Rabella membenci Alvaro, adik angkatnya!
Semua orang tau itu, tapi apa jadinya kalau Rabella malah jadi istri kedua Alvaro karena kecerobohannya sendiri? Setelahnya, Rabella harus menanggung nasib paling buruk yang tak pernah dia impikan!
Apa yang terjadi sebenarnya?
Yuk simak cerita ini.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alnayra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Demi Kebaikanku? Hah Gila!
"Eung."
Rabella masih terbaring di ranjang, kondisi tubuhnya masih lemah, karena wanita itu melewatikan sarapan dan makan siang. Belum lagi emosinya masih tidak stabil.
Untung saja masih ada Putri di kamar yang sama, walau pada akhirnya mereka seperti dua tahanan di kamar ini.
Tadi Putri yang sempat histeris, meminta bantuan pada para penjaga yang menjaga tepat di luar kamar.
Namun, karena insiden yang berbahaya sempat dilakukan Rabella, para penjaga jadi tidak bisa memberikan banyak bantuan.
Bahkan putri juga tidak diperkenankan keluar dan kamar Rabella.
Karena semua orang di mansion ini tahu, jika putri adalah pelayan setia Rabella, juga mengingat beberapa waktu lalu, saat Rabella mencoba kabur dari rumah dengan melakukan penyamaran sebagai pelayan.
Para penjaga jadi berasumsi bahwa Putri juga ikut andil dalam rencana kabur itu.
Untungnya rencana kabur itu gagal berkat Alvaro, para perjaga tak bisa membayangkan jika rencana Rabella itu sukses, sudah bisa dipastikan kalau akan terjadi pemecatan massal setelahnya.
Maka dari itu, saat ini mereka sedang belajar dari pengalaman agar tidak lengah dalam menjaga Rabella.
Tak peduli bagaimana kondisi anak majikan mereka itu, apa benar-benar sedang kesakitan seperti yang dikatakan Putri atau hanya berpura-pura saja, sekedar cara untuk membuat mereka lengah lagi.
Mereka akhirnya hanya bisa memberikan bantuan kecil dengan membawakan bubur dan beberapa obat yang bermanfaat, jika Nona mereka itu benar-benar jatuh sakit.
Putri juga masih setia menemani Rabella, gelang emas yang tadi diberikan Rabella juga dikembalikan lagi ke dalam lemari milik majikannya itu.
Putri masih merasa tak nyaman mendapat kebaikan dari Nona Rabella-nya ini, padahal Rabella sendiri sedang mengalami kesulitan yang besar seperti saat ini.
"Ugh.." Lagi, suara erangan Rabella terdengar.
Badannya masih meringkuk di balik selimut.
Putri yang jadi panik sendiri, lekas mengecek suhu tubuh Rabella, juga mengganti handuk yang dipakai sebagai kompres.
"Nona, Anda sudah sadar?" tanya Putri, badannya menunduk, mendekat ke arah Rabella.
"Haah.. jam berapa ini?" Bukannya membalas pertanyaan Putri, Rabella malah bertanya balik.
"Sekarang sudah jam setengah delapan malam, Nona. Apa anda membutuhkan sesuatu?"
Kali ini Rabella menggeleng, rasa sakit yang tadinya tidak begitu dirasakan, sekarang malah menjadi-jadi. Seperti baru saja mengalami kecelakaan beruntun, itulah yang Rabella rasakan.
Wanita cantik itu menghela nafas kasar.
Sejenak memejamkan matanya lagi dan mengabaikan keberadaan Putri yang khawatir padanya.
"Papa udah pulang?" Rabella membuka matanya lagi, lalu bertanya.
"Saya kurang tahu, Non. Karena sejak Nona Rabella dibawa masuk lagi oleh beberapa penjaga, Saya juga tidak diperbolehkan keluar. Tadi saja waktu Non Rabella pingsan, mereka sama sekali tidak memberikan bantuan!" jelas Putri jujur.
Rabella tak memberikan merespon. Seolah dia sudah mengira tentang hal tersebut.
Dirinya dicap sebagai penjahat, bahkan di rumahnya sendiri. Gila memang, tapi memang itulah yang terjadi pada Rabella.
"Gue mau tidur lagi, lo jangan berisik!"
Kemudian Rabella langsung menaikkan selimut sampai menutup seluruh tubuhnya.
"Tapi Nona, anda bahkan belum makan apapun sejak tadi pagi!" seru Putri, dia ingin menahan Rabella agar tidak kembali tidur aebelum mengisi perutnya.
"Gak perlu, gue udah kenyang maki-maki semua orang di rumah ini," tukas Rabella, benar-benar mengabaikan Putri yang wajahnya hanya bisa melas.
Akhirnya, Putri tak bisa memaksa Rabella lagi.
Membiarkan Rabella kembali beristirahat di malam yang tenang.
