es krim yang di sana deh," kataku cepat, pura-pura sibuk menunjuk toko di ujung lorong, mencoba mengalihkan perhatiannya.

Abang mengernyit. "Mau rasa apa?"

"Vanilla," jawabku cepat, tetap menghindari kontak mata.

"Ya udah, tunggu di sini," ucapnya sambil berbalik.

Langkah kakinya mulai menjauh, tapi aku bisa merasakan tatapan curiganya masih tertinggal di punggungku.

...****************...

Sesampainya di rumah sepupuku, aku langsung mandi, lalu rebahan di kasur kamar tamu yang empuk banget. Ah senangnya ketemu abang lagi.

Kuberanikan diri membuka ponsel. Ingin membalas pesan Nizan yang belum sempat aku respon panjang, namun notifikasi instagram mencegahku. Di story teratas, ada unggahan Nizan. Ia berdiri di tengah jalan, hujan mengguyur tubuhnya. Rambutnya basah, baju tipisnya melekat di badan, posisinya membelakangi kamera. Captionnya:

"Cepat pulang, cantik."

Ah. Aku menggigit bibir bawahku. Tanganku refleks ingin membalas story itu. Tapi tidak jadi. Notifikasi dari Azzam sepertinya lebih membuatku terkejut.

Pesan itu pendek. Tapi rasanya menghantam dada.

Aku diam.

Mira...

Lo ngapain sih sebenernya?

Mau lo apa?

Mataku terpejam. Di tengah udara Malaysia yang seharusnya liburan, aku kembali merasa seperti ditarik pulang. Pulang ke drama yang belum selesai.

1
Asseret Miralrio
Aku setia menunggu, please jangan membuatku menunggu terlalu lama.
Daina :)
Author, kita fans thor loh, jangan bikin kita kecewa, update sekarang 😤
Saraah: Terimakasih dukungannya Daina/Heart/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!