Rasanya sangat menyakitkan, menjadi saksi dari insiden tragis yang mencabut nyawa dari orang terkasih. Menyaksikan dengan mata sendiri, bagaimana api itu melahap sosok yang begitu ia cintai. Hingga membuatnya terjebak dalam trauma selama bertahun-tahun. Trauma itu kemudian memunculkan alter ego yang memiliki sifat berkebalikan. Kirana, gadis yang mencoba melawan traumanya, dan Chandra—bukan hanya alter ego biasa—dia adalah jiwa dari dimensi lain yang terjebak di tubuh Kirana karena insiden berdarah yang terjadi di dunia aslinya. Mereka saling Dalam satu raga, mereka saling menguatkan. Hingga takdir membawa mereka pada kebenaran sejati—alasan di balik kondisi mereka saat ini. Takdir itu memang telah lama mengincar mereka
Baskara Alsaki Khandra
Chandra berbalik memunggungi Lauri dan Sandra. Dia berjalan menjauh dari kedua kakak beradik itu. Lauri tampak menggelengkan kepala melihat kelakuan Chandra yang semakin hari semakin di luar jangkauan nasa. Gadis itu tempramen sekali, dia sangat tidak sabar dan selalu melakukan apa pun sesukanya.
"Kirana, kirana, kok kamu betah banget sih di kampus. Kehidupan kampus sangat membosankan. Wanita itu cuma berani menggertak saja. Nggak punya power sama sekali," dumel Chandra sambil meniup udara dengan raut wajah yang terlihat sangat bosan. Wanita yang dia maksud adalah Citra. Orang yang sudah berani mengusik Kirana, hingga Kirana pun mengusik ketenangannya pula.
Singkat cerita, dia sudah berada di kantin, menikmati segelas Ice Dalgona Coffee dan hiruk pikuk kampus di sekitarnya.
Dia hanya duduk sendirian di sana. Tidak ada yang berani mendekat, atau mendekat pada dekat gadis itu. Mau bagaimana lagi, dia sudah terbiasa dengan tatapan orang-orang yang merasa aneh di sekitarnya. Baik Kirana maupun Chandra, mereka sama-sama memiliki perilaku yang sulit untuk menambah lingkup pertemanan.
Kirana bukan gadis yang pandai bergaul, makanya dia hanya memiliki sedikit teman. Orang-orang juga menganggapnya aneh, karena perilaku dan tindakannya yang kadang kali berubah-ubah, seperti dua orang yang berbeda.
"Chandra?" Suara familiar itu sontak membuat Chandra menoleh.
Seseorang duduk di sampingnya. Dia adalah Bagas, satu-satunya teman dekat Chandra di kampus.
"Kenapa WA-mu nggak bisa dihubungi?" tanya Chandra langsung mencecar Bagas dengan tatapan yang tajam, seolah memiliki suatu dendam pada pria itu.
"Kamu kayak nggak tahu aja. Aku sibuk, apalagi dalam waktu dekat bakalan ada turnamen nasional. Mau nggak mau, aku harus ikut latihan. Ada anak-anak baru juga yang perlu dikader," jelasnya.
"Kamu kenapa tidak mengajakku untuk ikut turnamen ini?" protes Chandra, ekspresi kesal dan kecewa tergambar jelas di wajahnya.
"Kayaknya tanpa aku kasih tahu, kamu harusnya paham." Bagas tak bisa memberikan penjelasan lebih jauh, karena dia tahu bahwa jawabannya hanya akan menimbulkan ketidakpuasan semata bagi Chandra.
Chandra menghela napas dengan kasar. "Iya, aku tahu. Tapi, apa nggak sebaiknya kasih aku kesempatan buat mencoba satu kali dulu, baru bisa kamu lihat, aku pantes atau nggak."
"Kamu bisa jamin? Bisa-bisa Kamu nanti di-blacklist sama kampus." Bagas tahu bahwa tidak seharusnya dia mematahkan semangat Chandra. Namun, bukankah lebih kejam jika dia memberikan harapan semu pada gadis itu.
Tidak ada yang pernah tahu, kapan dan di mana Kirana maupun Chandra akan bertukar tempat. Jika saat mengikuti turnamen tiba-tiba jiwa mereka bertukar, bukankah bisa jadi masalah besar?
Sebelumnya Chandra memang sudah mengatakan bahwa tidak mudah bagi dirinya dan Kirana untuk bertukar tempat, katakanlah bertukar jiwa. Namun tetap saja, Bagas tidak bisa mengambil resiko. Daripada terjadi sesuatu yang tidak diharapkan, bukankah lebih baik mencegah sesuatu itu terjadi? Bisa gawat kalau ketakutan Bagas akhirnya terwujud.
"Ahh, kamu sama aja kayak yang lainnya. Aku gak mau bicara sama siapapun, termasuk kamu," ketus Chandra terlihat begitu kesal. Bicara dengan Bagas hanya semakin membuat emosinya bertambah. Tanpa pikir panjang, dia pun bangkit, melenggang pergi dengan perasaan marah.
