Dijodohkan secara mendadak oleh sang paman, membuat Iswa Putri Sakinah harus menerima kenyataan menikah di usia yang sangat muda, yakni 19 tahun, terpaksa ia menerima perjodohan ini karena sang paman tak tega melihat Iswa hidup sendiri, sedangkan istri sang paman tak mau merawat Iswa setelah kedua orang tua gadis itu meninggal karena kecelakaan.
Aku gak mau menikah dengan gadis itu, Pa. Aku sudah punya pacar, tolak Sakti anak sulung Pak Yasha, teman paman Iswa.
Aku mau menikah dengan gadis itu asalkan siri, si bungsu terpaksa menerima perjodohan ini.
Apakah perjodohan ini berakhir bahagia bagi Iswa?
Selamat membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
OTW GILA
"Gue kurang apa sih, gue cuma boncengan doang sama adik tingkat, kenapa lo semarah itu, Kaiiii, brengsek!" teriak Adel di dalam kamarnya sembari menatap foto keduanya setelah seminar proposal dulu. Tampak sumringah, terlihat sebagai pasangan serasi.
"Di saat lo sibuk rapat BEM sialan gue setia, gue gak pernah cari perhatian cowok lain, gue cuma pengen cari suasan baru, enggak bakal gue selingkuh dari lo. Gue cuma pengen cari sensasi doang, Kaiii. Bahkan Wahyu tidak ada apa-apanya dibanding lo!" Adel masih berteriak dengan penampilan seperti orang gila, wajahnya penuh dengan air mata. Rambut acak-acakan dan juga kamar yang berantakan, barang-barang couple dengan Kaisar sudah dibongkar dan berserakan di lantai. Adel terlalu sakit hati dicampakkan begini oleh Kaisar.
"Bahkan gue udah tergila-gila sama lo. Kai. Bangke lo emang putusin gue di saat gue masih sayang. Gue rela Kai kalau lo nikahin sekarang, Kai. Lo buat gue Kai," ucap Adel sembari sesengukan dan tergeletak di lantai, kepalanya berat sekali, ia terpaksa mengambil koleksi minuman wine milik sang mama. Ia butuh pelampiasan tapi ia tak mau terlihat lemah di depan orang.
"Kai, gue sayang banget sama lo, Kai. Jangan tinggalin gue," cicit Adel sebelum tertidur.
Sedangkan Kaisar dan Iswa hubungannya semakin baik, Kaisar semangat untuk segera lulus, tiap hari dia bimbingan dengan dosen pembimbing, dan beruntung penyusunan kalimat di bab 4 tidak begitu banyak revisi. Setelah bimbingan, ia akan menunggu Iswa di jalan terobosan ojol, sang istri belum siap menerima hujan dari penggemar Kaisar, makanya masih diam-diam.
Hampir seminggu ini, Kaisar mengantar Iswa untuk mengajar les, dan menunggu sang istri sampai selesai mengajar. Kaisar benar-benar suami siaga, dan tak mau mengabaikan Iswa lagi.
Ia juga bersyukur karena sudah tak diteror Adel, Kai mengikuti jejak sang Abang, blokir nomor dan segala akses mantan, dan memang terbukti tenang.
"Mampir ke minimarket sebentar ya Yang," pinta Kaisar sembari sign ke arah minimarket.
"Beli apa?" tanya Iswa heran, pasalnya Kai jarang sekali ngemil, palingan buah potong yang selalu tersedia di kulkas. Iswa mendelik saat Kaisar membeli pengaman. Dua kotak lagi, Iswa langsung melipir pura-pura ambil es krim.
"Kak ih ngapain?"
"Buat jaga-jaga siapa tahu aku mau menuntut hak suami." Iswa mendengus sebal.
"Aku masih halangan!"
"Kan gak harus sekarang, Sayang! Yuk pulang." Selama perjalanan pulang, Iswa diam saja, bahkan tak berani memeluk pinggang Kaisar. Ia masih tak siap, hatinya masih meragu, meski masih halangan, tapi kan hanya hitungan hari. Selanjutnya bisa-bisa Kaisar akan meminta haknya juga.
"Kak, aku belum siap!" jujur Iswa setelah keduanya di kamar, Kaisar meletakkan pengaman di laci meja rias mereka.
"Iya aku paham, aku gak minta sekarang Sayang. cuma jaga-jaga aja."
"Maaf ya! Melepas kehormatan bagiku gak semudah itu, apalagi alasan kita menikah tidak didasari cinta. Aku mau saat melakukan hal itu aku benar-benar siap. Sampai sekarang aku masih meragu, lebih tepatnya takut saja. Aku takut kalau setelah aku menyerahkan semua, kamu kembali ke Adel. Lalu aku bagaimana?" Iswa menangis, merasa bersalah karena ternyata justru dirinya yang tak bisa percaya pada Kai.
