Merelakan orang yang kita cintai demi kebahagiaannya adalah sesuatu yang tidak mudah dilakukan untuk sebagian orang. Namun, tidak bagi laki-laki bernama Lucky Pratama. Dia rela melepaskan wanita yang dia cintai menikah dengan laki-laki lain dan berharap bahwa wanita itu akan hidup bahagia.
10 tahun berlalu, Lucky kembali bertemu dengan mantan kekasihnya. Keadaan gadis itu jauh dari kata bahagia seperti apa yang dia harapkan ketika Lucky melepasnya kala itu.
Apakah Lucky Pratama akan kembali mengejar cintanya yang telah kandas? Atau, dia akan menatap lurus ke depan dan melupakan cintanya seperti yang sudah dia lakukan selama ini?
"Hi, Mantan. Apa Kabar?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tertekan
"Maafkan aku, Mas. Aku benar-benar minta maaf," lirih Starla dengan buliran air mata yang berjatuhan dengan begitu derasnya.
"Maaf? Hahahaha! Tidak ada gunanya kamu meminta maaf, Starla! Tidak ada gunanya. Sekarang kamu bebas melakukan apapun dengan mantan pacar kamu karena saya sudah menceraikan kamu!"
"Tidak Ayah, aku mohon kalian jangan bercerai. Ayah maafkan Ibu sekali ini saja. Jangan seperti ini, Ayah. Aku gak mau Ayah pergi," rengek Rani, anak berusia 5 tahun itu seolah mengerti dengan apa yang sedang dibicarakan oleh ke dua orang tuanya.
"Maafkan Ayah, Nak. Kamu akan segera memiliki Ayah baru yang lebih dari segalanya dari Ayah. Lebih baik, lebih kaya. Ayah yakin kalian akan hidup bahagia," jawab Akbar sama sekali tidak memikirkan bagaimana perasaan putri bungsunya.
"Mas! Kenapa kamu berkata seperti itu sama Rani? Dia masih terlalu kecil, Mas. Rani tidak tahu apa-apa!" teriak Starla dengan nada suara bergetar.
Rani seketika beringsut turun dari dalam gendongan Ibunya. Dia menghampiri sang Ayah lalu memeluk ke dua kakinya seraya menangis sesenggukan.
"Aku mohon jangan tinggalkan kami, Ayah. Meskipun Ayah suka marah-marah dan bentak Ibu, tapi aku sayang sama Ayah. Aku mohon maafkan kesalahan Ibu sekali ini saja," rengek Lani.
Akbar berjongkok tepat di depan putri bungsunya. Telapak tangannya seketika bergerak mengusap ke dua sisi wajahnya. Air mata sang putri benar-benar membanjir. Dadanya bahkan terlihat naik turun karena isakan yang begitu menyesakkan.
"Rani sayang, Ayah janji gak akan pernah melupakan kamu dan Kakakmu, Ayah harus pergi, Nak. Ayah minta jaga Ibu kamu. Ayah sudah bilang tadi, kalau kamu akan segera mendapatkan Ayah baru. Maafkan Ayah, karena selama ini tidak bisa menjadi Ayah yang baik untuk kamu," lirih Akbar, walau bagaimanapun gadis kecil ini adalah putri kandungnya. Hatinya benar-benar merasa sakit dan terluka harus berpisah dengan sang putri.
"Nggak! Aku gak mau punya Ayah baru. Aku maunya Ayah yang jadi Ayahku. Huaaaa!" Rani seketika berteriak histeris.
"Sttttt! Sayang ... Sudah jangan menangis seperti ini, nanti cantiknya hilang lho. Ayah pergi dulu ya," lirih Akbar memeluk tubuh mungil Rani sejenak lalu kembali mengurai pelukan. Laki-laki itu berdiri lalu berbalik dan hendak pergi.
"Aku mohon jangan pergi, Ayah, hiks hiks hiks!" Rani memeluk ke dua kaki sang Ayah dari arah belakang.
Akbar melepaskan lingkaran tangan putrinya. Dadanya terlihat naik turun menahan isakan. Sementara Starla segera berjalan menghampiri putrinya saat Akbar mulai melangkah meninggalkan mereka berdua. Dia berjongkok dan memeluk tubuh mungil sang putri.
"Jangan nangis seperti ini, sayang. Ibu sedih kalau melihat kamu sedih seperti ini," lirih Starla mencoba untuk menenangkan.
"Kenapa Ibu dan Ayah harus bercerai? Bukankah selama ini Ibu baik-baik saja meskipun selalu di marahi sama Ayah?" tanya Rani seraya menahan isakannya.
