Jangan pikir cuma orang tua saja yang bisa menjual anak nya. Karena anak pun bisa melakukan hal yang sama.
"Akak cantil! Akak cantil! Mau ndak jadi Mommy kita! Daddy kita duda loh, cekalian dapat anak comel cepelti kami ini."
"Iya! Iya! Nanti daddy akan bayal utang na Mommy! gelatis catu dapat catu. Nikah cama duda dapat anak.. Hehehehe!"
Berharap bertemu jodoh pangeran kuda putih, Larasati Aqela justru bertemu dengan dua anak kembar lucu yang menawarkan Daddy mereka.
Larasati seorang mahasiwi semester akhir yang harus bekerja di sebuah restoran untuk mencukupi kebutuhan nya harus terjebak dengan anak kembar pengusaha paling kaya. Angkara Brawijaya, dia memiliki sikap dan sifat yang sangat aneh bagi Laras.
"20 juta sebulan! Jadi Ibu dari anak saya!"
" Hapaaa???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hachichan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MPAD. Kerja Sama Angkara Dan Rafael
Saat kaki Zenath dan Aditya tiba di depan pintu masuk, mereka bisa merasakan bahaya. Mungkin itulah yang di namakan insting yang sangat kuat. Dan benar saja, di dalam sana beberapa orang berdiri membawa senjata di tangan mereka.
Rupanya mereka mendengar keributan di luar gedung dan mengetahui bahwa ada penyusup. Karena itu mereka bersiap, agar saat musuh masuk mereka akan langsung menyerang. Tapi Zenath dan Aditya bukanlah orang bodoh. Mereka memasang sebuah bom berkekuatan kecil di depan pintu hanya untuk menghancurkan pintu itu sendiri.
Jarum jam tarus berganti dari satu titik ke titik lain nya. Saat jarum jam tepat berada di garis lurus.. BUUMMMMMM... Suara ledakan menghancurkan pintu itu, otomatis mereka yang berada di dekat pintu terkena dan tubuh mereka terbakar.
Sekarang kepala mereka telah di tutupi oleh alat pelindung. Kenapa? Rencana selanjut nya, mereka mengeluarkan sebuah botol kaleng yang terdapat asap yang merupakan obat bius. Jadi otomatis, mereka yang menghirup nya akan langsung merasa mengantuk.
Tapi tetap saja mereka berusaha bertahan dan melawan Zenath juga Aditya dengan segala kesadaran mereka. Kekuatan mereka yang lemah akibat pengaruh obat bius membuat Zenath dan Aditya mengalahkan mereka dengan mudah. Waktu terus berjalan, mereka harus bisa menyelamatkan beberapa anak yang terkurung sebelum gedung benar -benar hancur.
BRAK....
BRAK...
Zenath dan Aditya menjatuhkan lawan dengan sekali serangan. Karena asap yang merupakan obat bius pemberian keduanya mampu membuat lawan merasa lemah dan tidak bisa di kendalikan. Zenath dan Aditya berlari ke arah ruangan dimana disana juga di jaga oleh tiga orang pria berbadan besar. Baru saja masuk jika Aditya tidak menghindar dengan gesit, sudah di pastikan bahwa sebuah pisau akan menghujam jantung nya.
"Huft... Hampir aja." Aditya mengelus dadanya.
"Dari dulu kelincahan lo nggak berubah sama sekali, Aditya." Ucap seorang pria. Aditya menatap lurus siapa orang yang bicara padanya. Saat itu matanya terpaku. Dia tidak menyangka jika dirinya akan kembali bertemu dengan seseorang yang selalu dia kalahkan dalam kompetisi petarung ( Seni Bela Diri).
"Revo.. Setelah pensiun, apa pekerjaan lo berubah jadi sindikat perdagangan manusia?" Cibir Aditya.
"Lo kenal sama dia?" Tanya Zenath.
