Jangan pikir cuma orang tua saja yang bisa menjual anak nya. Karena anak pun bisa melakukan hal yang sama.
"Akak cantil! Akak cantil! Mau ndak jadi Mommy kita! Daddy kita duda loh, cekalian dapat anak comel cepelti kami ini."
"Iya! Iya! Nanti daddy akan bayal utang na Mommy! gelatis catu dapat catu. Nikah cama duda dapat anak.. Hehehehe!"
Berharap bertemu jodoh pangeran kuda putih, Larasati Aqela justru bertemu dengan dua anak kembar lucu yang menawarkan Daddy mereka.
Larasati seorang mahasiwi semester akhir yang harus bekerja di sebuah restoran untuk mencukupi kebutuhan nya harus terjebak dengan anak kembar pengusaha paling kaya. Angkara Brawijaya, dia memiliki sikap dan sifat yang sangat aneh bagi Laras.
"20 juta sebulan! Jadi Ibu dari anak saya!"
" Hapaaa???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hachichan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPAD. Dia Adalah Calon Istri Saya
Bangkitlah jika kamu terjatuh
Larilah jika seandainya kamu ingin menghindar
Tapi berhentilah jika kamu ingin menyerah
Sebuah ungkapan kata, ' kamu adalah sosok yang hebat ' , kata untuk menyemangati diri sendiri. Tak peduli meski banyak nya hinaan yang terlontar
Kamu adalah kamu, tak peduli orang menganggap apa, jadi diri sendiri lebih baik
Menangislah jika kamu tidak kuat
Tapi jangan pernah bersembunyi
🩵🩵🩵🩵
Di sebuah ruangan yang bergaya modern klasik, kombinasi yang menghasilkan ruangan yang elegan namun tetap kekinian. Nama besar CEO Angkara Brawijaya tertulis rapi di dinding tepat pada belakang kursi kebesaran nya. Foto CEO Angkara yang memakai setelan jas senada dengan ekspresi dingin dan datar, berada di depan meja kebesaran nya, jadi tepat saat Angkara duduk, fotonya bisa terlihat jelas di depan nya.
Tidak ada waktu untuk karaokean seperti biasa, meski terkadang karena kesal dan lelah membuat pakaian nya jadi tidak berbentuk, Angkara tetap terlihat tampan jika sudah dalam mode serius.
"Huuu," Terdengar helaan nafas."Akhirnya selesai juga." Angkara merenggangkan otot - otot nya, karena masalah yang di buat oleh salah satu karyawan terkait salah nya laporan penjualan produk membuat perencanaan yang tidak akurat dan strategi pemasaran yang tidak efektif, serta menyebabkan kerugian finansial yang signifikan. Sebagai CEO, bisa saja dia meminta yang menyebabkan masalah itu memperbaiki semuanya, atau dia bisa menyuruh asisten nya. Tetapi Angkara tidak mau mengambil resiko yang akan menyebabkan kehancuran perusahaan nya.
Karena itu, karyawan yang membuat perusahaan hampir rugi akan langsung di tendang keluar tanpa di berikan kesempatan kedua. Itulah Angkara yang jika dalam mode tegas tidak mempedulikan apapun. Bahkan dia pernah memecat seluruh tim pemasaran hanya karena laporan yang melenceng, dan lagi - lagi semua pekerjaan itu di alihkan kepada orang lain sampai perusahaan mempekerjakan penggantinya.
Saat Angkara bersiap untuk istirahat sebentar di kamar pribadinya. Sebuah pintu terbuka dengan kasar membuat Angkara berdecak kesal sambil menahan emosi."REVO! BISA TIDAK KAU JANGAN MEMBUATKU TAMBAH KESAL."Sudah lelah karena masalah laporan, sekarang asisten sekaligus sahabat nya tambah membuatnya kesal.
"Sorry, sekarang bukan waktunya buat lo marah - marah," Revo menetralkan nafasnya yang tak beraturan karena berlari, di saat sudah tenang, barulah Revo bicara."Terjadi perkelahian di lantai bawah dekat meja resepsionis, seorang wanita datang mengaku mengenal lo, tapi resepsionis tidak mengizinkan nya masuk, jadi perkelahian juga nggak bisa di hindari. Tapi kedua anak kembar mu ada disana."
