Arumi tidak menyangka. Jika tawa Ibu mertua nya selama ini, hanya lah untuk menutupi lu-ka yang ada di dalam diri nya. Ibu mertua yang begitu baik, ternyata selama ini hidup tersik-sa di rumah nya. Beliau bukan hanya di sik-sa oleh kakak ipar nya Arumi. Tapi juga Abang ipar nya. Mereka berdua, benar-benar manusia yang tak punya hati.
Sanggup kah Ibu mertua nya Arumi bertahan dengan kelakuan anak dan menantunya? Atau, apakah Arumi bisa membawa Ibu mertuanya pergi dari neraka itu?
Ayo temukan jawaban nya langsung! Baca nya jangan lompat-lompat, ya. Biar author semangat nulis nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Uul Dheaven, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Seminggu kemudian, kamar yang di renovasi itu pun siap. Bu Aminah pun pindah ke kamar yang sangat indah itu.
Tempat tidur dan lemari baru. Warna cat dinding yang indah. Dan kamar itu terasa begitu nyaman.
Bu Aminah benar-benar tidak menyangka. Kamar yang dulu nya tak layak pakai. Kini, tampak begitu indah.
"Gimana? Ibu suka?"
"Suka sekali. Terima kasih, Romi."
"Tidak perlu berterima kasih, Bu. Arumi sangat senang jika Ibu juga senang. Semua ini pilihan Arumi."
Arumi hanya senyum-senyum sendiri saat suami nya berkata seperti itu. Dan Bu Aminah, merasa tidak enak pada menantu nya.
Saat ini, Bu Aminah tidak perlu lagi tidur di atas kasur tipis yang dingin. Sehingga, rematik nya tidak akan kambuh.
"Terima kasih, Nak Arumi. Ibu suka sekali dengan kamar nya."
"Sama-sama, Bu."
"Oh ya, ada yang mau Romi katakan. Mungkin besok, Romi akan kembali ke kota. Pekerjaan Romi tidak bisa di tinggalkan, Bu."
"Kamu akan pergi lagi? Apakah Arumi juga?"
"Ibu tidak perlu khawatir. Rumi akan tinggal di sini bersama Ibu. Boleh kan?"
"Tentu saja boleh, nak. Tapi, bagaimana mungkin kamu berpisah dengan suami mu?"
"Tidak berpisah kok, Bu. Romi akan pulang seminggu sekali untuk menjenguk kalian berdua. Atau kalau Ibu mau, Ibu boleh ikut kami ke kota?"
"Tidak apa, nak. Ibu masih ingin tinggal di rumah ini. Banyak kenangan dengan Almarhum Bapak kalian. Dan Ibu, tidak bisa begitu saja meninggalkan nya."
"Ibu selalu saja begitu. Padahal sudah sejak lama Romi mengajak Ibu tinggal bersama."
"Ya mau gimana, nak? Ibu masih belum bisa meninggalkan kenangan bersama mendiang."
"Sudah lah Bang Romi. Tak perlu takut. Kan ada Arumi yang nanti akan menjaga Ibu di sini. Pokok nya Bang Romi tenang saja. Ibu aman di jaga sama Rumi."
"Terima kasih, Istri Abang. Kamu sangat baik sama Ibu."
Mereka pun berbicara dan bersenda gurau. Besok Romi akan kembali, dan Bu Aminah kembali di tinggalkan dengan Dika dan juga Ayu.
Entah bagaimana nasib nya beliau nanti. Semoga Arumi bisa menangani mereka semua dari menyakiti Ibu mertua nya.
Romi pun mulai bersiap-siap. Walaupun pergi nya masih besok, tapi ia telah siap dengan segala nya.
"Eh, mau kemana? Minggat?" Tanya Dika.
"Minggat? Enggak ah. Cuma mau kembali kerja. Kita sebagai laki-laki, harus jadi laki-laki yang bertanggung jawab."
"Sombong kamu! Mentang-mentang kerja di kota."
"Sudah ah, Romi lagi tidak ingin berdebat. Besok pagi, Romi berangkat. Jadi, tolong jaga Ibu. Jangan sampai Ibu kenapa-kenapa."
Romi langsung berlalu begitu saja. Dan tidak ingin lagi berdebat. Ia harus segera berangkat ke kota, karena ada yang harus ia lakukan di sana.
*****
Keesokan hari nya, Bu Aminah dan Arumi melepas kepergian Romi dengan air mata. Baru sebentar anak nya kembali, dan saat ini Romi harus bekerja lagi.