Pemuda itu hanya tersenyum lalu memeluk Iswa, menenangkan sang istri bahwa ia tak akan menuntut hak bila Iswa masih belum siap. "Aku juga masih sibuk skripsi Sayang. Udah ah, beli pengaman cuma buat jaga-jaga aja."
"Maaf banget. Gak seharusnya aku menolak kamu, Kak."
"Iya gak pa-pa, aku juga gak mau memaksa kamu Sayang," ucap Kaisar lembut sembari mengusap air mata Iswa. "Yang penting aku masih bisa kamu kasih ini," ucap Kaisar kemudian melumat bibir Iswa. Kalau hanya sekedar kissing Iswa mengizinkan, namun untuk lebih lanjut Iswa masih takut. Bahkan saat tangan Kaisar hendak ke area aset depan Iswa, ia langsung menjauhi Kaisar, sehingga Kaisar hanya sebatas kissing dan mengendus leher Iswa saja.
Tapi namanya laki-laki jelas saja kurang puas, ia minta izin pada Iswa untuk menuntaskan hasratnya tanpa melepas pakaian, Iswa tak paham tapi mengangguk juga. Kaisar memainkan adiknya di paha Iswa hingga keluar, sedangkan Iswa mulai paham, dan setelah pelepasan itu celana jogger Kaisar basah, dan itu berlangsung tidak sekali, tapi beberapa hari kemudian Kaisar melakukannya lagi. Hingga Iswa sudah terbiasa dengan tatapan dan tingkah Kaisar bila sedang ingin.
"Kamu tersiksa pasti ya?" tanya Iswa melihat Kaisar yang sibuk dengan revisi terakhir skripsinya.
"Tersiksa karena skripsi?" tanya Kaisar memastikan. Namun Iswa menggeleng. "Tersiksa karena apa?"
"Pelampiasan kamu."
"Ouh itu, mulai terbiasa sih. Awal-awal pengen banget merasakan sama kamu, tapi ya sudahlah, kamu belum siap, masa' iya aku paksa. Aku ngalah, emang kamu gak bisa percaya sama aku juga karena sikapku yang teledor sama Adel."
Iswa kembali minta maaf dan terimakasih atas pengertian Kaisar. Dalam hati Iswa berjanji, akan mengizinkan Kaisar untuk menyentuhnya sebagai hadiah telah menyelesaikan ujian skripsi.
Menjelang ujian skripsi, Kaisar latihan presentasi di depan Sakti dan juga Iswa. Berkat latihan itu, Kaisar mendapat gambaran kecil bagaimana ujian skripsi berlangsung, terutama Sakti yang terbiasa mengevaluasi kinerja karyawan sehingga Kaisar diberikan tips dan trik juga.
"Semangat ya Kak," ujar Iswa yang tak bisa menemani Kaisar ujian skripsi, bukan karena tak mau tapi Iswa juga sedang ujian akhir semester.
Kaisar masuk ruangan skripsi diantar oleh beberapa temannya, seorang ketua BEM bisa lulus, cuma telat satu semester di jurusan Teknik Arsitek lagi, termasuk luar biasa otaknya pria satu ini. Gimana gak ngebut skripsi, dirinya sudah punya Iswa yang harus ia nafkahi, jiwa laki-lakinya tersentil saat sang papa yang masih menanggung hidup dirinya dan Iswa.
Kurang lebih satu jam setengah, Kaisar dibantai oleh dosen penguji. Rasanya ia lega saat dinyatakan lulus dan mendapat nilai A untuk skripsinya meski ada beberapa bagian yang harus revisi. Nanti malam ia akan merayakan kelulusannya dengan Iswa. Ia akan mengungkapkan perasaannya pada sang istri, agar gadis itu percaya sama dia.
Setelah mengambil foto dengan teman dekatnya, Kaisar pulang, Iswa ujian masih sampai sore. Ia meminta Mbak ART ganti sprei dan merapikan kamarnya, tak lupa menyalakan aromaterapi di kamar mandi maupun di sekitar ranjang. Kaisar pun mandi lalu sholat dhuhur, ia sudah tak sabar menunggu telepon dari Iswa untuk dijemput.
"Halo," sapa Kaisar menerima panggilan dadi Yudha, salah satu temannya yang tadi ikut menemani Kaisar ujian skripsi. "Apa Yud?" tanya Kaisar memastikan kabar yang baru disampaikan oleh temannya itu. Tanpa pikir panjang, Kaisar keluar kamar dan menuju rumah sakit sesuai info yang diberi tahu Yudha.
hemmmm wa kamu jg terlalu gampang memberi kesempatan fokus dulu ke diri sendiri dulu biar mapan segala hadehhh
bang sat ( satya ) , bang kai ( kaisar )
kaya sebatas alasan doang ga ada artinya deh,,cihhhh kasah dari mana ucapan bo doh ,itu pun nyata ko marah