Lin Chen hanyalah siswa biasa yang ingin hidup tenang di Akademi S-Kelas di Tiongkok. Namun, kedatangan Wei Zhiling, teman masa kecilnya yang cantik dan pewaris keluarga terkenal, membuat hidupnya kacau. Meskipun berusaha menghindar, Lin Chen malah menjadi pusat perhatian gadis-gadis berbakat di akademi. Bisakah ia menjalani kehidupan sekolah normal, atau takdirnya selalu membuatnya terjebak dalam situasi luar biasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturne_Ink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 - Panggung Di Mulai
Setelah pulang sekolah keesokan harinya.
Aku janjian sama Mei'er di restoran fast food yang agak jauh dari sekolah. Aku sengaja pilih tempat itu supaya kemungkinan ketemu sama si babi itu (mantan teman masa kecil) sekecil mungkin.
“Ini dia.”
Dari tasku, aku keluarkan sesuatu yang kubeli di toko umum, sepasang telinga kucing dan ekor.
“Eh? Kamu mau ngapain dengan ini?”
Mei'er menoleh sambil memiringkan kepalanya dengan imut.
“Kamu punya channel video sendiri kan?”
“Iya, ada. Memang nggak banyak subscribernya, tapi aku berusaha kok.”
“Kalau gitu, ayo kita upload video dance-mu ke sana. Kemarin kan kamu latihan ‘Mei-nyan♪’. Pakai telinga kucing sama ekornya. Aku yakin pasti bakal meledak.”
Mei'er atau Mei-nyan, menatap aksesoris telinga kucing itu, yang bahkan masih ada label harganya.
“Channel-ku nggak banyak subscriber. Jadi kayaknya nggak bakal ada yang nonton, deh….”
“Tenang aja, serahin ke aku. Aku bakal urus itu.”
Aku sudah punya rencana di kepalaku.
“Kalau video itu benar-benar rame, kemungkinan besar si babi itu juga bakal pakai telinga kucing. Atau malah dipaksa buat pakai.”
“Eh!? Wei'er bakal pakai telinga kucing biar sama kayak aku? Nggak mungkin!”
“Ya, kalau lihat sifat si babi itu, jelas nggak mungkin. Pasti dia bakal ngomel, ‘Kenapa aku harus nurut sama pengisi suara cupu kayak gitu?’”
Tapi justru itu poinnya.
“…..Aku ngerti. Aku percaya sama kamu, Chen'er.”
Padahal aku cuma ngomong samar-samar, tapi Meilin tetap mengangguk. Dia memang anak baik.
“Oh iya, waktu upload nanti, bisa nggak kamu buka poni sedikit?”
“Eh?”
“Kamu itu imut banget, Mei'er. Sayang kalau ketutupan poni.”
Dia cantik sampai-sampai si babi aja takut sama dia. Kekuatan video itu nyata.
Mei'er menunduk, ekspresinya agak minta maaf.
“Maaf… Aku takut sama tatapan orang. Kalau nggak nutupin wajah pakai poni, aku nggak bisa bicara dengan tenang.”
“Ah… jadi kamu kayak punya fobia tatapan, ya?”
Dia mengangguk pelan.
Aku bisa ngerti, dan itu memang masalah besar.
“Dari kantormu nggak ada permintaan supaya kamu buka poni?”
“Nggak sih… Paling sampai proyek ini selesai pun nggak bakal disuruh. Aku kan cuma cocok buat peran pendukung.”
“Hmm, lagi-lagi gitu ya… Kalau gitu, kenapa nggak langsung debut solo aja sekalian?”
“Memang harusnya begitu. Proyek ini kan cuma batu loncatan, lebih ke buat bikin heboh aja. Setelah rilis satu CD, kita bakal bubar.”
Uwah. Dunia hiburan kotor juga ya.
“Presiden agensi itu deket banget sama kakeknya Wei'er. Aku dengar dia janji bakal dorong kami habis-habisan.”
“…Kakeknya?”
Kakek Wei'er, Wei Taizhong, orang terpandang di daerah sini. Kaya raya banget, sampai bisa punya seluruh lantai atas gedung pencakar langit di depan stasiun, dan cucunya tinggal di sana.
“Tapi Chen'er kan dulu teman masa kecilnya Wei'er, kan? Itu keren banget lho.”
“Dulu. Sekarang udah engga.”
“Emangnya dulu kalian ketemu gimana?”
“Waktu kecil, aku ngajak Zhiling main bola pas dia sendirian di taman. Itu aja.”
“Eh? Cuma itu?”
“Cuma itu.”
“Kalau gitu, berarti Wei'er emang suka banget sama kamu.”
“Gangguin doang.”
Aku bilang dengan tegas, tanpa ragu.
“….Apa nggak bahaya kalau kamu terang-terangan jadi musuh Wei'er?”
Meilin kelihatan cemas lagi.
Memang, kemarin pas di perpustakaan bawah tanah udah jelas banget:
[‘Hei, kamu nggak nunjukin wajahmu ke Chen'er, kan?’]
[‘Kalau gitu, aku iket poni kamu pakai lakban aja sekalian.’]
Dari dulu memang gitu.
Selalu memastikan yang lemah nggak bakal naik dan ngancam posisinya.
Baik di sekolah maupun di dunia hiburan.
Dunia ini emang begitu.
Setelah berpisah dengan Meilin, aku pulang, kerjain beberapa hal, lalu buka YouTube si babi. Karena aku udah unsubscribe, jadi setiap kali harus cari manual. Ribet banget.
Aku rela nonton itu demi cari info buat “rencana” ku. Tapi begitu video terbarunya kebuka, aku langsung nyesel berat.
...----------------...
[Diposting hampir setiap hari] Princess Zhiling Cut’s it down! ~Be aware~.
1,1 juta subscriber
Komentar pembuka spam:
[Kau Lin'er!]
[Lin'er ampas!]
[Brengse*!]
[Lin'er Idiot!]
[Tollllollll]
[Idioooot!!]
[Tolooool!!]
[Sampah!!]
[Kamu bahkan nggak sadar sama pesona-kuuuu!!]
Lalu videonya dimulai:
[Jadi gitu deh. Halo~ Youtube! Aku Zhiling, alias Princess Zhiling! Yang tadi di awal cuma curahan hatiku aja, jangan dipikirin]
[Aku cuma agak kesal kemarin, jadi pengen ekspresiin. Anggap aja latihan akting ekspresi emosi! Jangan lupa follow aku ya♪]
Komentar langsung rame, ribuan dalam semenit.
...----------------...
[Kolom komentar, 2142]
WeiJiangFans, 1 menit lalu: Aku nggak ngerti maksud awalnya.
XiaoST,1 menit lalu: Aku nggak tau siapa itu Si sampah Lin…
DongBa, 1 menit lalu: Nggak tau juga, tapi dia sampah.
TuoLuLvCha, 1 menit lalu: Kedengarannya menjijikkan…
HuaiBangzi, 1 menit lalu: Aku nggak tau siapa dia, tapi bodo amat.
Dan seterusnya…
...----------------...
Yah…
Sekarang aku udah nggak kaget lagi.
Aku udah tahu dia babi, jadi ya wajar.
Tapi justru gara-gara ini, semangat juangku makin kebakar.
“Baiklah, babi…”
Sekarang saatnya “memanggang daging.”
[BERSAMBUNG]