Clara Andhira Hafsari terpaksa menjadi pacar bayaran seorang Reyhan Ananda Setya untuk membiayai operasi ibunya dan membalas dendam pada kekasih dan sahabatnya.
Karena sering bersama membuat mereka saling jatuh cinta, namun ego masing-masing membuat cinta mereka terpendam, sampai mereka berpisah karena kesalahpahaman yang fatal.
Setelah 5 tahun berpisah, mereka di pertemukan kembali di sebuah perusahaan. Siapa sangka Clara harus menjadi sekretaris Reyhan CEO Perusahaan Setya.
Hubungan CEO dan sekretaris itu tidak berjalan harmonis, karena Reyhan dan Clara masih terus mengingat kesalahpahaman yang membuat mereka saling membenci.
Apakah cinta akan membuat mereka bersatu kembali?
Apakah mereka bisa menyelesaikan kesalahpahaman yang dulu terjadi?
Ikuti terus cerita Reyhan dan Clara ji
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rai Rai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8
Saat salah satu dari mereka ingin menyentuhnya, tiba tiba seseorang datang, lelaki itu menghajar tiga preman itu dengan bertubi-tubi. Clara mundur beberapa langkah. Lelaki itu memelintir, menendang dan meninju preman preman itu.
Ketiga preman itu meminta ampun, lelaki itu hanya menatap ketiga preman itu dengan tajam, kemudian membalikkan tubuhnya menghadap Clara. Ketiga preman itu menggunakan kesempatan itu untuk kabur.
Melihat ketiga preman itu pergi membuat Clara kecewa. Kecewa karena dia tidak bisa melampiaskan kekesalannya. Dari tadi dia terus menahan emosinya saat ketiga preman itu terus menggoda nya, saat sudah siap menghajar tiga pria brengsek itu, lelaki ini malah datang.
"Siapa kamu?" Tanya Clara. Ia tidak bisa melihat jelas karena lelaki itu ada di kegelapan. Samar Clara melihat lelaki itu tersenyum, lelaki itu berjalan mendekati nya. Clara langsung memasang kuda-kuda, bersiap untuk menghajar lelaki ini.
Clara membulatkan matanya saat lelaki itu sudah terlihat jelas.
"Kamu jangan khawatir, ini aku... Devan"
Devan tersenyum, dia berjalan menghampiri Clara yang masih menatapnya penuh selidik.
Clara mundur selangkah. "Kenapa kamu di sini?"
"Ini jalan ke rumahku" Jawab Devan santai.
"Tapi kenapa baru sekarang kamu lewat? Bukankah kamu sudah pulang 1 jam yang lalu?"
"Aku tadi membawa alat musik ke studio yang biasa kami gunakan untuk latihan, jadi aku baru pulang sekarang"
Netra coklat Clara terus menatap Devan, dia sedikit ragu dengan pemuda yang menolongnya itu.
"Kamu tau kan daerah ini rawan? Kenapa jalan sendirian? Kenapa gak pesan taksi saja? Bagaimana jika mereka sampai melakukan sesuatu yang buruk sama kamu?" Omel Devan.
Mendengar Devan mengomelinya malah membuatnya mengingat Reyhan. Reyhan pasti akan mengomelinya bahkan membuatnya menangis karena di bentak.
Clara juga ingat saat Reyhan mencoba menenangkannya tapi dia malah mencubitnya karena kesal mendengar perkataan Reyhan yang terdengar seperti mengejeknya. Mengingat itu membuatnya tanpa sadar tersenyum.
"Di bilangin kok malah ngelamun, senyum senyum sendiri lagi, ya udah aku antar pulang ya" Tawar Devan.
Clara mengangguk, dia mencoba mengalihkan pikirannya dari Reyhan.
"Pegangan" Devan melingkarkan kedua tangan Clara di pinggangnya.
Clara hanya menurut, jujur hari ini sangat melelahkan baginya.
Seseorang mengintip di balik semak semak, dia keluar dari persembunyiannya saat melihat Clara sudah pergi dengan Devan.
"Ada yang aneh sama cowok itu" Gumam Reyhan.
Saat berada di rumahnya, dia tiba tiba memikirkan Clara, dia merasa cemas. "Aarrgghh!! Sial, gue gak punya nomornya lagi!"
Reyhan kemudian pergi ke restoran tapi sudah tutup. Dia melajukan motornya menyusuri jalan yang dulu dia lewati saat mengantar Clara pulang, sampai dia melihat Clara di kelilingi para preman, saat dia ingin menolong, ternyata sudah ada orang yang menolongnya duluan.
"Aku harus mengawasi laki laki itu, dia terlihat mencurigakan, kenapa juga dia harus mengantar Clara?"
Reyhan pergi dengan wajah masamnya, hatinya terasa terbakar melihat Clara pulang di antar laki laki lain, ingin rasanya dia menghajar dan memaki laki laki itu, dia sendiri tidak mengerti dengan perasaannya.
...****************...
Pagi yang cerah dengan sinar mentari pagi yang menghangatkan, tapi tidak bisa menghangatkan hati Clara yang membeku.