"Lupakan, ini bukan saat nya reuni. Sebentar lagi tempat ini akan meledak." Seru Aditya, Zenath setuju.
"Gue kasih dia buat lo.." Ucap Zenath membiarkan Aditya melawan Revo. Dan dia melawan yang lain nya.
Reuni pun tidak bisa di hindarkan. Pertarungan antar dua mantan atlet dalam seni bela diri pun di mulai. Mereka yang memang sudah terlatih hampir seimbang, tapi tetap saja Aditya memiliki caranya sendiri untuk menang dari lawan.
Aditya melompat dengan tinggi dan berpangku pada tembok, melayang di udara, menggunakan satu kaki dia memutar tubuh nya dan Brak.... Kaki Aditya tepat mengenai leher pria itu membuat pria itu memekik kesakitan sampai mengeluarkan darah segar dari mulut nya.
"Cuma segitu kemampuan lo? Sok - sokan mau nantangin gue." Revo mengepalkan tangan nya. Kenapa dia selalu kalah dari Aditya?
Tapi saat dia mau berdiri, kakinya terasa melemas, ada yang aneh dengan badan nya. Melihat Aditya tersenyum, perasaan Revo menjadi tidak enak."Lo curang! Mantan atlet tapi lo berani ngelakuin ini!"
"Sorry bro! Gue nggak ada waktu! Makanya gue ambil jalan cepet." Ya, saat pertarungan tadi, tanpa Revo sadari, Aditya menyuntikkan cairan yang membuat nya lumpuh dalam hitungan detik.
Sementara, Zenath mengambil kunci dan membebaskan semua anak - anak. Beberapa anak gemetar ketakutan.
"Om! Tolong jangan bunuh kami! Kasihanilah kami!"
"Aku kangen sama Mama, tolong biarin aku bicara sama Mama sekali aja."
"Jangan sakiti kami."
Zenath dan Aditya terenyuh, hati mereka merasa sakit. Dengan melepas pelindung kepala mereka. Mereka tersenyum.
"Jangan takut! Kami datang untuk menolong kalian. Sekarang kita keluar ya!"Kata Zenath di angguki oleh Aditya.
Mereka berlari keluar tapi sebelum itu. Aditya meminta semua untuk menahan nafas sebentar karena asap obat bius dari botol kaleng yang mereka lempar masih tersisa. Dan takut nya anak - anak bisa jatuh pingsan.
Saat mereka berlari keluar dan sudah jauh dari gedung terdengar suara. BUMMMMMMMMM.. Dengan sangat dahsyat menghancurkan bangunan itu, membunuh semua penjahat yang tertidur di dalam nya akibat pengaruh obat bius.
Semua menghela nafas. Zenath menghubungi pihak polisi untuk menuntaskan kasus ini. Lebih tepat nya polisi kepercayaan nya.
Aditya mengirim pesan."Kakak ipar nggak ada di sini! Tapi kami sudah menghancurkan markas mereka."Setelah mengirim pesan. Mereka pergi dari tempat itu.
🩷🩷🩷
Di tempat yang lain dan di jam yang berbeda, satu motor melakukan aktraksi di jalan bebas dimana masih banyak kendaraan besar yang mungkin mengancam nyawa. Tapi bagi mereka berdua itu bukanlah hal yang penting.
Angkara dan Rafael mengendarai sepeda motor matic yang mereka pinjam ( Milik panti asuhan) Dengan kecepatan tinggi, kedua motor matic itu membela jalan raya, menjadikan wilayah mereka. Bahkan tanpa rada takut beberapa kali mereka menerobos lampu lalu lintas.
Jika ada yang bertanya kenapa tidak menggunakan mobil? Jawaban nya simple, karena takut macet.
Hingga tibalah mereka di tempat ini. Semua Motel yang cukup besar meski tidak sebesar Hotel. Informasi yang di dapatkan bahwa ternyata di dalam Motel itu adalah tempat penyimpanan bagi obat - obatan terlarang.
