Jodoh Ku Tenyata Sang CEO

Ketika makanan sudah siap dihidangkan bu fitri segera memanggil suami dan teman nya untuk makan siang bersama. Mereka berempat menikmati makan siang di rumah pak budi.

"Maaf ya raka kami sekeluarga hanya bisa memberikan makanan sederhana seperti ini, mari silahkan duduk dan nikmati makanan yang tidak mewah ini." Ucap pak budi ketika ia sampai di depan meja makan dan mempersilahkan mereka untuk duduk.

" Ora opo-opo bud, wes disyukur i wae, justru iki panganan sing tak kangeni, Pecel madiun, ono tempe goreng,kerupuk puli, kulupan, lele goreng, justru iki panganan sing paling istimewa."

( tidak apa-apa bud, sudah disyukuri saja, justru ini makanan yang sangat aku kangenin, pecel madiun, ada tempe goreng, kerupuk puli, sayuran, lele goreng, justru ini makanan yang paling istimewa). Ucap tuan raka, dilihat dari raut wajahnya dia sangat bahagia sekali apalagi bisa menikmati makanan yg sudah berpuluh- puluh tahun tidak mendarat di lidahnya.

Mereka begitu khimat menikmati makan siang nya tidak ada suara yang mengiringi makan mereka. Tuan raka begitu menikmati sajian tersebut.

" Mumpung kita berkumpul semua disini bagaimana kalau kita membicarakan soal yang tadi bud,?." Tanya tuan raka ketika mereka telah menyelesaikan makan nya.

" Terserah kamu saja lebih cepat lebih baik, dan kalau mereka sudah setuju tinggal pada anak-anak nya saja." Jawab pak budi.

" ono opo to pak e, opo sing kate si sampek no, ketok e kok serius men?"

( ada apa pak, apa yang mau diomongkan, kelihatannya serius banget ? ). Tanya bu fitri kepada suaminya.

"iki lo buk, raka iki nduweni niatan kape njodoh no zahra ambek anak lanang e."

( jadi begini buk, raka ini mempunyai niat untuk menjodohkan zahra sama anak laki-lakinya). Jawab pak budi kepada istrinya.

" Iya, saya harap bu fitri menyetujui rencana saya ini." Ucap tuan raka.

" Bagaimana bu, apakah ibu setuju..?." Tanya tuan raka.

" Bagaimana apakah mama setuju dengan rencana papa ini?." Lanjut tuan raka bertanya kepada istrinya.

" Kalau mama terserah papa saja, tapi dalam hati mama, mama sangat setuju pa, nanti mama punya teman dirumah apa lagi kalau sudah ada cucu pasti rame pa." Jawab nyonya diana. Dia juga terlihat sangat senang sekali mendengar berita ini, apa lagi dia juga punya rencana seperti itu setelah nyonya diana dan bu fitri mengobrol tadi, nyonya diana sangat senang mempunyai sahabat seperti bu fitri, dan ia juga punya niatan untuk menjalin kekeluargaan dengan keluarga pak budi dengan cara menjodohkan putranya. eh..pucuk dicinta ulam pun tiba ternyata niatanya sudah keduluan suminya. padahal nyonya diana ingin membicarakan nanti ketika sudah sampai dihotel.

" Nah, kamu dengar sendiri kan bud, istri saya sudah setuju." Ucap tuan raka dengan kegembiraan yang terpancar di wajahnya.

" Gimana buk, apakah ibu setuju..?." Tanya pak budi kepada istrinya, dilihat istrinya hanya diam dari tadi.

" Kalau saya jujur terserah dari yang bersangkutan pak raka bilamana putri saya nyaman dan menerima saya setuju-setuju saja, saya hanya ingin melihat putri saya bahagia,". Ucap bu fitri.

Tak terasa sesi bercengkrama dan temu kangen mereka telah usai. Hari sudah semakin sore pak raka pamit untuk pergi ke hotel dimana ia menginap dikota itu.

Dikamar hotel sebelum istirahat Tuan raka dan Nyonya diana ngobrol kembali mengenai niatan mereka tadi siang di rumah pak budi.