Clara berjalan menuju halte untuk ke sekolahnya, langkahnya gontai, wajahnya menyiratkan kesedihan. Memang sudah beberapa hari semenjak ia mengetahui perselingkuhan Wildan, tapi lukanya masih bersarang di hati seakan tidak mau pergi.
Masih terngiang jelas setiap ucapan Wildan yang membuat hatinya remuk redam.
Tring!
Entah kenapa senyumnya mengembang saat mendapat pesan dari Devan.
Sejenak dia melupakan kesedihannya pada Wildan dan Ayunda.
✉️" Clara, ini aku, Devan"
✉️"Oh, Kenapa Dev?"
✉️" Mau nanya, kamu tau gak bedanya kamu sama bulan?"
✉️"Gak tau tuh"
✉️"Kalau bulan menerangi malam, kalau kamu menerangi hatiku😍😍"
Clara langsung tertawa saat membaca pesan dari Devan, hatinya sangat bahagia.
Bayangan Wildan tiba-tiba terlintas di benaknya, mendapat gombalan manis seperti ini sudah menjadi makanan sehari-hari baginya.
Clara mengalihkan pikirannya saat dia tersadar kalau semua yang di lakukan Wildan hanya kepalsuan.
Dia kembali fokus dengan benda canggih itu.
✉️"Kamu tau persamaan kamu sama nyuci muka?"
✉️"Apa tuh?🤔"
✉️"Sama sama di ingat sebelum tidur"
Clara terus tertawa dan tersenyum sendiri selama perjalanan membuat orang orang menatapnya aneh.
Duuggh
Karena terlalu fokus membuatnya tak menyadari ada tiang listrik di depannya.
Clara langsung mengelusi keningnya, sementara orang orang tertawa melihat tingkahnya.
Keningnya berkerut, dia bingung kenapa rasanya tidak sakit.
"Kok gak sakit ya? Padahal aku lihat di sinetron ada yang sampai pingsan kalau kejedot tiang listrik, ini kok enggak"
Semua kembali tertawa mendengarnya.
"Ya enggaklah dodol, kan gue ngalangin kepala Lo pake tangan gue. Lagian itu kepala apa batu sih? Keras banget"
Clara langsung menengok ke samping nya, dia terkejut karena ada Reyhan di situ yang sedang mengibas-ngibas tangannya.
"Sakit ya kak?"
"Pake nanya lagi, ya sakit lah, kepala Lo itu keras kayak batu"
Clara hanya cengengesan, di tambah dia baru menyadari jika banyak orang yang melihatnya sambil tertawa.
'duh gue jadi malu, mana banyak orang lagi' Batinnya.
Clara hanya bisa menyembunyikan wajahnya di balik telapak tangannya sambil menahan malu.
Reyhan menarik tangannya dan menyuruhnya naik ke motor.
Saat akan pergiz Clara mendengar suara yang membuatnya bertambah malu.
"Neng, lain kali hati hati, jangan nengok hp terus, ntar kejedot tiang listrik lagi! hahaha"
Clara membenamkan wajahnya di punggung Reyhan, sungguh dia sangat malu, dalam hati dia memaki dan menyalahkan Devan atas kejadian ini.
Ciiit!!
Reyhan mengehentikan motornya di parkiran sekolah.
Clara melirik jam tangannya kemudian bernafas lega.
"Untung belum terlambat"
Clara melangkahkan kakinya, tapi tiba-tiba..
*Greepp
"Mau ke mana lo?" Tanya Reyhan sambil menarik tas Clara.
"Ya mau ke kelas lha kak"
"Bilang apa dulu" Mata Reyhan menajam.
"Hehehe, makasih kak" Lagi, Clara memberi senyum manisnya yang membuat jantung Reyhan berdetak kencang.
'Tung, koperatif dikit napa, jangan kenceng kenceng ntar Clara denger, bisa ketahuan deh kalau Reyhan luarnya doang kayak harimau tapi hatinya hello Kitty'
"Kak, kak, Woi!! kak Reyhan!!"
Reyhan langsung terkejut mendengar suara Clara yang seperti toa.
"Hadeh, jerit dulu baru kakak denger ya. Udah berapa lama tuh telinga gak di bersihin?" Cibir Clara.
"Enak aja, gue rajin kok bersihin, lagian tuh mulut apa toa sih, kuat bener suaranya" Balas Reyhan.
Clara cemberut membuat Reyhan gemas ingin mencubit pipinya, tapi sekuat tenaga di tahannya.
"Udah deh, mending kita masuk daripada kena omel pak Rudi"
Reyhan berjalan menuju kelasnya begitupun Clara.
Reyhan berjalan ke kursinya, duduk, kemudian tidur. Kebiasaan!
"Hadeehh, ni anak gak ilang ilang kebiasaannya. Oi, bangun! Pak Rudi bentar lagi masuk!"
"Bising amat Lo, Dim! Bentar doang kok, gue ngantuk nih"
Reyhan masih meletakkan kepalanya di meja, matanya terpejam. Dimas hanya geleng-geleng kepala melihat nya.