Lupakan aksi seperti Zenath dan Aditya. Angkara dan Rafael yang memang sudah jago berantem dari zaman sekolah SMA dulu, tidak takut apapun. Mereka mendekat ke arah pagar yang tertutup.
Seorang pria berpakaian hitam menghampiri mereka."Maaf! Jam segini Motel kami tidak menerima tamu."Ucap pria itu dengan sopan tapi nadanya penuh ketegangan.
Dengan santai nya dan mata yang melihat sekeliling. Angkara melipat kedua tangan di dada."Apa Papo ada disini?"
Mendengar nama itu, pria tersebut tertegun. Rafael tersenyum smirk. Dengan cepat pria itu mengambil pistol di balik celananya dan menghubungi lewat Handy Talky bahwa ada penyusup. Tapi Angkara dan Rafael bergeming. Mereka tidak takut apapun.
Beberapa orang datang dengan senjata di tangan mereka. Angkara dan Rafael masih santai.
"Jika kalian tidak ingin mati, pergilah dari tempat ini sekarang juga!!!"
"Wowww... Santai bro! Kita kesini hanya untuk menginap." Kata Rafael dengan nada mengejek.
"TIDAK ADA KAMAR UNTUK KALIAN!!!"
DORRRRR....
Secepat kilat Angkara dan Rafael berpencar dan bersembunyi dengan gesit. Angkara melompati pagar tinggi itu, mengeluarkan senjata api dan menembak dari atas. Beberapa orang tumbang akibat peluru yang bersarang di kepala mereka. Tapi saat mereka ingin membalas tembakan, Angkara kembali bersembunyi.
Dari arah yang berlawanan, Rafael juga melakukan hal yang sama, saat ada peluru yang mengarah ke arah nya, dia bersembunyi dan mengambil posisi untuk membalas tembakan mereka.
Angkara dan Rafael menjauh dari Motel demi menghindar...
Aksi kejar - kejaran pun terjadi. Dengan lincah setiap kali ada sesuatu yang bisa melindungi tubuh Angkara dan Rafael, mereka selalu bersembunyi dan di balik sembunyikan itu, mereka selalu menembaki lawan mereka, membuat musuh mereka jatuh satu persatu. Bahkan dengan berani nya. Rafael melemparkan granat ke arah mereka, asap keluar dan.. BUMMMM... Ledakan membuat tubuh mereka melayang dan menjatuhkan mereka ke tanah dengan nyawa yang sudah melayang terbang bebas entah kemana.
Neraka mungkin!
Beberapa dari mereka masih mengejar Angkara dan Rafael. Kedua pria itu melompat dari satu pohon ke pohon lain seperti seorang tarzan dan masuk kembali ke dalam Motel. Rafael dengan cepat mencari saklar lampu dan mematikan nya.
Cahaya yang tadinya menerangi Motel itu menjadi gelap gulita. Angkara dan Rafael menggunakan kaca mata khusus yang membuat mereka bisa melihat dalam kegelapan. Musuh terlihat jelas tapi musuh tidak bisa melihat bahaya di dekat mereka karena gelap nya lampu.
"NYALAKAN SAKLAR LAMPU!!" Teriak satu pria.
Terlambat...
BRAK...
ARRGGGGGG
BRUK....
Satu per satu dengan mudah Angkara dan Rafael tumbangkan. Musuh bahkan tidak bisa melawan karena tidak memiliki penerangan untuk melihat gerakan lawan nya.
Semua yang ada di satu tempat terlihat jelas oleh mata Angkara dan Rafael. Seolah meluapkan kemarahan. Mereka memukul dengan membabi buta.
DORRRR... DORRRR..
