Roda kehidupan yang kejam bagi seorang anak perempuan bernama Jennifer. Lara dan Kemalangan yang bertubi-tubi menimpanya. Akhirnya dia menemukan suatu kebahagiaan dari cinta pertama dan cinta sejatinya melalui perjalanan roda kehidupan yang penuh dengan lika-liku dan intrik di dalam lingkungan yang toxic.
Seperti apakah Roller Coaster kehidupan milik Jennifer? Seperti apakah ruang lingkup dirinya sehingga dia menjadi seorang wanita yang mandiri?
Mari baca cerita novel ini ☺
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Untuk Jennie
Awan stratus yang berbentuk lapisan tipis melebar pada langit biru dengan warna putih keabu - abuan. Bentuk arakan awan mendung yang teratur. Sebagian cahaya matahari tertutup oleh arakan awan mendung itu. Angin berhembus lumayan kencang. Langit di cakrawala mendung, layaknya suasana hati dan jiwanya Jennie. Jennie mengusap batu nisan ibunya sambil duduk bertumpu lutut dan ujung jari. Hari ini adalah hari pemakaman jenazah ibunya di pemakaman Evergreen Cemetery sambil menangis tersedu - sedu. Tidak ada satu pun pelayat yang lain, selain Rosalinda, Ricardo, Luna, Eddy, beberapa bodyguard dan beberapa anak buahnya Ronald.
Menurut hasil pencarian sementara yang telah dilakukan oleh Ronald dan beberapa anak buah Ronald bahwa Betty dan Lucas tidak pernah bergaul sama masyarakat di sekitar hutan Alpine Lakes. Mereka mengetahui nama ibunya Jennie dari Jennie sendiri, sedangkan nama Lucas dikasih tahu oleh salah satu masyarakat yang hidup di sekitar hutan Alpine Lakes. Dari orang itu juga, mereka tahu bahwa kehidupan Betty dan juga Jennie mengalami kekerasan. Pernah orang itu menolong Betty dan Jennie, tapi Lucas telah menambak kaki kanan orang itu. Sejak kejadian itu, masyarakat di sekitar Alpine Lakes tidak mempedulikan kehidupan Lucas, Betty dan Jennie lagi.
"Nak, ayo kita pulang, sebentar lagi turun hujan," luruh Rosalinda lembut sambil mengusap punggungnya Jennie, namun Jennie menggelengkan kepalanya.
"Nyonya, biar saya yang menemani Nona Jennie di sini, sebaiknya Nyonya pulang bersama Tuan Ricardo," ucap Luna sopan.
"Iya benar apa yang dikatakan oleh Luna, Sayang, sebaiknya kita pulang duluan. Biar Jennie pulang sama Luna menggunakan mobil Jeep," samber Ricardo lembut.
"Baiklah. Nak Mommy Ros, pulang duluan ya, nanti kamu pulang bareng Bi Luna ya Nak," ucap Rosalinda lembut, lalu Jennie menganggukkan kepalanya.
Tak lama kemudian, Rosalinda beranjak berdiri. Ricardo, Rosalinda dan para bodyguard melangkahkan kakinya menuju pintu keluar meninggalkan Jennie yang masih menangis di depan batu nisan. Mendung semakin pekat. Arakan awan Nimbostratus yang berbentuk tebal dan tidak teratur membentang langit sehingga menutup sinar matahari. Hujan rintik - rintik turun ke bumi, membasahi mereka. Mereka berjalan cepat menuju ke parkiran mobil.
"Mommy Ros, di mana Jennie?" tanya Ronald yang baru tiba.
"Dia masih di pemakaman Betty, tolong kamu samperin dia. Bujuk dia pulang, Nak," ucap Rosalinda lembut sambil menoleh ke Ronald.
"Baik Mom."
Ronald berjalan cepat menuju pemakaman Ibunya Jennie karena gerimis. Ronald melintasi jalan setapak pemakaman tersebut. Ronald menghentikan langkah kakinya di belakang Jennie dan Luna. Tak sengaja Rafael mendengar curhatan Jennie sambil menangis terisak - isak sehingga membuat hatinya terenyuh. Di bawah guyuran rintik - rintik hujan Ronald menyaksikan kesedihan yang telah dialami oleh Jennie.
"Hiks ... hiks ... hiks .... Mommy, nanti siapa yang jagain Jennie dari orang - orang yang jahat sama Jennie hiks ... hiks ... hiks ... hiks ...? Nanti siapa yang menjadi pendamping Jennie di altar ketika Jennie menikah di gereja hiks ... hiks ... hiks ...? Kenapa Mommy pergi meninggalkan Jennie sendirian di dunia ini hiks ... hiks ... hiks ... hiks ...? Nanti siapa yang menyemangati Jennie untuk menjalankan kehidupan hiks ... hiks ... hiks ...? Hanya Mommy yang Jennie cintai di dunia ini karena hiks ... hiks ... hiks ... dan karena Mommy yang selalu membuat Jennie bahagia. Nanti siapa yang sebagai sandaran Jennie jika Jennie lagi sedih dan sakit hiks ... hiks ... hiks ...? Siapa yang akan menasehati Jennie jika Liza lalai dan melakukan kesalahan hiks ... hiks ... hiks ...?"
Ddduuuaaarrrr ... ddduuuaaarrrr ... ddduuuaaarrrr ...
Kilatan petir telah menyambar langit pagi hari yang mendung. Awan Nimbostratus mengguyur air hujan yang lebat ke hamparan tanah di sekitar komplek pemakaman hingga Jennie, Ronald, Luna dan para anak buahnya Ronald kebasahan. Ronald membuka jasnya, lalu berjalan menghampiri Jennie yang sedang beranjak berdiri. Ronald menutupi kepalanya Jennie dengan jasnya.
