NovelToon NovelToon
Mengulang Waktu Untuk Merubah Takdir

Mengulang Waktu Untuk Merubah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Raja Tentara/Dewa Perang / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romansa Fantasi / Time Travel / Reinkarnasi / Mengubah Takdir
Popularitas:693
Nilai: 5
Nama Author: Wira Yudha Cs

Di kehidupan sebelumnya, Max dan ibunya dihukum pancung karena terjebak sekema jahat yang telah direncanakan oleh Putra Mahkota. Setelah kelahiran kembalinya di masa lalu, Max berencana untuk membalaskan dendam kepada Putra Mahkota sekaligus menjungkirbalikkan Kekaisaran Zenos yang telah membunuhnya.
Dihadapkan dengan probelema serta konflik baru dari kehidupan sebelumnya, mampukah Max mengubah masa depan kelam yang menunggunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wira Yudha Cs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 7 HASRAT MEMBUNUH

"Terima kasih banyak, Tuan. Terima kasih!!"

Sebelum meninggalkan toko, Max memberikan lebih dari 5000 koin emas kepada anak laki-laki penjaga toko itu. Anak itu linglung karena rasa gembira dan tak henti-hentinya dia mengucapkan terima kasih sampai Max keluar dari tokonya.

Semakin malam, semakin ramai suasana pasar. Aroma berbagai macam makanan memenuhi udara malam.

Max hanya melihat-lihat makanan yang dijual di lapak pinggir jalan. Mengabaikan perut yang sudah lapar, Max segera mampir ke toko pakaian. Dia membeli lima pakaian wanita untuk sang ibu dan kain sutra hitam sepanjang 100 kaki untuk membuat pakaian bocah kecil di rumahnya itu. Max menghabiskan 200 koin emas di toko pakaian. Harga kain sutra

sangatlah mahal. Namun, pemuda itu tidak mempedulikannya. Koin emas dan perak yang dia kumpulkan selama menjalankan misi, lebih dari 800.000 koin. Baik itu emas maupun perak.

Di kehidupan sebelumnya, Max tidak berani mengeluarkan banyak koin emas karena takut ibunya akan curiga. Maka dari itu dia hanya mengumpulkannya. Namun, sangat disayangkan, koin emas itu tidak pernah terpakai karena cincin

penyimpanannya hilang saat dia dikejar oleh binatang suci tingkat dewa. Setelah itu, Max pun tidak bisa fokus lagi untuk mencari uang karena telah terjerat oleh sekema jahat yang

diatur Putra Mahkota Julius. Mengingat hal ini, Max tanpa sadar

menggertakkan giginya. Sebelah angan pemuda itu bahkan mengepal begitu keras. Dalam hati, dia tak henti-hentinya mengutuk Julius dan seluruh orang-orang Kekaisaran Zenos.

Max keluar dari toko pakaian.

Semua barang yang ia beli sudah tersimpan dengan baik di dalam cincin penyimpanan. Dalam kehidupan kali ini, Max tidak akan berhemat seperti sebelumnya.

"Putra Mahkota Julius Navelitan Zenos berkunjung ke pasar! Beri penghormatan pada Yang Mulia Putra Mahkota!" Teriakan seorang prajurit yang berjalan di depan kereta kuda mewah

menarik atensi semua orang yang ada di pasar. Sisi kiri dan kanan kereta kuda, terdapat barisan prajurit lengkap dengan zirah tampak gagah dan menakutkan.

Max menoleh ke arah sumber suara, tak jauh darinya segerombolan orang-orang Kekaisaran Zenos yang berada di bawah pimpinan Putra Mahkota Julius berjalan perlahan di

tengah hiruk pikuk pasar. Semua orang menepi dan menekuk lutut di tanah secara bersamaan.

"Hidup Yang Mulia Putra Mahkota!" Seruan warga menggema di

seluruh penjuru pasar.

Max menyembunyikan diri di balik orang-orang yang kebetulan dekat denganya. Demi surga, Max berjanji di dalam hati bahwa dia tidak akan pernah tunduk kepada siapapun, terutama orang-orang dari istana Kekaisaran Zenos. Mereka semua

penuh dengan tipu daya dan kemunafikan. Max tidak menyangka bahwa dia akan melihat Julius secepat ini.

"Lihatlah, Yang Mulia Putra Mahkota Julius sangat tampan.

Siapapun yang menjadi istrinya pasti akan sangat beruntung dan bahagia!"

"Benar. Aku sangat berharap anakku dapat menjadi salah satu

selirnya!" Bisikan wanita paruh baya di depan Max terdengar cukup jelas. Wanita itu dan teman di sebelahnya memuji Julius

dengan cara yang berlebihan. Max mencibir. Di kehidupan sebelumnya, wanita yang menjadi istri sang Putra Mahkota adalah wanita yang paling malang sedunia. Max tidak akan

pernah melupakan penampilan menyedihkan istri Julius di dalam penjara bawah tanah kekaisaran. Mengingat wanita itu, Max menjadi tidak sabar untuk menemuinya. Dia mempunyai hutang nyawa pada wanita itu. Namun, untuk saat ini, Max belum berani untuk menemuinya secara langsung. Dia akan

bergerak secara perlahan sesuai dengan rencana yang telah dia susun sebelumnya.

Saat kereta kuda Julius melintas di depan kerumunan wanita paru baya di mana Max berada di belakang mereka, diam-diam pemuda itu mengambil jarum dari lengan baju dan menjentikkan benda itu ke arah kaki kuda. Segera benda kecil nan tipis itu melesat, lalu menusuk tepat di lutut kuda.

