Awalnya Daniel tidak ingin dijodohkan dengan Hannah wanita pilihan ibunya. Karena, dia sangat mencintai Shofia, kekasih sekaligus tunangannya. Daniel merasa kesal karena Isabella menuduh Shofia berselingkuh dengan klien bisnisnya. Sehingga, dia menolak permintaan ibunya, akan tetapi, saat keduanya bertemu Daniel berubah pikiran dan mau menikahi gadis itu. Sebab, Hannah adalah penolongnya pada saat dia kecelakaan dua tahun yang lalu. Meskipun dia telah memiliki seorang tunangan, tapi dia bertekad untuk menikahi gadis pilihan ibunya. Lalu, bagaimanakah kelanjutan hubungan keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon A-yen94, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IPJ-7
"Kita pulang ke rumah Mama dan Papa dulu. Setelah itu aku akan menunjukkan kediaman kita!"
Hannah meneguk salivanya, "Ya Tuhan dia bilang apa tadi?"batin Hannah penuh tanya.
"Hannah, ayo Sayang!"
"Siapa sayangmu? Jangan sembarangan, Tuan Daniel,"kata Hannah sedikit menaikkan nada bicaranya.
"Eh, jangan marah. Karena kenyataannya kamu memang Sayangnya aku. Ayolah Hannah, kita sudah suami istri. Jadi, wajar dong, kalau aku memanggilmu Sayang!"ujar Daniel menjelaskan.
Ya benar, beberapa saat yang lalu, Daniel dan Hannah baru saja menikah di kantor catatan sipil. Daniel ini memang lelaki yang dingin untuk setiap orang yang belum mengenalnya, tapi menurut Shofia ia adalah pria yang membosankan. Sementara itu menurut Benny, Daniel ini sangat aktif. Bahkan jauh dari kata dingin yang selama ini publik tahu. Sungguh Daniel ini lucu, dan suka bercanda. Tapi entah mengapa Shofia tidak suka dengan kelakuan Daniel, menurutnya itu sangat kekanakan.
"Padahal baru kenal satu hari, tapi kok bisa Tuan Muda begitu manja pada Nona Hannah?" batin Benny.
"Benny, ayo berangkat ke kediaman kedua orang tuaku!"
"Baik, Tuan Muda!"
Daniel menggenggam erat tangan Hannah, dia takut wanita itu kabur. Ia kemudian membukakan pintu mobil untuk Hannah, dan segera menutup pintu mobilnya.
"Benny, ke kediaman Mama dan Papa dulu!" titah Daniel setelah memasuki mobilnya, dan memakai sabuk pengaman.
"Baik Tuan Muda!"
Benny kemudian menyalakan mesinnya, ia mengendarai mobilnya dengan kecepatan sedang. Hannah menatap jalanan Ibukota Etiora ini, ia hanya diam tak ingin memulai pembicaraan. Sebab, ia sudah terlanjur kesal dengan pria di sampingnya ini yang sudah menjadi suaminya. Entah mengapa rasanya meskipun sudah menikah, Hannah rasa ia dan Daniel tidak akan cocok. Tapi, lihat saja kedepannya nantinya akan bagaimana. Sejauh ini, ia hanya akan mengikuti permainan Daniel saja. Apa yang di inginkan oleh pria itu, apakah ia hanya dijadikan pengganti kekasih yang telah mengkhianatinya. Ataukah sebagai menantu harapan Madam Isabella. Entahlah, ia merasa lelah memikirkan hal tersebut.
"Sayang, kita sudah sampai."kata Daniel sambil mengusap punggung istrinya.
Hannah menganggukkan kepalanya, "Baik, Tuan Daniel!"jawabnya singkat. Lalu, ia membuka pintu mobilnya, ia mengesampingkan etika di negara ini, sebab sudah terlanjur kesal mau bagaimana lagi. Ia tidak mau manja, dan mengikuti adat istiadat yang telah ada.
Daniel hanya bisa menggelengkan kepalanya, saat melihat sang istri turun dengan sendirinya tanpa bantuan darinya. Ia menghampiri sang istri, "Hannah lain kali jangan begitu. Aku tahu kamu belum siap untuk menjadi istriku, tapi setidaknya etika dijaga. Jangan begini, bagaimana kalau di lihat orang?" tanya Daniel penuh penekanan.
Hannah menengadah, menatap wajah pria tampan bermata biru itu,"Baiklah Tuan Muda, maafkan saya!"
"Tidak, jangan panggil aku Tuan Muda lagi. Panggil aku Sayang, kita akan memasuki kediaman Mama dan Papa. Jangan sampai mereka yang menasihati kamu. Akan sangat merepotkan, kalau kamu tidak menerapkan tatakrama!" nada bicara Daniel sedikit meninggi ia memperingati istrinya.
Hannah mendengus,"Iya iya, maafkan aku S-sayang,"ujarnya sedikit malu.
