Tumbuh menjadi anak pembantu semenjak kecil, tidak membuat Rifan malu. Dia justru merasa beruntung, selain dibiayai sekolah oleh majikan, Rifan bahkan diperbolehkan bersahabat dengan Alisha, nona mudanya.
Namun satu insiden karena candaan merubah segalanya. Ketika rasa penasaran berubah jadi petaka berkelanjutan. Rifan dan Alisha ketagihan tidur bersama, padahal mereka sudah sama-sama punya kekasih. Sampai suatu hari, ibunya Rifan berhasil memergoki kelakuan putranya dengan sang nona muda, saat itulah Rifan dipaksa pergi dari rumah. Tapi apakah itu akan jadi akhir hubungan Rifan dan Alisha? Tentu saja tidak.
"Kembalilah padaku dan jadilah simpananku." Alisha.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
chapter ¹⁰ - addicted
Rifan menjatuhkan dirinya ke samping Alisha. Seketika tubuh mereka terlepas dari kedekatan sebelumnya. Keduanya kini sama-sama sibuk mengatur napas, tubuh terasa lelah namun hangat.
Jantung Rifan berdegup sangat kencang. Hal serupa tentu juga dirasakan Alisha. Ada rasa penyesalan dan juga perasaan belum cukup dari mereka.
Rifan melirik Alisha. Jujur saja, tubuh indah Alisha yang polos itu selalu membuatnya terpana. Membuat sesalnya seketika sirna dan berubah menjadi nafsu yang menyeruak. Tapi untuk sekarang, Ridan akan menahannya dulu. Apalagi Alisha terlihat sedang kewalahan.
“Apa kau bisa melakukannya semalaman? Kayaknya sekali saja bagiku tak cukup,” celetuk Rifan sambil tersenyum tipis.
Alisha menatapnya pelan, lalu terkekeh. “Ternyata kau ketagihan juga. Ya udah kalau gitu. Tapi emang kau bisa lagi?”
“Tentu saja. Tapi aku butuh istirahat beberapa menit dulu,” jawab Rifan sambil menghela napas panjang. Dalam hati, ia masih belum percaya bahwa semua ini benar-benar terjadi.
“Kita tidur dulu juga nggak apa-apa,” ujar Alisha pelan. Ia memiringkan tubuhnya, menghadap Rifan, lalu memeluknya dengan lembut. Keduanya menutup mata dalam kehangatan yang baru saja mereka ciptakan.
Rifan tersenyum kecil, lalu ikut memejamkan mata. Namun tidurnya tak berlangsung lama. Saat jam menunjukkan sebelas malam, ia terbangun. Pandangannya langsung tertuju pada Alisha yang masih tertidur pulas di sampingnya, wajahnya terlihat tenang dan lembut.
Rifan menatap gadis itu lama sekali. Ada debar kuat di dadanya—antara kagum dan rasa bersalah yang entah kenapa bercampur menjadi satu. Dalam diam, ia hanya bisa berbisik, “Al... Alisha...”
Alisha perlahan terbangun, mengerjap-ngerjap menatap Rifan. “Kenapa? Kau mau...” ucapnya setengah sadar, tapi belum sempat menyelesaikan kalimatnya karena Rifan sudah mendekat dan mencium bibirnya.
Ciuman itu terjadi begitu saja—hangat, dalam, dan membuat keduanya larut lagi dalam perasaan yang sulit dijelaskan. Rifan menatap mata Alisha, lalu membalas pelukannya. Malam kembali membawa mereka tenggelam dalam kedekatan yang lebih dalam dari sekadar rasa ingin tahu.
Kali ini mereka tak terburu-buru. Segalanya berlangsung dengan lembut dan penuh perasaan. Rifan dan Alisha saling menyentuh dengan hati-hati, seperti dua jiwa yang sama-sama belajar tentang makna keintiman.
Malam itu terasa panjang. Beberapa kali mereka terlelap dan kembali terjaga, saling memeluk dan berbagi kehangatan. Hingga waktu menjelang subuh, keduanya masih berada dalam pelukan yang sama, seolah enggan terpisah.
Saat sinar pertama pagi mulai menembus jendela, Rifan memejamkan mata sambil menarik napas panjang. Ia kelelahan tapi juga merasa aneh—ada perasaan campur aduk antara bahagia dan bingung.
“Sial... ini benar-benar gila,” katanya setengah berbisik.
Alisha tersenyum kecil. “Kita benar-benar ketagihan, ya? Sekarang aku paham kenapa malam pertama itu dianggap penting.”
Rifan menoleh menatapnya. “Kenapa? Sekarang kau menyesal?”
“Ya... Aku menyesal. Harusnya kita nggak pernah mencoba ini...” jawab Alisha lirih, menatap kosong ke langit-langit kamar. Suaranya bergetar, seperti seseorang yang sedang berusaha menenangkan hatinya sendiri.
Namun sebelum Rifan sempat menanggapinya, terdengar suara dari luar kamar.
“Rifan? Kau sudah bangun?” Suara Fatma, ibu Rifan, terdengar jelas. Gagang pintu pun tampak bergerak, seolah hendak dibuka.
Rifan dan Alisha sontak terkejut. Mereka langsung bangkit dari ranjang dan saling berebut pakaian yang berserakan, berusaha menutupi keadaan mereka secepat mungkin sebelum pintu benar-benar terbuka.
Ketika kamu memilih untuk hadir tanpa menyembunyikan perasaan atau bagian tertentu dari dirimu, hal itu dapat membantu menciptakan lingkungan di mana kamu merasa diterima apa adanya serta membantu menciptakan hubungan yang lebih dalam dan meningkatkan hubungan..🥰
Kau memanfaatkan waktu luangmu untuk mengambil kerja part time,
Selain mencari pengalaman, kamu juga bisa punya tambahan modal untuk merencanakan sebuah pertemuan kalian bisa lebih seru.
pejuang LDR seringkali butuh lebih banyak modal jika tidak dicermati, bisa membobol tabunganmu jika kamu tak hati-hati.
Andaikan pintu ajaib Doraemon benar-benar ada, kamu nggak akan berjuang dengan susah payah untuk menahan rindu.
Namun sayang kenyataanmya harga tiket perjalanan untuk bertemu dia yang justru nyata ada di hadapanmu...😂🤣
Karena sebaik-baik kita menyembunyikan sesuatu apalagi sesuatu itu adalah aib/keburukan.
Cepat atau lambat Tuhan akan selalu punya cara untuk mengungkapnya..🤫
Kata-kata itu mengingatkan kita bahwa tidak peduli seberapa kuat atau berpengaruhnya seseorang, mereka tidak akan pernah bisa lepas dari konsekuensi tindakan mereka..😰
Bagi beberapa pria yang memiliki prinsip tentang moralitas dan agama sepertinya akan berat menerima kenyataan itu tentu ada perasaan kecewa../Panic/