NovelToon NovelToon
Empat Istri Lima Sekarat

Empat Istri Lima Sekarat

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Playboy / Pengantin Pengganti Konglomerat
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Askararia

Di sebuah kota di negara maju, hiduplah seorang play boy stadium akhir yang menikahi empat wanita dalam kurun waktu satu tahun. Dalam hidupnya hanya ada slogan hidup empat sehat lima sempurna dan wanita.

Kebiasaan buruk ini justru mendapatkan dukungan penuh dari kedua orang tuanya dan keluar besarnya, hingga suatu saat ia berencana untuk menikahi seorang gadis barbar dari kota tetangga, kebiasaan buruknya itu pun mendapatkan banyak cekaman dari gadis tersebut.

Akankah gadis itu berhasil dinikahi oleh play boy tingkat dewa ini? Ayo.... baca kelanjutan ceritanya.....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Askararia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8

Austin turun dari kasurnya dengan mata memerah, permintaan Nadia kali ini harus ia sampaikan kepada kedua orang tuanya. Dengan langkah lemas ia berjalan menuruni anak tangga.

"Austin, kenapa kau berjalan seperti itu, Nak? Apa kau lapar?" Tanya Agus namun Austin segera menggelengkan kepalanya.

"Lalu kenapa?"

"Ma..., Pa... gawat.... "

"Gawat kenapa?" Tanya suami istri itu bersamaan.

Austin segera duduk diatas sofa lalu bersandar dengan keputusasaan yang tak terukur.

"Pacarku ingin aku membawanya kerumah. Bagaimana ini?"

"Astaga.... Mama kira apaan. Memangnya kenapa kalau pacarmu kau datang kerumah? Apa yang perlu kau sembunyikan darinya? Kita kaya, rumah kita mewah dan barang-barang dirumah ini branded semua. Jadi apa lagi yang perlu kau khawatirkan?" Tanya Erlina pada anak semata wayangnya tersebut.

"Benar juga, kenapa aku takut? Seharusnya dia yang takut karna bisa saja Mama dan Papa tidak setuju kalau dia menjadi istriku. Astaga Austin, kenapa kau takut?" Batin Austin setelah menyadari kalau ternyata tak ada satu hal pun yang perlu dikhawatirkannya.

"Baiklah, kalau begitu aku siap-siap dulu, aku akan menjemputnya sebentar lagi!" Ucap Austin dijawab anggukan oleh kedua orang itu.

Sambil bersiul Austin mengirimkan pesan teks pada Nadia yang memberitahukan kalau dia akan segera berangkat untuk menjemput gadis itu. Nadia tentu penuh semangat, jadi ia berdoa dan secantik mungkin dengan pakaian terbaik yang ia punya, juga satu-satunya sepatu bermerek yang ia beli dari hasil keringatnya sendiri. Parfum dengan botol berwarna pink itu ia semprot dan kiri ke kanan untuk menambah kesan manis pada dirinya.

Satu setengah jam telah berlalu dan kini Austin berpamitan kepada kedua orang tuanya, mobil Hyundai berwarna hitam itu berjalan melintas jalanan kota, hari yang cerah untuk membawa gadis yang menjadi pacarnya selama dua tahun terakhir itu kerumahnya.

Nadia tersenyum pada Rina dan Mario, juga kedua adiknya yang kebetulan baru saja pulang dari rumah tetangga sambil membawa seekor kucing domestik berwarna hitam, semua orang terkejut saat melihat Nadia keluar dari kamarnya dengan dandanan yang terlihat feminim, rok sepan berwarna biru muda yang dikenakannya tampak serasi dengan atasan cardigan dengan warna senada yang mungkin harganya bisa mencapai satu sampai dua juta lebih. Lipstik berwana merah cerry itu membuat bibirnya yang seksi tampak menarik.

"Bagaimana? Apa aku terlihat cantik hari ini?" Tanya Nadia sambil mengedipkan matanya.

Bagai mantra, kecantikannya hari ini seakan mampu membuat semua orang terdiam menatap kagum padanya.

"Meeeeongggg!" Bunyi dari kucing hitam itu.