"Ayo kita pergi dari sini!" ajak Ronald sambil memayungi kepalanya Jennie dengan jasnya.
"Bi Luna, Jennie perginya bersama saya," ucap Ronald sambil menoleh ke Luna.
"Baik Tuan Muda Ronald."
Tak lama kemudian, mereka berlari kecil menuju parkiran mobil. Kilatan petir masih saling bersahutan di bentangan cakrawala. Langit menjadi gelap karena sinar matahari tertutup oleh awan - awan yang tebal. Angin berhembus kencang menerpa mereka yang sedang berlari menuju parkiran mobil. Tiba - tiba Jennie kesandung batu hingga dirinya terjatuh.
"Aauuwww!" pekik Jennie sambil meringis kesakitan.
Ronald membopong ala bride style tubuh mungilnya Jennie lalu berbisik, "Ada yang sakit?"
"Iya, iihhh ... dengkul kananku sakit," lirih Jennie sambil mengalungkan kedua tangannya di leher kokohnya Ronald.
Jennie terkejut dengan perlakuan Ronald. Tubuhnya Jennie mendadak kaku. Detak jantungnya tak beraturan. Gelayar aneh menyelubungi setiap aliran darahnya. Jennie menatap wajahnya Ronald dengan tatapan mata yang berbinar. Sedangkan Ronald fokus dengan langkah kakinya yang bertempo cepat. Sesampainya mereka di dekat mobil milik Ronald, pintu mobil bagian belakang terbuka, Ronald menurunkan Jennie dengan pelan.
"Annabelle, tolong kamu obati luka di dengkulnya," ucap Ronald ramah namun tegas.
"Baik Ronald," ucap Annabelle
Tak lama kemudian pintu itu ditutup oleh Ronald. Ronald berlari kecil memutar ke tempat kemudi. Membuka pintu, masuk ke dalam mobil, menutup pintunya, dan mengunci pintu mobil. Ronald memakai sabuk pengaman, lalu menyalakan mesin mobil. Mobil itu melaju dengan pelan menerobos guyuran hujan yang besar.
"Annabelle, kotak P3K sudah ketemu?" tanya Ronald sambil menyetir mobilnya.
"Aku sudah mendapatkannya Ro," ucap Annabelle sambil membuka kotak itu.
"Sayang, kita jadi pergi ke mansionnya Mommy Ros?" tanya Rachel lembut sambil menoleh ke Ronald.
"Jadi."
"Sebaiknya kamu ganti baju Sayang, pakaianmu basah semua, nanti kamu sakit," ucap Rachel khawatir.
"Aku tidak akan sakit Rachel."
Rachel menghela nafas panjang mendengar ucapan Ronald yang sama sekali tidak pernah mendengarkan ucapannya. Rachel menolehkan kepalanya ke Annabelle yang sedang mengobati luka di dengkulnya Jennie dengan tatapan mata yang tidak suka. Jennie hanya meringis kesakitan ketika obat itu diteteskan ke lukanya. Rachel mengalihkan pandangannya ke luar jendela dengan perasaan hati yang hampa.
"Annabelle, tolong kamu buka semua pakaian anak itu, lalu pakaikan anak itu dengan pakaian baru. Pakaian barunya ada di paperbag samping kananmu," ucap Ronald ramah namun tegas.
"Baik Ro," ucap Annabelle ceria.
"Sayang, siapa yang membeli pakaian itu?" tanya Rachel kepo sambil menoleh ke Ronald.
"Aku."
"Kok bukannya Mommy Ros yang membelikannya?" tanya Rachel kesal.
Ronald tidak mempedulikan ucapan Rachel, dia malah fokus menyetir. Annabelle sekilas melirik wajah masamnya Rachel sambil memakaikan pakaian baru di tubuh mungilnya Jennie. Setelah Annabelle memakaikan pakaian baru ke tubuhnya Jennie, Annabelle membaringkan tubuhnya Jennie. Kepalanya Jennie berada di kedua pahanya Annabelle. Annabelle mengusap kepalanya Jennie sehingga anak itu tertidur pulas.
"Rachel, kasihan ya Jennie. Dia hidup sebatang kara, tidak punya ibu, tidak punya saudara, dan ayahnya yang kejam. Aku sangat prihatin dengan takdir hidupnya Jennie, karena aku juga pernah ngalamin hal seperti itu waktu aku kecil," ucap Annabelle lembut sambil menoleh ke Rachel yang sedang melamun.
"Kamu pernah mengalami hal yang serupa?" tanya Ronald sedikit kaget sambil melirik Annabelle.
"Iya, aku pernah mengalami hal yang seperti itu. Untung waktu remaja, aku bertemu dengan Rachel di pinggir jalan raya," ucap Annabelle ramah sambil menoleh ke Ronald.
"Iya, waktu itu kamu menolongku yang hampir diperkosa sama para preman jalanan," samber Rachel antusias. "Benar juga yang kamu ucapkan Sis," lanjut Rachel ceria sambil menoleh ke Annabelle dan juga Ronald.
"Aku akan membelikan beberapa pakaian untuk Jennie," ucap Annabelle lembut sambil menoleh ke Rachel.
"Aku juga mau membelikan beberapa pakaian untuk Jennie," ucap Rachel riang
🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺🌺
Terima kasih sudah membaca novelku yang ini 😊.
Dikasih like ya 😁
Dikasih hadiah ya 😁
Dikasih bintang lima ya 😊
Dikasih vote ya 😊
Terima kasih atas dukungannya. 😊