Bagas menghela napas panjang melihat Chandra yang pergi.
"Jika saja aku boleh egois, Chandra. Aku ingin kamu hidup sebagai dirimu sendiri, dan kamu memang benar-benar ada sebagai orang lain. Tapi, aku tidak bisa melakukannya, Chandra. Kamu hanyalah alter ego yang diciptakan oleh Kirana. Kamu ada hanya sebagai bayang-bayang Kirana. Itulah yang membuatku sedih, karena aku memiliki perasaan terhadap bayangan Kirana," batin Bagas merasa tak berdaya pada takdir yang telah mempermainkan perasaannya saat ini.
Bagas adalah salah satu orang yang mengetahui identitas Chandra dan Kirana. Chandra membeberkan tentang identitasnya setelah ketahuan oleh Bagas. Bisa dibilang, Bagas merupakan orang yang cukup jenius, karena mengetahui identitas Chandra lebih cepat dari orang lain.
Semuanya dimulai ketika Kirana, yang saat itu bertransformasi menjadi Chandra, terlibat dalam sebuah insiden di mana ia memberikan pelajaran kepada anak-anak sekolah yang merundung teman sebayanya. Dilihat dari seragam, sepertinya mereka berasal dari satu sekolah yang sama.
Perawakan Chandra yang terlihat kecil sebagai anak SMA sempat diremehkan. Namun, mereka salah sasaran. Ternyata tubuh kecil itu, memiliki tenaga dan kekuatan yang cukup bagus, bahkan melebihi gadis seusianya. Jika dilihat dari gerakan dan pose perlawanan maupun pertahanannya, sangat jelas bahwa gadis itu menguasai bela diri.
Melihat seorang perempuan berkelahi, Bagas tidak bisa membiarkannya begitu saja. Dia tergerak dan berinisiatif untuk menolong. Dia membantu Chandra dan membubarkan perundungan tersebut. Setelah itu, bersama dengan Chandra, mereka mengantar anak yang menjadi korban perundungan itu pulang ke rumahnya dengan selamat.
Kedua orang tua dari anak—korban perundungan—mengucapkan terima kasih kepada Chandra dan Bagas, karena mereka telah menolong putra mereka. Selanjutnya, mereka akan melaporkan hal ini kepada pihak sekolah, supaya pelaku perundungan tersebut mendapatkan sanksi dan efek jera.
Setelah mengantar anak tersebut dan menyerahkan kepada orang tuanya, Bagas mengajak Chandra ngobrol di café terdekat. Chandra yang sedang bosan akhirnya menyetujui ajakan Bagas. Di sana, mereka memesan minuman dan saling berkenalan satu sama lain, bahkan sampai bertukar nomor.
Sejak pertemuan pertama itu, Bagas terus memikirkan Chandra. Namun seperti ada sesuatu yang aneh. Gadis itu tidak pernah membalas pesan atau mengiriminya pesan.
Bagas mencoba untuk tetap berpikiran positif. Mungkin saja, Chandra sedang sibuk karena sebentar lagi akan mengikuti ujian nasional. Namun beberapa bulan kemudian, dia akhirnya bertemu dengan sosok Chandra saat masa orientasi atau pengenalan mahasiswa baru di kampusnya. Kebetulan pada saat itu, Bagas juga merupakan salah satu anggota BEM yang sedang bertugas.
Betapa senangnya hati Bagas setelah melihat dan menemukan Chandra setelah sekian lama. Dia menghampiri gadis itu, dan menyapanya seperti teman lama.
"Chandra, kamu di sini," sapanya ramah dengan senyuman yang lebar.
Kirana menoleh dan menatap Bagas dengan bingung. "Maaf saya bukan Chandra, saya Kirana," ucapnya kemudian, tak lupa sambil tersenyum sebagai tanda menghormati yang lebih tua.
Mendengar perkataan Kirana, Bagas ikut merasa bingung. Dia memandangi Kirana dari bawah kaki sampai atas kepala.
Dia tidak mungkin salah, jelas-jelas wanita yang berada di hadapannya ini adalah Chandra. Perawakannya dan wajah seratus persen sama. Tapi ... atau mungkin tidak? Karena aura dan cara berpakaiannya memang agak sedikit berbeda dengan Chandra. Gadis yang berdiri di hadapannya saat ini jauh lebih feminim. Bagas merasa bingung sendiri jadinya.
Sepertinya, kebingungan Bagas tidak bisa terjawab saat itu juga karena semua mahasiswa dan mahasiswi baru dipanggil untuk pergi menuju ke lapangan secepat mungkin.
"Mohon maaf, Kak. Saya permisi dulu," pamit Kirana sebelum akhirnya pergi, meninggalkan Bagas yang masih larut dalam pikirannya sendiri.
Bagas menyipitkan mata, kemudian dia membuka ponselnya untuk memastikan sesuatu.
"Jelas-jelas mereka mirip. Apa Chandra sedang mempermainkanku sekarang?" gumamnya saat memandangi foto Chandra dan Kirana yang berlari menjauh secara bergantian.
Bersambung
Selasa, 2 September 2025