*Kriiing kriiing kriiing*
Jam istirahat pun berbunyi, semua siswa keluar dari kelas.
"Ra, seperti biasa" Ajak Mita menaik turunkan alisnya.
"Kalian aja, gue mau ke taman" Tolak Clara malas.
"Tumben" Balas Santi.
"Gue gak laper"
"Lagian Lo mau ngapain ke taman?" Tanya Mita.
"Semedi"
Clara kemudian meninggalkan kedua sahabatnya.
Mita mencibir "Emang Lo dukun apa pake semedi segala"
"Udah biarin, kuy gue udah laper"
*** Di taman.
Clara berjalan sambil menikmati semilir angin, dia ke taman hanya untuk menenangkan hatinya.
"Hmmm, akhirnya otak ku bisa di refresh jadi aku bisa berpikir, dari semalem otakku kayak hp yang penuh sampah, jadi lelet"
Clara merentangkan kedua tangannya, dia tersenyum sambil menikmati angin yang menyapu rambutnya.
"Ayo Clara! Kamu gak boleh terus terusan sedih karena Wildan. Hidup ini terlalu indah hanya untuk menangisi pemuda brengsek itu! Jadi ayo move-on!!"
Clara berjalan sambil terus bersenandung, saat sedang asik menikmati kesendirian nya, tiba tiba matanya menangkap sosok yang sangat dia sayangi dulu.
Matanya terus merekam setiap kejadian yang ada di depannya, mungkin mereka tidak sadar kalau Clara terus menatap mereka yang sedang bermesraan.
Wildan dan Ayunda sedang duduk di bangku taman, entah mereka tidak tahu malu hingga kissing di taman yang bisa saja guru atau murid lain memergoki kelakuan mereka.
Clara bersembunyi di balik pohon tak jauh dari tempat dua sejoli yang sedang bermesraan itu.
'Baru tadi aku bilang mau move-on dan aku pikir luka itu sudah sembuh, tapi ternyata masih sakit. Kenapa saat melihat mereka, luka ku terasa tambah perih? Heehhh, Kalau Dilan bilang rindu itu berat, maka aku bilang move-on itu berat, andai ada yang mau nanggung perasaan aku kayak Dilan, pasti enak bener jadi milea'
Kristal bening keluar dari mata Clara, luka yang berusaha di sembuhkan nya malah bertambah lebar saat melihat Wildan dan Ayunda yang bermesraan.
Dulu dia tidak semesra itu saat bersama Wildan karena Wildan ingin hubungan mereka tidak di ketahui siapapun, jadi mereka hanya melempar senyum bila bertemu. Saat bertemu di luar pun mereka hanya makan dan berbincang dan sedikit gombalan maut yang di lontarkan Wildan.
Wildan hanya romantis jika sedang mengirim pesan. Kata katanya indah dan membuat siapapun baper bahkan sampai jungkir balik, padahal itu hanya sebuah pesan singkat yang entah tulus dari hati atau tidak. Perkataan yang keluar langsung dari mulut belum tentu kenyataannya apalagi dari tulisan.
Clara mengepalkan tangannya, dia masih mencintai Wildan tentu dia juga akan merasa cemburu jika Wildan dekat dengan gadis lain.
Clara sangat ingin memaki dan menampar Wildan, tapi dia tahan, karena dia tahu itu semua percuma, Wildan sudah tidak menganggapnya lagi.
Tidak ingin terus terusan melihat kelakuan mereka yang hanya membuat hatinya sakit, Clara memutuskan pergi.
*Greep*
*Buughhh*
"Aarrgghh!!, Sakit, kok Lo ninju perut gue sih? Sakit tau, mana gue baru siap makan lagi, jangan sampai keluar isinya" Reyhan meringis kesakitan memegangi perutnya.
"Sorry kak, lagian kakak tiba tiba meluk aku, jadi aku refleks ninju kakak deh"
Wajah polos Clara malah membuat Reyhan bertambah kesal.
"Duh, mana mukanya kayak gak bersalah gitu, nyesel gue ngikutin Google, bukannya nenangin cewek yang lagi sedih, malah gue yang bonyok di hajar sama nih cewek" Keluh Reyhan.
"Kakak kenapa di sini?" Tanya Clara.
"Gak sengaja lewat. Oh ya, Lo gak lupa kan hari ini kita harus belanja?"
"Gak kok"
"Ok, tunggu gue sepulang sekolah"
Reyhan pergi meninggalkan Clara yang masih termenung.
"Apa bener kak Reyhan cuma lewat atau dia ngikutin aku dari tad? Hiiihh, kalau emang bener dia ngikutin aku pasti kak Reyhan lihat dong tingkah konyol ku tadi, malah aku tadi teriaknya kuat banget. Sial banget hari ini"
Clara langsung bergegas ke kelasnya saat bel telah berbunyi.
Sudah mampir ya kakak ku, semangat menulisnya😊
mari saling memberi dukungan🙏