"What the fuck, " Umpat nya dan dia langsung berlari ke lantai paling bawah.
Nafas nya memburu menandakan dia sedang berusaha untuk memendam kemarahan nya. Dia sudah sangat lelah dan di tambah dengan masalah yang di timbulkan salah satu pegawai nya.
Di dalam lift, kaki Angkara gemetar karena menunggu angka yang berubah turun, dalam ketegangan waktu terasa lebih lama baginya. Saat bunyi Ting terdengar, Angkara melangkahkan kakinya dengan lebar sampai lantai paling bawah.
Di depan sana, Angkara melongo melihat pertarungan sengit antara Laras dan Anabel, semua karyawan yang berada disana hanya menonton tanpa berniat menghentikan pertikaian yang terjadi, bahkan dua security yang berjaga saja mencoba menyeret Laras ke luar dari perusahaan nya. Tambah marah lah Angkara melihat nya, bagaimana Laras memberontak dari cengkraman dua security.
"LEPASKAN TANGAN MU!!!" Suara melengking dan berat dari Angkara menghentikan semuanya. Perhatian mereka tertuju pada Angkara yang sudah berpenampilan berantakan tapi tidak mengurangi radar ketampanan.
Terlihat raut wajah marah dari CEO mereka.
Anabel di depan sana sudah tertawa puas, dengan wajah yang berpura - pura menjadi korban, dia menghampiri Angkara."Pak, mohon maaf Pak, tadi saya sudah meminta mere---"
"DADY??!!!" Anabel menghentikan ucapan nya saat Raja dan Bunga berlari memeluk kaki Angkara, Anabel melongo tak percaya.
"Hey kalian, lancang sekali kalian menyentuh Pak Angkara dengan tangan kotor kalian." Anabel yang ingin menyeret Raja dan Bunga nyatanya langsung mendapatkan tamparan yang begitu keras di pipinya.
PLAK
PLAK
PLAK
PLAK
Bukan dua kali tapi empat kali di pipi kanan dan kiri, semua melotot tak percaya. Semarah apapun CEO mereka, Angkara tidak pernah memukul karyawan nya. Tapi ini, aksi Angkara membuat semua karyawan mundur selangkah, merasa takut dan mereka tidak berani melihat, jadi yang bisa di lakukan hanyalah menunduk.
"KAU YANG LANCANG," Amarah Angkara meledak."Siapa kau berani bicara seperti itu kepada kedua anak ku?"Mata Anabel membelalak, tubuh nya mendadak gemetar ketakutan, dia ikut mundur selangkah, tatapan Angkara menusuk indra penglihatan nya.
"DAN UNTUK KALIAN SEMUA, APA KALIAN TIDAK MENGENAL KEDUA ANAK KU SAMPAI KALIAN HANYA MENONTON SEPERTI ORANG BODOH?" Tanya Angkara menatap semua karyawan nya satu per satu, mereka tidak berani membalas menatap. Memang tidak semua karyawan mengenal Raja dan Bunga, jadi beberapa dari mereka tidak berani menolong Laras, Raja dan Bunga, apa lagi Anabel adalah keponakan dari kepala HRD.
"Daddy! Daddy! Nenek cihil itu memukul Mommy, Mommy ndak calah padahal, cudahlah pecat caja itu Nenek cihil. Belani cekali memukul Mommy, ndak ada copan - copan na." Raja melapor. Anabel yang mendengar itu semakin ketakutan.
"Ho - oh, makanan na cudah hancul, di anculin cama cih biang keok, cekalang ndak bica di makan lagi. Cedih cekali nasib na Buna ini, cudah ndak bica makan lawon na." Bunga menatap miris keadaan makanan yang berserakan di lantai.
"Dasal Nenek cihil, tadi aja malah - malah, cakal - cakalan kaya kucing. Cekalang diam celibu bahasa, takut lupana, makana dadi olang jan combong." Kata Raja dengan kesal, sekali lagi Anabel tak bisa menjawab karena takut.