Seringaian kecil muncul di wajah tampan itu. Jarumn yang baru saja dia lemparkan adalah jarum beracun yang bereaksi cukup lama. Jika dalam satu setengah hari ke depan Julius masih menggunakan kereta kuda itu, dapat dipastikan hal-hal buruk pasti akan Putra Mahkota itu rasakan. Max sangat

berharap mendengar kabar bajingan itu terluka.

Sebenernya, dia bisa saja mengarahkan jarum itu pada secara

Julius. Namun, Max menahan diri. Dia tidak akan membiarkan Julius mati dengan mudah. Max bersumpah akan membuat bajingan itu merasakan pahitnya neraka di dunia. Sementara itu, di dalam gerbong kereta kuda. Julius merasakan adanya

aura membunuh dengan tatapan tajam yang sangat kuat. Dia tanpa sadar menoleh ke luar kaca. Namun, tak ada hal yang mencurigakan. Julius juga tidak melihat sosok Max, karena

sebelum menoleh ke belakang, Max sudah menghilang.

"Siapa yang berani menatapku dengan tatapan tajam seperti itu? Apakah 'dia' mencari kematian?" Julius berdecak di dalam hati. Dia tidak tahu siapa itu. Namun, Julius merasa sangat yakin bahwa aura membunuh itu berasal dari salah satu warga di pinggir jalan yang sedang bersimpuh.

***

Malam semakin larut. Bulan di langit gelap memancarkan cahaya yang sangat terang. Udara semakin lembab dan udara dingin menyapa melalui pori-pori kulit. Max melupakan sejenak

hasrat ingin membunuhnya terhadap Julius. Saat ini dia harus fokus mempersiapkan segala hal untuk pindah ke wilayah Utara. Sebelumnya pulang ke rumah, tentu saja Max membeli kereta kuda dengan gerbong yang cukup besar.

Tampilan gerbong kereta cukup sederhana dengan tiga ekor kuda cokelat yang tampak sehat. Badan ketiga kuda itu cukup besar dan berisi. Max lagi-lagi banyak menghabiskan koin emas untuk membelinya.

Karena cincin penyimpanannya tidak bisa memuaskan makhluk bernyawa seperti kuda, maka Max menunggangi kereta kuda dalam perjalanan pulang ke rumah. Dia juga sempat mampir di beberapa lapak dagang makanan. Max membeli roti bakar dan roti kukus isi daging untuk bocah kecil di rumah.

"Sial. Mengapa aku merindukan bocah itu?" Max tiba-tiba terkekeh samar di dalam perjalanan pulangnya. Setibanya di depan rumah, Max disambut dengan suara tangisan yang

cukup keras. Tak salah lagi, itu adalah suara tangisan bocah kecil yang berasal dari telur emas. Tangisannya terdengar

sangat menyedihkan. Di sela isak tangis itu, terdengar suara Riana yang berusaha menenangkan.

"Nenek! Ke mana Ayahku pergi? Di mana dia? Apa dia meninggalkanku?.

... Huaaaa .... Ayah ....

"Ayahmu akan segera pulang. Jadi, berhentilah menangis."

"Bohong! Nenek bohong! Ayah pasti pergi meninggalkanku!" Bocah kecil itu berteriak nyaring.

Max segera melompat dari kuda dan memasuki rumah. Pencahayaan di rumah itu cukup redup karena hanya menggunakan tiga lilin. Mendengar pintu berderit, bocah kecil yang berada di pangkuan Riana segera berlari menuju sumber suara. Bocah itu berlari dengan berlinang air mata, Max yang

melihatnya tanpa sadar menekuk lutut ke lantai dan menyambutnya.

"Ayah kamu kembali!! Aku berpikir Ayah pergi karena tidak ingin

merawatku!" Bocah itu mengeluh sembari memeluk erat leher sang ayah. Max tidak tahu harus berkata seperti apa. Dia sendiri masih bingung dengan reaksinya yang menyambut

bocah itu dengan penuh suka cita. Alhasil, Max hanya bisa mengangkat tangan kirinya dan mengusap lembut punggung bocah kecil itu. Max bertemu pandang dengan ibunya. Riana hanya bisa menghela napas singkat melihat pemandangan itu.

"Ayah, bisakah kamu mengajakku ke manapun kamu pergi?" Bocah kecil itu berbisik pelan dengan wajah yang sepenuhnya terbenam di pundak sang ayah.

"Tidak untuk saat ini. Namun, kamu bisa mengilkutiku ketika kamu sudah besar nanti. Patuhlah pada nenek saat aku tidak ada di rumah. Jika kamu terus bertingkah, maka aku tidak bisa merawatmu terlalu lama." Max tidak bisa berkata kasar terhadap bocah ini. Riana bahkan sedikit terkejut saat mendengar nada lembut yang keluar dari mulut putranya itu.

"Baiklah, Ayah. Maafkan aku," ucap bocah kecil itu dengan nada lirih. Max hanya menanggapinya dengan anggukan kecil. Lalu dia berdiri sembari menggendong bocah itu. Ada perasaan hangat dan akrab tiap kali Max berada di dekat bocah ini. Tanpa Max sadari bocah kecil itu perlahan mampu menenangkan pikirannya dari segala hal.

"Max, Ibu pikir kita harus memberinya sebuah nama," ujar Riana tiba-tiba.

Pandangan Max kembali pada sang ibu. Dia juga berpikir begitu. Jika terus tinggal bersamanya tanpa nama, Max akan bingung mau memanggilnya seperti apa.

"Ayah, berikan aku nama!" seru bocah kecil itu dengan penuh

semangat. Dia mengangkat wajah dengan mata berbinar menatap sang ayah. Max menghela napas singkat sebelum mengutarakan satu nama yang cocok untuk bocah kecil ini, "Ansel. Mulai sekarang namamu adalah Ansel."

***

1
Dewiendahsetiowati
hadir thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!