Daniel yang melihat itu tersenyum miring,"Nah itu bisa, kamu pintar Sayang. Ya sudah, genggam tanganku, kita akan masuk ke dalam. Jadi, harus terlihat mesra, oke?"
Hannah menganggukkan kepalanya, kemudian meraih uluran tangannya Daniel.
Para maid berjajar rapi menyambut kedatangan Tuan dan Nyonya Muda mereka.
"Selamat datang Tuan, dan Nyonya Muda!" ujar kepala pelayan bernama Rossela.
"Terima kasih atas sambutannya, Bibi Rose. Sayang, ini namanya Bibi Rose, kepala pelayan di kediaman ini. Itu namanya Madam Jenny dia dokter pribadi keluarga kita. Yang pakai kacamata itu, namanya Rachel dia guru etiket kamu nanti. Dan itu, Magdalena dia yang akan mengajarimu berdansa. Lalu di sana ada pria berkacamata, dia akan mengajarimu sejarah, dan untuk kursus bahasa ada Ibu Muda di sana kamu lihat, dia Marine akan mengajarimu bahasa Asing. Aku mau...,"
Sebelum melanjutkan perkataannya, Daniel ditarik oleh Hannah secara paksa. Dan pria itupun mengikuti sang istri. Hannah berpamitan pada para pekerja di sana, lalu Daniel memberikan kode agar mereka membubarkan diri.
"Maafkan saya sudah tidak sopan pada Anda. Tuan, Anda mendaftarkan saya untuk belajar banyak hal tapi tidak mengatakannya terlebih dahulu pada saya? Kenapa begitu sesuka hati sekali? Tapi, terima kasih banyak ini semua adalah impian saya. Saya hanya kesal kenapa Anda sesuka hati sekali," Hannah mengutarakan isi hatinya.
"Maafkan saya Hannah, saya pikir ini adalah cara yang pas untuk membalas dendam pada Shofia. Saya ingin kamu setara dengannya, sebagai Istri dari Daniel William kamu harus bisa melampaui dia. Maafkan aku!" kata Daniel lirih.
Melihat Daniel yang begitu rapuh, Hannah refleks memeluk tubuhnya,"Maafkan saya!"ujarnya.
Hannah mendongak lalu meraih wajah tampan sang suami, ia memejamkan matanya dan menempelkan bibirnya pada bibir sang suami. Daniel awalnya begitu terkejut, tapi sedetik kemudian ia membalasnya lalu ia menggendong tubuh sang istri, karena kebetulan sekali di taman ini ada kursi panjang. Daniel yang sedang bercumbu mesra dengan sang istri akhirnya duduk di bangku taman itu, sambil memangku tubuh istrinya.
"Astaga anak muda, pantas saja kita menunggu lama sekali. Ternyata kalian sedang emmmh...,"ucapan dari Isabella langsung di hentikan oleh suaminya.
"Ma, jangan begitu lihat Daniel dan Hannah sepertinya malu. Daniel, kalau sudah selesai segera ke ruang keluarga ya, ada yang ingin kami sampaikan pada kalian!"kata William memberitahu putranya. Lalu, ia membawa istrinya pergi dan kini hanya tersisa Daniel dan juga Hannah.
Hannah masih menyembunyikan wajahnya pada ceruk leher sang suami. Daniel mengusap lembut puncak kepala, dia mengecup surai kecoklatan milik sang istri,"Kamu malu ya? Tidak apa-apa, Mama sama Papa bukanlah orang yang kolot. Mereka baik kok."
"M-maaf Tu-emmh... Sayang soalnya aku belum pernah melakukan hal seperti tadi. Aku membaca novel favoritku, saat suami sedang bersedih. Sebagai istri harus bisa menghiburnya, maka dari itu aku berinisiatif untuk menghiburmu."
Daniel tidak menyangka, sebelumnya bersama kekasihnya ia tidak pernah diperlakukan seperti ini. Hannah memang gadis yang sederhana, tapi ia memiliki sikap yang sangat baik. Pria mana yang tidak akan menyukai Hannah, kalau wanita itu selain cantik, ia juga baik hatinya.
Hannah menatap wajah sang suami, yang saat ini berada di bawahnya, "Sekarang bagaimana masih sedih tidak?"
Daniel menganggukkan kepalanya, "Sedikit sih,"jawabnya dengan nada yang terdengar sedih, padahal ia hanya pura-pura saja. Ia penasaran dengan reaksi dari Hannah si gadis polos ini.
"Baiklah, tunggu nanti malam. Ini masih siang, gak pantas melakukan itu!"
Mata Daniel membulat, "Apanya? Kamu mau ngapain?"
Hannah turun dari pangkuan Daniel, dia mengedipkan mata kanannya, "Rahasia dong!" ujarnya sambil menjulurkan lidahnya.
Bersambung....