Sementara tatapan Angkara beralih menatap Laras yang berada tak jauh darinya.
Angkara melangkahkan kaki nya mendekati Laras yang memegangi kedua pipinya. Di raih nya lah kedua tangan itu, di lihat nya ada noda darah karena cakaran kuku Anabel, rahang Angkara mengeras, matanya menatap tajam dua security itu.
"KALIAN DI PECAT!!!" kedua security itu kelabakan, mereka merasa takut. Mereka memohon di bawah kaki Angkara tapi Angkara masa bodoh. Matanya menatap Revo, sahabat sekaligus asisten nya itu yang mengerti langsung menarik kedua security dan melemparkan nya keluar.
Tangan hangat dan lembut milik Angkara mengelus pipi Laras yang memerah, bulir bening keluar, dengan secepat kilat, Angkara menghapus air mata itu. Dia membawa Laras ke dalam pelukan nya. Pemandangan itu membuat semua karyawan kembali tercengang dan bertanya - tanya siapa Laras sebenarnya.
Setelah beberapa detik, Angkara melepaskan pelukan itu, dia meraih tangan Laras dan membawanya. Langkah nya berhenti di depan Anabel. "Saya tidak pernah melihat kamu disini? Siapa yang mempekerjakan kamu disini?" Tanya Angkara, nadanya tidak setinggi tadi tapi penuh penekanan.
"S.s.saya, s s s aya~~"
"JAWAB!!" Bentak Angkara kesal karena suara Anabel yang tidak jelas.
"Bu Destya!!" Jawab nya cepat tapi bercampur dengan nada takut.
"Destya? Ketua HRD?" Anabel mengangguk."Revo! Panggil Bu Destya ke ruangan saya. Dan kamu, mulai hari ini, kamu di pecat." Tegas nya.
Anabel semakin takut, dia berjongkok sembari mengatupkan kedua tangan nya, memohon."Pak! Tolong maafkan saya, saya tidak tau jika mereka anak bapak. Saya benar - benar tidak tau. Lagi pula, wanita itu berpakaian seperti orang miskin, jadi saya pikir mana mungkin orang miskin sepertinya mengenal bapak."
Angkara kembali tersulut emosi, tapi belum juga dia bersuara, Laras sudah melangkahi nya."Jadi maksud kamu, hanya karena pakaian saya tidak mahal dan tidak bermerk, kamu bisa menghina saya sesuka hati kamu. Asal kamu tau, saya mungkin orang miskin tapi setidak nya saya bisa menjaga tutur kata saya lebih baik, tidak seperti kamu yang menghina tanpa memikirkan perasaan lawan bicara."
Anabel menunduk, Angkara menatap sendu wajah Laras yang penuh luka. Ada perasaan sakit di hatinya saat melihat Laras dalam keadaan seperti itu. Dia sangat marah, marah pada dirinya sendiri yang tidak bisa melindungi Laras, dan marah kepada semua yang berani menyakiti wanita itu.
Perasaan apa ini?
Pandangan Angkara beralih pada semua karyawan yang menundukkan kepalanya."Kalian lihat mereka baik - baik, perhatikan wajah mereka. Jika kalian berani mencegah mereka masuk ke perusahaan ini. Maka nasib kalian akan langsung di black list, "Semua merasakan hawa panas di sekitar mereka. Udara sepertinya tidak mampu memadamkan api yang telah Anabel sebarkan.
"Dan saya akan mengumumkan kepada kalian semua. Wanita yang berdiri di samping saya. Dia adalah Laras Aqila, Ibu dari anak - anak saya. Kalian semua harus wajib menghormati nya. Dan dia~~~" Angkara menghentikan kalimat nya, menatap ke arah Laras yang juga membalas tatapan matanya.
" DIA ADALAH CALON ISTRI SAYA."
DEG...
Tak hanya Revo dan semua karyawan yang tercengang dengan pengakuan Angkara, Laras yang berada di samping nya juga ikut tercengang.
'What the heck?
BERSAMBUNG
Laras ~~~ Dasar Orang Gila
Angkara~~~ Baru tau kamu jika saya gila😁😁😁😁
kopi & vote untuk mu