Karena tak bisa melihat mereka hanya bisa menembakkan peluru asal - asalan. Tanpa mereka sadari, Angkara dan Rafael mengetahui pergerakan mereka. Dan peluru yang di tembak asal - asalan malah mengenai teman mereka sendiri. Mereka saling menembak satu sama lain. Angkara dan Rafael hanya tersenyum sinis di dalam kegelapan.
Hening...
KLEK... Saklar lampu kembali di nyalakan, mereka semua sudah mati.
"CK, bunuh diri yang nggak berguna!" Umpat Rafael.
Mereka menggeledah seluruh Motel dan memang semua kamar kosong. Tak ada satupun penghuni, yang mereka temukan hanyalah obat - obatan terlarang seperti narkoba berbagai macam jenis.
Tempat laknat seperti itu memang harus di hancurkan.
Mereka mengeluarkan sebuah semprotan di dalam tas mereka. Yang ternyata isinya adalah minyak tanah untuk membakar semua.
Rafael dan Angkara pergi saat semuanya sudah terbakar dan menjadi kobaran api. Motel yang memang ada di daerah dekat sawah. Jadinya tidak ada warga yang melihat kejadian yang terjadi karena daerah yang terlalu sepih.
"Bagaimana? Apa lokasi Kirana sudah di temukan?" Tanya Rafael masih merasa cemas.
Angkara menggeleng dengan wajah sendu."Zenath mengirim pesan, Laras nggak ada di sana."
DRTTTTT. DRTTTTTT....
"Angkasa menelfon." Monolog Angkara. Dia langsung mengangkat nya.
📞 { Ada informasi keberadaan Kakak ipar. Club malam The Wars, Kakak ipar di bawah kesana untuk di jadikan pekerja seks]
Mata Angkara membelalak, bahkan Rafael yang mendengar nya pun terkejut. Keduanya sama - sama marah bahkan tatapan mereka berdua seperti pembunuh psychopath.
Yah, Angkasa, Letto dan Dito menyerang sebuah club dan disana mereka bertemu dengan Papo, orang kepercayaan Kamal. Karena di ancam dengan nama keluarganya, pria itu mengakui keberadaan Laras. Dan yang membuat Angkasa, Letto dan Dito terkejut lagi. Ternyata Laras ingin di jadikan pekerja seks di sebuah club malam.
Angkara langsung mematikan sambungan telfon. "KURANG AJAR! BRENGSEK! AKU HABISI KALIAN SEMUA!!!" Teriak Angkara penuh kemarahan. Dia bahkan sampai membanting ponsel nya.
Rafael tak kalah murka nya, mereka berdua menjerit penuh kemarahan. Tanpa kata, mereka menyambar motor dan pergi meninggalkan tempat itu menuju lokasi yang di sebutkan oleh Angkasa.
Sementara di sebrang sana. Angkasa mengutuk Kakak nya sendiri."CK! Kebiasaan nya nggak pernah berubah!"
"Gimana? Sudah lo kabari Angkara?" Tanya Letto yang berdiri di samping Angkasa.
"Sudah! Belum sempet gue lanjutin dianya main matiin telfon aja."
"Terus! Mereka semua mau kita apain?" Tanya Dito. Papo dan beberapa orang lebih dari 50 orang berhasil di kalahkan oleh ketiga pria itu. Dan sekarang mereka sedang di sekap dengan wajah yang hancur karena serangan ketiganya.
"Telfon polisi saja! Biar mayat - mayat yang ada di ruangan pembeku bisa di bawa untuk pemeriksaan identitas." Seru Angkasa. Ya, di dalam club itu. Ada sebuah ruangan rahasia dimana di dalam nya adalah ruangan pembeku. Lebih para lagi, ruangan itu di isi oleh mayat manusia.
Setelah misi selesai. Mereka memutuskan untuk menyusul ke lokasi dimana Laras berada. Sebelumnya, Zenath dan Aditya juga sudah di kabari.
pak angkara mungkin untuk melindungimu dari anabel
kopi & vote untuk mu