Jeha, pria tampan dengan ambisi besar, menjebak Anne, CEO cantik dalam cinta satu malam hingga akhirnya keduanya menikah. Setelah Anne lumpuh akibat kecelakaan, Jeha mengambil alih kekuasaan dan berubah menjadi pria arogan yang menghancurkan hidup Anne.
Sementara itu, Reu adalah pelayan restoran miskin dengan hidup terbelit hutang. Ketika Jeha bertemu Reu dan menyadari kemiripan wajah mereka, dia menawarkan kesepakatan. Reu harus menjadi Jeha selama 2 tahun, dan semua hutangnya akan lunas.
Akankah Reu berhasil menjalankan peran ini? Dan apa yang akan terjadi pada hidup Jeha dan Anne?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Noveria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 8
Reu mendapatkan banyak informasi dari buku catatan Jeha, termasuk wanita-wanita yang dekat dengannya, rencana perusahaan, dan kehidupan emosinya sehari-hari. Dia memasukkan buku catatan itu ke dalam tasnya, lalu membawanya pulang untuk dibaca diam-diam di kamarnya. Mungkin ini akan membantunya memahami kehidupan Jeha agar tidak ketahuan jika dirinya bukanlah Jeha sebenarnya.
Reu menepati janjinya kepada Lyox untuk pulang lebih awal. Dengan penuh semangat setelah tiba di rumah, dia langsung menemui Lyox.
"Ayo, kita berlatih sekarang!" Reu menunjukkan antusiasme untuk memotivasi Lyox.
"Papa, bagaimana jika aku tidak bisa?" Lyox terlihat pesimis sebelum mereka mulai.
"Papa akan mengajarkanmu latihan sederhana. Jika kamu tidak berusaha, kamu akan terus ditekan oleh Nathan," kata Reu, mencoba membangun semangat Lyox. Dengan tubuh yang terlihat lesu, Lyox mengikuti langkah Reu. "Kita bermain di halaman belakang," ajak Reu. "Oke, Papa," jawab Lyox, masih dengan nada datar.
Silvester, sopir yang biasa mengantar Reu, mendekat sambil membawa beberapa barang yang dipesan Reu sebelumnya, tongkat baseball, bola, dan perlengkapan baseball lainnya.
Reu mengajari Lyox cara mengayunkan tongkat baseball dengan benar, sementara Anne menyaksikan dari balkon, terkesan oleh kehangatan antara suami dan anaknya yang tak pernah terlihat sebelumnya. Dia bertanya-tanya apakah kecelakaan di Singapura telah mengubah suaminya secara drastis. Namun, perubahan ini sepertinya membawa dampak positif, membuat Jeha yang baru terasa lebih penyayang, meskipun sedikit berbeda dari yang dia kenal.
"Oke, Lyox, pertama-tama kamu harus memegang tongkat dengan benar. Pastikan grip-mu kuat, tapi tidak terlalu kencang." ucap Reu, membantu Lyox trik dasar.
"Seperti ini, Papa?" Lyox masih ragu-ragu.
"Hampir, Lyox . Coba agak ke bawah sedikit. Sekarang, ayunkan tongkatnya dengan gerakan yang smooth—jangan lupa untuk mengikuti gerakan tubuhmu." Reu memperagakan dari sisi lainnya.
"Aku takut aku tidak bisa melakukannya dengan benar." Lyox yang penakut, tidak bisa keluar dari bayang-bayang kekhawatiran.
"Tidak apa-apa. Semua butuh latihan. Yang penting adalah kamu terus mencoba dan percaya diri. Ayo, coba lagi!” Reu menepuk pundak Lyox, memberi semangat.
Tatapan Anne terpaku pada suaminya dan Lyox hingga dia tak menyadari kedatangan Bella dari belakang.
"Astaga, apa yang dia lakukan?" Bella bertanya sambil mengernyit, mendekati balkon. Anne menoleh dengan wajah sinis.
"Apa kau menjanjikan sesuatu padanya?" Bella mencoba mencari tahu tentang perubahan Jeha.