" Papa kok sama ya pikiranya sama mama, sebenar nya pas mama dan bu fitri di belakang, mama banyak ngobrol pa sama bu fitri ya...mengenai kehidupan kita membesarkan anak-anak kita, dan ternyata ia mempunyai anak yang masih gadis, berhubung pak budi sahabat papa, mama mikir apa salahnya kita coba menjodohkan dirga dengan anak nya pak budi." Ucap nyonya Diana.

"pas budi ngomong dia punya anak 2 perempuan yang 1 masih kecil yang satu sudah dewasa, papa kira anak nya budi sudah menikah, papa mengajukan pertanyaan kepada budi apakah anak nya sudah menikah dan dalam hati papa berdoa belum dan ternyata memang belum ma, papa lega hampir saja papa kecewa." Saut Tuan raka.

" Waktu itu papa kesulitan ekonomi ma, dengan keluarga papa yang hanya seorang buruh tani yang bayaran tidak tentu dan ibu papa hanya seorang penjual gorengan, papa hampir saja putus sekolah jika tidak ada budi sahabat papa yang membantu, dia membantu papa untul membiayai SPP papa waktu itu dengan menyerahkan semua tabungannya ma." Ucap Tuan raka mengenang masa lalu yang sulit.

" Teruss pa...??." Tanya nyonya diana penasaran dengan kehidupan sang suami dulu, jujur saja nyonya diana tidak mengetahui karena tuan raka tidak menceritakan, ia dan tuan raka bertemu waktu itu tuan raka sudah sukses tapi tidak sesukses sekarang, dan tuan raka juga tidak mau mengingat masa sulit nya dulu, jika mengingat dia selalu teringat kedua orang tua nya yang sudah menghadap sang pencipta.

" Waktu itu saat kelulusan SMP orang tua papa sudah menghadap sang pencipta, papa sudah tidak punya siapa-siapa jangankan untuk melanjutkan sekolah untuk makan saja papa susah, waktu itu papa menemui budi dan papa mau pamitan untuk merantau ke kota, pada akhirnya budi memberikan papa bantuan berupa uang yang cukup besar waktu itu, waktu itu orang tua budi masih kaya, akhirnya papa berangkat ke jakarta untuk mengadu nasib dengan berbekal uang yang diberikan budi papa berani mendaftar sekolah disini, tapi papa juga bekerja paruh waktu setelah selesai sekolah papa menjadi kuli bangunan papa tau dengan mengandalkan uang itu saja tidak cukup untuk berbekal hidup di jakarta, akhirnya papa mendapat beasiswa ke luar negeri dan papa mulai semangat untuk melanjutkan pendidikan setinggi mungkin, dan akhirnya papa bisa sukses seperti sekarang." Ucap tuan Raka.

" Pada saat itu setelah papa kembali ke jakarta dan mendirikan perusahaan, papa menyuruh orang-orang papa untuk ke kampung papa dan mencari budi, tapi kata mereka budi sudah lama tidak tinggal di kampung itu lagi, papa pernah berfikir jika papa menemukan budi papa akan membalas semua kebaikan dia ke papa waktu dulu, tapi nyatanya dia tidak mau, bahkan papa sempat menawarkan untuk memodali usahanya tapi dia tetap tidak mau merepotkan papa." Lanjut tuan raka dengan sedih.

"maka dari itu ma, papa ingin menjodohkan putri nya dengan putra kita." ucap tuan raka.

" iya pa, mama juga setuju mereka keluarga yang baik, mama yakin putrinya juga pasti mempunyai akhlak yang baik juga dan mama setuju banget pa, mama sudah tidak sabar untuk punya menantu jadi mama ada temanya dirumah yang bisa diajak berbelanja, nyalon, masak-masak dan semuanya ." Ucap nyonya diana.

" iya ma, semoga saja dirga mau menuruti keinginan papa ini." ucap tuan raka.

" pasti dirga setuju pa, mama nanti yang akan membujuk nya." Ucap nyonya diana dengan semangat nya.

🙄

🙄

🙄

Flasback off

Bersambung,