Nadia menundukkan kepalanya menatap kucing hitam itu, aroma parfumnya yang harum ternyata merupakan aroma favorit kucing hitam itu, ia menempelkan badannya pada Nadia, gadis itu tertawa girang sebelum akhirnya terdengar suara motor dari luar.

Semua orang rumah segera berjalan keluar rumah, menatap Harry yang baru saja tiba dengan motor matic hitamnya.

"Nadia, kamu mau kemana?" Tanya Harry.

"Oooo bukan kamu yang kuharapkan datang hari ini, Harry. Dan untuk apa kau datang kerumahku dihari libur begini?" Nadia balik bertanya.

"Owhhh iya, aku mau.... "

Tin tin

Suara klakson dari Hyundai hitam yang baru saja berhenti di depan pagar rumah, semua mata tertuju pada pemilik mobil itu, sepasang kaki jenjang dengan sepatu mewah baru saja keluar dari dalam mobil, lelaki dengan tinggi seratus tujuh puluh dua centimeter itu melangkah ke halaman rumah Nadia sambil membawa sebuah buket bunga mawar merah. Setelan jas berwarna biru navi itu membuat Austin tampak seperti seorang aktor di drama Korea yang sering ditonton oleh Nadia.

"Wahhhh, siapa laki-laki itu? Apa dia pangeran?" Tanya Ardi mempertajam penglihatannya.

"Selamat Pagi, Om, Tante!"

"Austin?" Batin Harry sebelum Austin memperkenalkan dirinya pada anggota keluarga Nadia.

"Saya Austin, pacarnya Nadia. Saya datang untuk menjemput Nadia, kami memiliki rencana untuk bertemu dengan kedua orang tua saya hari ini!"

"APA?"

Semua mata kini tertuju pada Arda yang berteriak histeris, tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya saat ini.

"Apa cowok tampan ini namanya Austin? Itu artinya pacar Kakak.... " batinnya menggantung perkataannya sendiri.

"Owhhh, mari masuk dulu. Kamu juga Harry, ayo masuk!" Ucap Rina pada kedua lelaki itu.

Harry tak dapat berbicara, seakan seluruh dunianya hancur saat mendengar Nadia akan segera dikenalkan oleh Austin pada Agus dan Erlina. Begitu semua orang masuk kedalam rumah, Nadia membawa minuman dingin dari kulkas dan menyajikannya diatas meja.

Austin menyentuh pelan lengan Harry, dalam hati ia bertanya apa maksud dari kedatangan Harry kerumah pacarnya.

"Kau tidak datang untuk mengacaukan hubungan kami, bukan? Kalau kau sampai nekat melakukannya, aku tidak segan-segan membongkar aib Ibumu, bisa kau bayangkan apa yang akan terjadi setelah itu? Dia akan semakin membencimu Harry!" Bisik Austin yang secara terang-terangan menyerang Harry.

Harry hanya diam, tak mampu berkomentar sebab karir Mayasari lebih penting dari kehidupan cintanya, meski ia marah pada Austin, ia masih berfikir kalau saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk memberitahu Nadia tentang kebusukan Austin selam ini. Melihat hubungan Austin dan Harry terlihat tak seperti biasanya, Nadia bisa menyadari kalau sesuatu mungkin terjadi pada keduanya, entah itu perkelahian atau perdebatan kecil seperti yang bisa terjadi pada kedua adik kembarnya.

"Harry, kau ada urusan apa datang kesini?" Tanya Austin sedikit menaikkan nada suaranya agar semua orang mengarahkan pandangannya padanya dan Harry.

"Eummm, aku mau memberikan uang paket pada Nadia!" Jawab Harry berbohong.

Karena biasanya Harry memang sering dimintai tolong oleh Nadia untuk mengirim beberapa paket pada pembeli yang tinggal didekat mereka, hal ini tentu tak membuat Mario dan Rina curiga, termasuk Austin. Lelaki muda itu menganggukkan kepalanya saat Harry tiba-tiba berdiri dari tempat duduknya dan meraih sesuatu dari dalam tas ranselnya.

