Secret Wedding

Zara memalingkan wajahnya, hal itu membuat Nathan senang menggoda istrinya.

Entah kenapa Nathan sekarang merasa ada hobi baru saat sedang bersama istrinya.

Kini keduanya sudah berada di pesawat, tangan Nathan tidak lepas menggenggam tangan wanita yang tidak lain istrinya.

"Paman," panggil Zara dengan menoleh ke arah Nathan.

"Panggil sayang, sekali-kali apa susahnya, Zara."

Zara memutar bola matanya, malas. Ia tahu suaminya kini sedang patah hati, tapi apa dirinya yang dijadikan pelampiasan sekarang. 

Kalia ini Zara dan Nathan ke Paris, satu Minggu lagi ulang tahun perusahaan yang dirintisnya sejak kuliah.

Nathan walaupun terlahir dari keluarga kaya, tapi pria itu lebih senang mendirikan perusahaan sendiri. Dari pada harus bergabung dengan perusahaan keluarga besarnya.

Sudah menjadi rahasia umum kalau dirinya akan menjadi pewaris dari perusahaan raksasa yang bergerak di bidang jasa itu.

Namun, setiap orang tuanya menayangkan kapan bergabung. Jawaban pria itu selalu sama jika ia belum pantas untuk memimpin perusahaan yang cabangnya di berbagai manca negara itu.

Setelah menempuh penerbangan selama tiga jam lima puluh lima menit, akhirnya mereka sampai di 

Bandara Udara Charles de Gaulle Paris.

Zara meregangkan otot-otot tubuhnya, wanita itu menatap suaminya dengan menggelengkan kepalanya.

Nathan segera mengajak istrinya untuk keluar dari pesawat, kini keduanya sedang berjalan beriringan.

"Sayang, mau langsung ke hotel dulu atau ikut ke kantor cabang." 

Zara mendengar apa kata suaminya, wanita itu melihat ke kanan dan kiri. 

"Paman bicara dengan siapa?" 

"Astaghfirullah, Zara. Siapa lagi jelas sama istriku."

Zara tersenyum tipis, wajahnya memerah karena Pria tua itu memanggilnya dengan sayang. 

"Zara, mau ke hotel atau ikut kantor."

"Ikut aja, Paman."

Nathan mengelengkan kepalanya, pria itu menarik Zara ke arah tempat sepi. 

Nathan menarik pinggang sang istri, hingga tubuh keduanya saling menempel.

Tubuh Zara menegang, apa lagi saat Pria tua itu dengan cepat membungkam mulutnya dengan ciuman kasar.  Walaupun awalnya kasar, tapi perlahan Nathan memberikan ******* lembut. 

Zara hanya diam, tapi karena terbawa suasana, wanita itu akhirnya membalasnya. Hingga gadis itu mulai kehabisan oksigen langsung menarik wajahnya.

Napas keduanya tersengal, Nathan mengusap bibir sang istri yang sedikit bengkak." Mau pakai masker?"

Zara hanya mengangguk, ia merasakan jika bibirnya kebas akibat ciuman brutal pria tua itu. 

"Bodoh kamu Zara kenapa membalas dan menikmati ciumannya," batin Zara merasa apa yang dilakukannya begitu murahan.

Setelah kejadian itu, Zara merasa canggung dengan suaminya. Namun, tidak dengan Nathan pria itu tersenyum.

"Ingat jangan memanggilku paman lagi, kalau sampai hal itu terjadi aku akan menciummu saat itu juga."

Zara begitu terkejut, tidak lama mobil berhenti tepat di depan Nathan. Pria itu membukakan pintu dan mempersilahkan sang istri untuk masuk lebih dulu.

Zara bingung, ia harus memanggilnya apa. Tidak mungkin memanggilnya sayang, rasanya mau mengucapkan kata keramat itu lidahnya menjadi kelu.

"Pa." Zara menutup mulutnya saat Nathan menoleh dengan mengerlingkan matanya.

"Mati aku , astaga pria tua itu begitu mesum," batin Zara.

"Sepertinya istri cantikku ini menginginkan lagi, bagaimana kalau kita langsung ke hotel?" Nathan kembali mengerlingkan matanya menggoda wanita yang kini wajahnya makin memerah.

"A- aku harus panggil apa?" 

"Good, pertanyaan cerdas, Sayang aku suka, tunggu aku pikirkan dulu kamu harus memanggilku apa?" Nathan mengetuk-ngetuk dagunya terlihat sedang memikirkan panggil apa yang cocok dari Zara untuknya.

Zara menarik napas panjang, ia begitu menyesal menemani pria tua yang kini banyak maunya. Apalagi suaminya itu mesum tingkat dewa sekarang.