***
Sudah dua hari sejak pernikahan Alvaro, juga sejak Rabella diSah-kan menjadi istri kedua Alvaro, adik angkatnya.
Tak ada pesta pernikahan, tak ada gaun pengantin mewah karena Rabella dinikahkan bersamaan dengan pesta pernikahan Alvaro dan Mika dari keluarga Wisma.
Sebuah pernikahan tanpa pengantin wanita, belum tercatat di negara juga. Hanya sah secara agama.
Selama dua hari ini, Rabella akhirnya bisa beristirahat dengan tenang dan nyaman. Tak ada Alvaro yang datang mengganggu.
Yang Rabella tahu, Adik angkatnya itu bersama dengan Mika, langsung pergi honeymoon ke luar negeri tepat setelah H+1 pernikahan mereka.
Abaikan saja hal itu, Rabella tidak memerlukan kehadiran bocah itu.
Kondisi Rabella juga sudah membaik seperti semula. Tapi ada satu masalah di sini, saat papanya mendadak memanggilnya.
Rabella belum tahu apa yang diinginkan papanya, tapi entah kenapa perasaannya jadi tidak nyaman sekarang.
"Duduk," pinta Felix pada putrinya.
Rabella dipanggil untuk sarapan bersama, Rabella bahkan sudah tak ingat kapan terakhir kali mereka duduk dan sarapan bersama seperti ini.
Rabella yang sibuk mengejar pencapaian Alvaro dan papanya yang sibuk membanggakan Alvaro pada teman-teman bisnisnya.
Rabella sudah duduk di tempatnya.
Jika dulu, saat masih remaja, Rabella Selalu merengek ingin duduk di dekat papanya. Terkadang dia juga iri karena fokus dan perhatian papanya hanya tertuju pada Alvaro.
Tapi sekarang tidak, Rabella yang selalu merengek itu sudah tidak ada.
Bahkan saat ini, dia mengambil tempat duduk yang cukup jauh dan jangkauan papanya.
Bayangan saat tangan pria paruh bayah itu dengan ringan digunakan untuk menampar wajah putri kandungnya sendiri masih teringat jelas di benak Rabella.
Rabella tak lagi mengharapkan kasih sayang papanya lagi sejak kejadian itu. Mana ada juga orang tua yang lebih sayang pada anak angkat daripada anaknya sendiri?
Rabella sudah muak dengan kehidupannya di rumah ini. Ia ingin bebas, menggapai cita dan bertemu dengan seseorang yang menyayangi dan mencintainya dengan tulus.
Rabella pastikan, sebentar lagi dia akan bercerai dari Alvaro dan pergi dari rumah ini.
"Kamu harus tinggal bersama Alvaro dan Mika mulai bulan depan, tepat setelah mereka pulang dari Honeymoon." Perkataan itu dengan mudahnya diucapkan Felix, papa Rabella.
Membuat Rabella spontan mendongak dan menatam papanya. Tak terima dengan keputusan sepihak sang papa. Felix memicingkan matanya, melihat enspresi tak bersahabat sang putri kandung.
"Aku gak mau!" Rabella langsung menolak dengan tegas, wanita itu bahkan merasa tak perlu berlama-lama duduk di sini, bersama dengan orang tua yang sudah lama tak menganggapnya sebagai anak sendiri.
"Bicara apa kamu barusan, Rabella? kamu berani membantah Papa?!" Emosi Felix juga ikut tersulut.
Tak senang dengan respon penolakan yang diberikan Rabella secara tegas.
"Iya, emang kenapa? Kenapa kalau aku nolak, Pa??"
"Kamu sudah jadi istri Alvaro sekarang, tentunya kalian juga harus tinggal bersama," tegas Felix lagi, membuat Rabella berdecak.
"Tapi aku sama sekali gak punya niat jadi istrinya Alva, tuh! Papa aja yang terlalu nurut sama semua omongan bocah itu."
"Rabella! Jaga ucapan kamu itu! Papa menikahkan kamu dengan Alvaro, semuanya juga hanya demi kebaikan Kamu!! Demi kehormatan kamu! Kamu pikir insiden dua hari lalu akan selamanya bisa disembunyikan? Gak bakal ada laki-laki yang menerima wanita yang sudah tidak suci lagi!"
Suasana jadi memanas. Dada Rabella bergemuruh ketika diingatkan lagi tentang insiden dua hari yang lalu itu.
Tapi kemudian Rabella tertawa, menertawarkan ucapan papanya barusan.
"Kebaikan untukku? Hah memangnya Papa tahu apa aja yang bisa bikin aku bahagia selama ini, hah? Nggak ada! Papa gak tahu apapun soal aku!! Yang Papa tahu cuma ALVARO!! ALVARO TERUS... JADI STOP ATUR-ATUR HIDUP AKU, DI SAAT PAPA SENDIRI GA KASIH KEBAHAGIAAN BUAT AKU SELAMA INI."