"Jangan menangis lagi ya, Bu. Kan ada Arumi di sini. Ibu pasti tidak akan kesepian."
"Ibu jadi tidak enak dengan mu. Harus nya kamu bisa ikut suami mu pulang ke kota."
"Tapi, Rumi masih ingin di sini bersama Ibu. Rumi baru sebentar mengenal Ibu. Rumi juga ingin tahu apa kesukaan Ibu."
Arumi memeluk Ibu mertua nya dengan penuh kehangatan. Ia tahu, apa yang membuat Ibu mertua nya gusar.
Bug...
Satu keranjang penuh pakaian kotor di lempar begitu saja ke arah Bu Aminah dan Arumi. Arumi benar-benar terkejut.
"Kalian berdua, cepat cuci tu baju! Pokok nya harus bersih dan wangi." Ucap Ayu saat itu.
Arumi sudah menduga hal itu akan terjadi saat suami nya tak ada. Namun, Arumi tak gentar.
"Atas dasar apa kami harus mencuci pakaian busuk mu itu!"
"Berani sekali kau, ya."
"Kenapa aku harus takut pada mu! Setan aja ku lawan. Apa lagi wanita kurus dan lemah seperti mu." Ucap Arumi.
Bu Aminah sedikit terkejut dengan apa yang di ucapkan oleh Arumi. Beliau mengira jika Arumi gadis lemah.
"Awas kau ya. Aku adukan pada Bang Dika."
"Silahkan. Laporkan saja. Ayo, Bu. Rumi mau ngasih kejutan untuk Ibu."
"Kejutan? Kejutan apa nak?"
"Kalau Ibu penasaran, ayo kalau gitu lihat."
"Bagaimana dengan pakaian Ayu?"
"Pakaian Ayu? Buang aja ke tong sampah."
Arumi pun langsung menggandeng tangan Ibu mertua dan mengajak nya keluar rumah. Tidak lama kemudian, sebuah sepeda motor tiba.
"Dengan Rumah Bu Aminah?"
"Iya. Saya Aminah. Ada apa, ya?"
"Silahkan di tandatangani di sini, Bu."
Bu Aminah yang bingung, langsung menandatangani apa yang di perintahkan oleh Arumi dan kurir tersebut.
"Ini ada apa, ya."
"Bu Aminah. Sepeda motor ini milik Ibu. Saya permisi dulu."
Bu Aminah langsung bertambah bingung. Bagaimana mungkin tiba-tiba saja ada sepeda motor untuk diri nya.
"Rumi, apa ini tidak salah?"
"Tidak, Bu. Ini hadiah untuk Ibu dari Bang Romi."
"Benarkah?"
"Tentu saja. Bagaimana mungkin Arumi berbohong."
Saat Arumi dan juga Bu Aminah sedang melihat dan mencoba sepeda motor itu, Ayu dan Dika pun keluar dan melihat.
"Wah, Ini kan sepeda motor keluaran terbaru. Sayang, aku mau." Ucap Ayu tanpa rasa malu.
"Ambil aja. Punya Romi kan punya kita sayang." Dika mengatakan hal itu tanpa rasa malu.
Seketika Bu Aminah dan juga Arumi merasa kesal dan geram dengan perkataan nya. Sesaat ketika Ayu ingin menaiki sepeda motor itu, Arumi langsung mendorong tubuh kurus Ayu.
"Ini milik Ibu. Jangan ada siapapun yang berani menyentuh nya. Atau.."
"Atau apa?"
"Ya tak ada apa-apa sih. Ayo, Bu. Arumi bawa jalan-jalan."
Dengan mudah Arumi langsung membawa sepeda motor itu begitu saja. Bu Aminah duduk di belakang nya.
Dika ingin mencegah Arumi untuk membawa sepeda motor itu. Namun, sesaat saat laki-laki itu ingin menghalangi Arumi, Arumi langsung menen-dang kaki nya.
Agh...
"Rasakan! Jangan coba main-main sama aku!"
Arumi langsung tancap gas dan membawa Bu Aminah jalan-jalan. Tak ia pedulikan Dika yang kesakitan. Siapa suruh laki-laki itu mengganggu nya.
mau ku getok 🔨
biar encer lgi tuh otak apa ya bikin esmosi aja
tp q rasa kek gitu juga krn bu aminah sllu membela kali jd kyk gtu juga 🤔
wis lah sakarep mu dik