"Apa maksudmu?" Anne membalas dengan tatapan tajam.
Bella mengamati penampilan Anne dari atas hingga bawah, lalu menyentuh rambut Anne. "Kamu juga berubah, di mana rambut kepangmu?" Bella berkata dengan senyum dingin.
Anne segera menyingkirkan tangan Bella. Bella membungkuk lebih dekat ke arah Anne. "Secantik apa pun kamu, kamu tetap lumpuh! Jangan banyak berharap Jeha akan menyukaimu lagi." Bella mendorong pundak Anne, lalu pergi. Ucapan Bella membuat Anne merasa sedih dan frustrasi. Dia memukul kakinya dengan kesal, merasakan sakit yang membaur dengan kekecewaan batin tentang keadaannya sebagai wanita lumpuh.
Di sisi lain, Jeha asli masih larut dalam kemewahan dan kebiasaan menghamburkan uang, hingga lupa jadwal minum obat yang sangat penting. Setelah kecelakaan 8 tahun lalu, dia harus mengonsumsi obat setiap hari untuk meredakan nyeri saraf otak. Dokter menekankan pentingnya ketepatan waktu dalam minum obat agar nyeri tidak kambuh dan mencegah kelumpuhan otak sebagian sementara yang bisa mengganggu fungsi saraf tubuhnya.
Jeha masih bersenang-senang di klub dengan kekasih barunya, dikelilingi oleh botol-botol Alk*hol dan wanita-wanita cantik yang berusaha menarik perhatiannya dengan berbagai cara. Suasana klub yang mewah dan glamour membuat Jeha merasa seperti raja semalaman.
Jeha merasakan tubuhnya mulai tidak stabil, dan dengan terhuyung-huyung, dia keluar dari klub bersama kekasihnya. Dengan setengah sadar, dia menuju mobilnya.
"Sayang, kamu yakin bisa menyetir dalam kondisi seperti ini?" tanya kekasihnya dengan khawatir. Jeha hanya tersenyum dan masuk ke dalam mobil.
"Aku sudah terbiasa," katanya singkat.
Pukul 3 pagi, keduanya menuju villa, karena Jeha ingat obatnya tertinggal di kamar. Namun, baru setengah perjalanan, Jeha merasakan kaki dan tangannya mulai kebas. Dia tidak bisa menginjak rem atau gas dengan baik. Mobil itu pun berjalan liar, berkelok-kelok di jalan.
"Sayang, kenapa?" kekasihnya bertanya dengan nada cemas. Jeha berusaha keras menginjak rem, tapi kakinya tidak menuruti. Akibatnya, dia malah menekan gas, dan mobil berputar-putar tak terkendali. Mobil itu akhirnya menabrak pembatas jalan dan terperosok ke dalam jurang.
Jeha dan kekasihnya tergeletak tidak sadarkan diri setelah mobil mereka menghantam pohon-pohon dan bebatuan di dasar jurang, tubuh mereka terbaring diam di tengah puing-puing kecelakaan yang mengerikan.
Beberapa mobil yang menyaksikan kecelakaan itu segera menelepon polisi dan ambulans. Ambulans tiba lebih dulu, mencari korban di tengah kegelapan. Petugas medis menemukan Jeha terkapar dengan luka-luka serius dan segera membawanya ke rumah sakit. Namun, saat mereka mencari kekasihnya, ditemukan bahwa dia terjebak di dalam mobil. Tragisnya, sebelum mereka bisa mengevakuasinya, mobil itu tiba-tiba meledak.
Jeha terbaring di rumah sakit California, dengan berbagai alat medis terpasang di tubuhnya. Namun, petugas rumah sakit kesulitan menghubungi keluarganya di Indonesia karena perbedaan waktu dan informasi kontak yang tidak lengkap. Mereka berusaha mencari cara untuk menghubungi keluarga Jeha, sementara dia terbaring sendirian di ruang ICU, kondisinya masih kritis setelah kecelakaan maut itu.
kan biasanya suara tidak ada yang mirip