Meninggal dalam kekecewaan, keputusasaan dan penyesalan yang mendalam, ternyata membawa Cassie Night menjalani takdir kehidupannya yang kedua.
Tidak hanya pergi bersama kedua anaknya untuk meninggalkan suami yang tidak setia, Cassie juga bertekad membuat sahabatnya tidak bersinar lagi.
Dalam pelariannya, Cassie bertemu dengan seorang pria yang dikelilingi roh jahat dan aura dingin di sekujur tubuhnya.
Namun, yang tak terduga adalah pria itu sangat terobesesi padanya hingga dia dan kedua anaknya begitu dimanjakan ....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itsme AnH, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku Ingin Segera Pergi
Keesokan paginya, Cassie tampak mempesona dalam balutan kemeja biru langit dan celana putih panjang.
Dia membiarkan dua kancing bagian atasnya terbuka, membuat kemejanya membentuk model v-neck sehingga kalung dua layer yang menghiasi leher jenjangnya jadi lebih menonjol.
Meski berpenampilan santai dengan menggulung lengan bajunya hingga bawah siku, Cassie tetap terlihat anggun dan elegan.
Siapa pun yang melihatnya tidak akan menduga Cassie sudah menikah, bahkan mempunyai dua anak laki-laki yang menggemaskan.
Saat turun dari mobil, Cassie telah disambut oleh ibu mertua dan kedua putranya di depan rumah besar milik Keluarga Murphy.
"Ibu, bagaimana keadaanmu?" tanya Cassie berbasa-basi sambil menempelkan pipi kanan dan kirinya ke wajah Nyonya Maria.
"Ibu selalu baik," balas Nyonya Maria dengan ramah. "Bagaimana kehidupan kalian berdua selama anak-anak tidak ada?"
Saat bertanya, Nyonya Maria tersenyum meng9oda sambil melayangkan lirikan nakal ke arah Cassie.
Meski agak merepotkan meladeni berbagai tingkah kedua cucunya, Nyonya Murphy sangat senang atas kehadiran mereka.
Dengan demikian, dia tidak begitu kesepian lagi.
Selain itu, anak dan menantunya jadi lebih punya banyak waktu bersama tanpa adanya gangguan.
Cassie hanya tersenyum simpul, sama sekali tidak berniat menjawab pertanyaan sang ibu mertua.
Melihat senyuman Cassie, Nyonya Murphy berpikir bahwa sang menantu merasa malu.
"Kamu harus lebih sering menitipkan Austin dan Charlie di sini, ciptakan lebih banyak waktu untuk kalian berdua," kata Nyonya Murphy lagi, lalu menambahkan dengan senyuman dan jelingan yang semakin nakal. "Berikan mereka adik perempuan yang lucu, Felix pasti akan sangat senang."
"Baik." Cassie mengangguk dan masih mempertahankan senyuman palsu yang membuat Nyonya Murphy tidak mendeteksi adanya masalah dalam rumah tangganya dengan Felix
Awalnya, Cassie memang berencana menambah momongan. Paling bagus, jika bisa mendapatkan anak perempuan seperti yang dikatakan oleh sang mertua.
Itu sebabnya, dia menitipkan kedua anaknya kepada Nyonya Murphy.
Dia ingin menciptakan lebih banyak waktu dan momen romantis bersama Felix.
Namun, pria itu justru lebih suka memiliki momen romantis bersama Aleena.
'Tidak akan ada waktu lain lagi setelah ini,' gumam Cassie sambil menatap lekat pada ibu mertuanya. 'Aku akan membawa mereka pergi!'
"Ibu, kami pulang dulu."
Setelah berpamitan seadanya dengan sang ibu mertua, Cassie melangkah pergi meninggalkan Kediaman Murphy tanpa menoleh ke belakang lagi.
Cassie telah bertekad, dia tidak akan pernah mundur atau pun kembali. Ini akan menjadi yang terakhir kalinya dia menginjakkan kaki di Kediaman Murphy!
***
Malam harinya, Cassie tengah menidurkan Austin dan Charlie ketika Aleena mengirimkan sebuah video.
Di dalamnya, Aleena tengah mengenakan jubah mandi saat duduk di samping Felix yang berbaring dengan mata terpejam rapat.
"Maafkan aku, tenaga lelakimu sudah terkuras habis olehku." Aleena sengaja menyorot sosok Felix yang mrmajamkan matanya dengan rapat.
Pria itu terlihat sangat kelelahan seakan telah melakukan pekerjaan berat sepanjang hidupnya, dia bahkan tidak sedikitpun merasa terganggu oleh suara Aleena tengah memprovokasi Cassie.
"Lihat, dia juga meninggalkan banyak jejak di tubuhku." Aleena mengangkat dagunya dan membiarkan jemarinya merayap di sekitar leher hanya untuk memamerkan bintik-bintik merah keunguan yang diciptakan Felix, dia bahkan sengaja membuka sedikit jubah mandinya di bagian dada. "Masih banyak lagi di tempat lain, sebaiknya kamu tidak melihatnya."
Cassie menutup paksa ponselnya, tidak ingin tahu menahu atau pun melihat sejauh mana Aleena memamerkan jejak-jejak percintaannya dengan Felix.
Memang sebaiknya dia tidak melihatnya, atau dia akan kehilangan kesabaran dan rencana besar yang telah disusunnya akan berantakan.
Dia tidak ingin segala usahanya menjadi sia-sia!
"Felix, sampai kapan kamu akan membohongiku?" Cassie mendengus sinis, kata-kata perpisahan yang ditinggalkan Felix sebelum keluar rumah masih terngiang di telinganya.
"Perusahaan memiliki urusan mendesak, aku harus mengurusnya segera. Tubuhmu masih belum pulih, jadi beristirahatlah lebih awal. Jangan menungguku pulang."
Jadi, Aleena-lah yang menjadi urusan mendesaknya.
***
Saat dini hari, akhirnya Felix kembali dan memaskui kamar dengan gerakan paling lembut karena khawatir membangunkan Cassie.
Akan tetapi, tetap saja Cassie terjaga oleh suara pintu yang ditutup rapat.
Felix menyadari Cassie telah bangun, dia pun berbaring sambil memeluk sang istri dari belakang. "Belum tidur atau terbangun karena aku?"
"Terbangun," jawab Cassie singkat dan apa adanya.
Felix mengecup tengkuk Cassie, terus naik sampai ke leher sang istri.
'Baru saja turun dari ranjang Aleena, sudah mau naik ke ranjangku.' Cassie tanpa sadar menghindari sentuhan Felix, dia seketika teringat pada jejak-jejak yang tertinggal di tubuh Aleena.
Dalam sekejap, dia pun membayangkan beginilah juga cara Felix menyentuh Aleena.
"Aku mengantuk, hari lain saja, ya?"
Tiba-tiba, Cassie merasakan jijik yang luar biasa dan tak tertahankan di hatinya.
Jika tidak mengingat dirinya tidak seharusnya membuat Felix curiga, Cassie pasti sudah memasuki kamar mandi hanya untuk mensucikan diri.
"Baiklah." Felix berhenti, tetapi dia tidak kecewa atas penolakan Cassie dan kembali berbaring.
Bagaimanapun, dia sudah cukup puas dengan pelayanan Aleena dan tubuhnya juga agak lelah.
Jadi, penolakan Cassie bukanlah masalah besar baginya.
Selama wanita itu berada di sampingnya, itu sudah lebih dari cukup!
'Ya Tuhan, biarkanlah waktu cepat berlalu ... aku ingin segera pergi!'