"Tapi, bukannya kemarin Nadia bilang dia mau mengambil uang paket darimu? Kenapa kau masih memegang uangnya?" Tanya Rina yang baru sadar kalau tadi malam Nadia pergi dari rumah dengan alasan untuk mengambil uang paket dari Harry.

Harry menatap Nadia dengan wajah pucat, seakan ia sedang meminta Nadia menyelamatkannya dari keadaan canggung itu.

"Owhhhh itu.... aku... tadi malam kan ada pesanan lagi Mah, jadi Harry mengantarnya lagi. Eummm bagaimana, Harry, apa semua paketnya sudah kamu antar?" Tanya Nadia berbohong untuk menyelamatkan Harry yang tengah ketakutan itu.

"Owhh begitu!" Ujar Rina mengangguk pelan.

Harry segera menarik tangan Nadia kearah dapur, satu-satunya orang yang terlihat marah akan peristiwa itu adalah Austin, ia bahkan tak menyadari kalau kedua adik kembarnya Nadia sedang menatapnya, Ardi yang menatapnya kagum dan Arda yang menatapnya tajam.

"Wahhh, bagaimana bisa dia terlihat begitu tampan? Wajahnya mulus seperti pantat bayi!" Batin Ardi menelan ludahnya, matanya liar mantap wajah mulus Austin juga bibirnya yang terlihat pink kemerah-merahan itu.

"Nggak mungkin Kak Nadia suka sama musang banci ini, Kak Nadia itu anti romantik dan galak, kalau salah sedikit bisa berumah menjadi kuntilanak merah. Heummm kalau dilihat-lihat, sepertinya Kak Nadia cuma mau main-main saja. Tapi tunggu.... bagaimana kalau ternyata musang ini yang mau bermain-main dengan Nadia?" Batin Arda dengan kepalanya terus bergerak dari kanan ke kiri juga sebaliknya.

Kembali pada Harry dan Nadia.

"Harry, kenapa kamu bohong sama Mama aku? Buat apa kamu datang kesini? Memangnya kamu sudah sembuh sampai datang kesini segala? Hah?"

"Itu bukan hal penting, Nadia!"

"Maksud kamu?"

"Aku mau kamu tidak usah pergi ke rumah Austin, mereka akan memperlakukanmu dengan buruk Nadia. Lagipula ada satu rahasia yang mau aku sampaikan sama kamu dan ini tentang Austin!" Jawab Harry, ia ingin memberitahu Nadia kalau sebenarnya Austin kembali berselingkuh dari Nadia tadi malam, namun melihat respon Nadia yang tampak biasa-biasa saja membuat Harry menggaruk kepalanya beberapa kali, ia bingung apakah sebaiknya ia tidak perlu memberitahunya atau tidak.

"Aku tahu, tapi kali ini aku mau bergantung padanya, Harry. Aku ingin menguras uangnya dan keputusanku ini tidak boleh diganggu gugat!" Ujar Nadia menyunggingkan bibirnya.

"Nadia, ini masalah serius. Bagaimana kalau Austin ingin kamu dan dia segera menikah? Kamu mau diselingkuhi lagi?"

"Bagus kalau begitu, aku akan masuk kedalam keluarga mereka dan menikmati kehidupan mewah yang selama ini ku dambakan. Jadi aku tidak perlu bekerja lagi membuat kerajinan tangan yang membosankan itu, Harry. Aku ingin hidup menjadi istri orang kaya, dan sebentar lagi keinginan itu akan terwujud!" Sahut Nadia yang dengan sengaja, bertujuan agar Harry berhenti mengatakan kalau ia ingin menjadi pacar Nadia.

Gadis ini kembali berjalan ke ruang tengah, sambil tersenyum ia meraih tasnya dari atas meja.

"Sebaiknya kita berangkat sekarang, sayang!"

"Iya, Sayang!" Balas Austin tersenyum.

"Tante, Om, kami pamit dulu, nanti setelah acara pertemuan selesai, saya akan segera mengantar Nadia pulang!"

"Iya... iya.... hati-hati!" Jawab Mario dan Rina sambil mengantar keduanya ke halaman.