Starla diam seribu bahasa. Dia tidak tahu harus berkata apa. Tidak mungkin dirinya menjelaskan secara gamblang tentang apa yang terjadi dirinya dan Akbar. Yang dia lakukan sekarang adalah mendekap erat putri bungsunya seraya mengusap punggungnya lembut dan mencoba untuk bersikap tenang. Meskipun hatinya benar-benar hancur berkeping-keping.
"Sayang, kita masuk yu. Kakakmu sudah nanyain kamu terus lho," pinta Starla mulai mengurai pelukan, ke dua tangannya bergerak mengusap ke dua sisi wajah Rani yang benar-benar membanjir.
"Kaka Lucky sakit apa, Bu? Ayah pergi, Kaka juga sakit. Aku sedih sekali, Bu," rengek Bunga seraya terisak.
"Rani sayang. Kan masih ada Ibu, Ibu tidak akan pernah meninggalkan kamu. Ibu akan selalu ada untuk kamu."
Rani hanya menganggukkan kepalanya samar. Bola matanya benar-benar memerah juga terisak. Gadis itu merasa sangat tertekan akibat keegoisan ke dua orang tuanya yang bertengkar tepat di depan matanya. Perlahan, Starla mulai meraih tubuh sang putri lalu menggendongnya kemudian. Dia pun berjalan memasuki Rumah Sakit dengan ke dua kaki lemas. Ini adalah cobaan terberat yang harus dia lalui selama 10 tahun pernikahan mereka. Sejatinya, perceraian adalah hal yang sangat menyakitkan meskipun kita sendiri yang menginginkan perceraian tersebut.
Diam-diam Lucky menyaksikan apa yang terjadi dengan Starla dan suaminya. Dia berdiri tepat di depan jendela kaca di dalam ruangan yang berada di lantai 2 di mana kamar Lucky kecil berada. Meskipun dirinya tidak dapat mendengar apa yang mereka bicarakan, tapi laki-laki itu sudah dapat menebak apa yang terjadi. Akbar menepati janjinya untuk meninggalkan Starla dengan imbalan uang sebesar 50.000.000,-
'Akhirnya kamu terbebas dari laki-laki brengsek itu, Starla. Saya yang akan menjaga kamu dan ke dua anakmu mulai sekarang,' batin Lucky berbalik lalu berjalan ke arah ranjang di mana Lucky kecil sedang berbaring.
Ceklek!
Pintu ruangan di buka dari luar. Starla masuk ke dalam bersama Rani di dalam gendongannya. Wajah Starla terlihat pucat pasi dengan kelopak mata membengkak juga memerah karena terlalu banyak menangis.
"Rani," sapa Lucky tersenyum menyambut kedatangan sang adik.
"Kaka! Kaka sakit apa?" tanya Rani turun dari gendongan sang Ibu lalu berlari ke arah ranjang.
"Kaka cuma sakit biasa ko. Eu ... apa kamu udah makan?" tanya Lucky masih sempat memikirkan sang adik di tengah keadaannya yang juga sebenarnya sedang tidak baik-baik saja.
Bunga menggelengkan kepalanya seraya menatap wajah sang Kakak.
"Lho, emang Ayah tidak memberi kamu makan?" tanya Lucky kecil mengerutkan kening.
"Sayang, Ibu belikan kamu makan dulu ya. Maaf, karena Ibu belum sempat masak di rumah. Kamu gak apa-apa 'kan Ibu tinggal di sini?" tanya Starla.
"O iya, Ran. Kenalkan, ini Om Lucky. Orang yang telah menolong Kaka, Om Lucky ini orangnya baik banget," ujar Lucky kecil mengenalkan.
Rani sontak menoleh dan menatap wajah Lucky Pratama. Keningnya nampak di kerutkan. Dia tiba-tiba saja mengingat ucapan sang Ayah yang mengatakan bahwa dirinya akan segera memiliki Ayah baru. Apa mungkin laki-laki ini adalah orang yang dimaksud oleh sang Ayah? Batin Rani mencoba untuk menelaah keadaan yang ada.
"Rani, kenalkan. Nama Om Lucky, nama Om sama seperti nama Kakak kamu, kan?" ucap Lucky memperkenalkan diri ramah dan sopan.
"Nggak, aku gak mau punya Ayah baru. Aku hanya akan punya satu Ayah yaitu Ayah Akbar!" teriak Rani secara tiba-tiba membuat semua yang ada di sana seketika merasa heran.
BERSAMBUNG
tp very good kak . swemangatt 👌