Harry memegangi kepalanya yang terasa sakit, melihat Nadia pergi dengan Austin membuat perasaannya terluka, perasaan tidak rela jika sampai gadis yang dia sukai selama beberapa tahun terakhir ini jatuh kepada lelaki yang salah seperti sahabat dekatnya itu.

"Nadia, cepatlah berubah fikiran!" Batin Harry mengacak kasar rambutnya.

"Dahhhhh!" Nadia melambaikan tangannya dari dalam mobil.

"Dahhhh, hati-hati ya Nak!" Ucap Rina sementara Mario hanya tersenyum, ia terus menatap wajah cantik putri sulungnya itu, perasaan senang, terharu dan cemas berkumpul menjadi satu.

"Tente, Om, Harry pamit dulu ya, mau ketemu teman di depan!" Ucap Harry tiba-tiba.

"Sudah mau pulang saja, Harry. Makan dulu baru pergi!"

"Makasih, Tante. Nggak usah repot, Harry cuma mau mampir sebentar tadi!" Ucap Harry dengan wajahnya yang memerah setelah melihat mobil hitam itu berlalu pergi meninggalkan tempat itu.

"Jangan ngeyel, Harry. Tunggu disini, Tante mau kebelakang sebentar!" Ucap Rina, terpaksa Harry harus menurut lalu duduk diatas motornya dengan putus asa.

Arda menghampiri Harry, sejak tadi ia memang merasa kalau Harry tidak dalam keadaan baik.

"Ardi, ehhh Arda... kenapa kamu natap aku segitunya?" Tanya Harry mengerutkan keningnya.

"Ka Harry make riasan buat nutup luka dibibir sama muka Ka Harry ya?" Tanya Arda.

Harry menutup bibirnya dengan lengannya, sesekali membuang pandangan kearah lain agar Arda tak memperhatikannya lagi. Tak lama setelah itu Rina keluar melewati pintu utama rumah itu sambil membawa sebuah kotak makanan ditangannya.

"Arda, cepat bersihkan gelas diruang tengah!" Titahnya pada Arda.

"Iya, Ma!"

Rina menghampiri Harry, lelaki itu segera turun dari atas motornya lalu menerima kotak makanan yang ukurannya cukup besar itu lalu menggantungkannya dimotor.

"Aduhhhh jadi nggak enak, setiap aku datang kerumah, jadi ngerepotin Tante. Nanti kotaknya aku balikin ke Nadia ya Tante!" Ucap Harry tersipu malu sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal.

"Selamat ulang tahun, Harry!"

"Heummm?" Harry tiba-tiba terdiam menatap Rina.

"Semoga kamu tetap semangat buat ngejalanin hidupmu, kami sayang sama kamu, kamu bisa datang kerumah ini kapanpun kamu mau, kamu bisa bercerita seperti sama Tante dan Om sama seperti Arda dan Ardi. Kalau hidupmu terasa sangat berat lari lah kesini, kami siap memelukmu kapan saja!"

Lelaki itu mematung terdiam namun hatinya berdetak hebat, ia merasa hangat setelah mendengar sebuah kalimat yang tak pernah ia dengar bahkan ia harapkan selama ini. Tapi hari ini, untuk kali pertama seseorang mengucapkan kalimat itu, kemudian memeluknya dengan kehangatan sambil mengacak pelan rambutnya. Harry menangis sesenggukan, tubuhnya gemetar hebat karena rasa bahagia untuk pertama kalinya.

"Hati-hati dijalan!" Ucap Rina sebelum akhirnya ia masuk kedalam rumah setelah menghapus air mata diwajah Harry.

1
emili19
Baca cerita ini jadi penghilang suntukku setiap hari
Askararia: Wahhh, makasih banyak yah Kak, senang membaca komentar positifnya, saya akan terus berusaha membuat ceritanya semenarik mungkin 🥰
total 1 replies
Anrai Dela Cruz
Duh, hati rasanya meleleh.
Askararia: Terimakasih atas komentarnya ya kak, kalau kayak gini makin semangat deh nulisnya 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!