NovelToon NovelToon
Gadis Rasa Janda

Gadis Rasa Janda

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Pengasuh / Ibu susu
Popularitas:5.3k
Nilai: 5
Nama Author: MahaSilsi24

Hutang pinjol 120 juta menjerat Juwita, padahal ia tak pernah meminjam. Demi selamat dari debt collector, ia nekat jadi pengasuh bayi. Tapi ternyata “bayi” itu hanyalah boneka, dan majikannya pria tampan penuh misteri.

Sebuah kisah absurd yang mengguncang antara tawa, tangis, dan cinta inilah perjalanan seorang gadis yang terpaksa berperan sebagai janda sebelum sempat menikah.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MahaSilsi24, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pergi Berbelanja

Juwita hampir tidak percaya dengan apa yang terjadi. Ia, seorang gadis miskin dengan pakaian sederhana, kini berada di parkiran mall megah bersama majikannya yang dingin. Rasanya seperti mimpi. Dari seumur hidup, ia hanya pernah sekali ke mall, itupun bukan untuk belanja melainkan menunggu Desi yang kerja part time di sebuah stand makanan. Itulah pengalaman pertamanya, menunggu di parkiran sambil memandang iri orang-orang yang masuk dengan baju bagus dan kantong belanja penuh warna. Dan kini, untuk kedua kalinya dalam hidup, ia benar-benar masuk ke mall bukan sekadar lewat atau numpang parkir, melainkan untuk berbelanja.

“Serius nih aku ke mall? Belanja di sini, lagi. Mana aku nggak punya duit, beneran nih dia mau traktir?” gumamnya dalam hati sambil menunduk, takut kalau wajahnya kelihatan terlalu norak.

Zergan, yang duduk di kursi pengemudi, melirik Juwita sekilas. Dari kaca spion, ia bisa melihat Juwita masih diam, menggendong boneka Princess erat-erat sambil celingukan seperti anak kampung baru pertama kali ke kota. Alis Zergan sedikit mengernyit, heran.

Juwita memutar kepala ke sana kemari, matanya menyapu deretan mobil mewah, lampu-lampu terang, dan papan besar bertuliskan nama mall yang seakan memanggil-manggilnya. Namun lamunannya buyar ketika pandangannya bertabrakan dengan tatapan dingin Zergan.

“Hehe.” Juwita nyengir kikuk, menunduk cepat. “Jadi kita beneran ke mall ya, Tuan?”

“Ya,” jawab Zergan singkat. Ia turun dari mobil dengan gerakan tenang, lalu menambahkan, “Bawa turun Princess. Aku ambil stroller di bagasi.”

Juwita buru-buru membuka pintu, menurunkan kakinya dengan hati-hati. Tangan kanannya memeluk boneka itu erat, seakan benar-benar bayi hidup yang bisa jatuh kalau ia lengah. Tatapannya tak sengaja terarah ke arah belakang mobil, tepat saat Zergan membungkuk membuka bagasi untuk mengeluarkan stroller.

Astaga. Dari sudut itu, tubuh pria itu terlihat begitu sempurna. Postur tegap, bahu lebar, lengan berotot yang menonjol meski hanya tertutup kemeja kasual, dan caranya berdiri seolah ia adalah majikan dunia.

“Ya ampun gila gila,” Juwita mendesah dalam hati, kedua matanya membulat. “Wanita mana yang nggak jatuh hati lihat pria ini. Walau agak gila, yang penting tampan. Yang penting banyak duit. Kalau kayak gini, aku harus tanya Desi deh, siapa tahu ada mbah dukun bisa bikin dia suka sama aku. Hahaha.”

Bayangannya melayang terlalu jauh. Tanpa sadar, ia sudah membayangkan berdiri di pelaminan dengan Zergan, memakai gaun pengantin putih. Ia menggendong Princess tapi bukan boneka, melainkan bayi sungguhan.

Senyumnya merekah sendiri, tanpa bisa ditahan.

Tiba-tiba suara berat Zergan menyentak kesadarannya.

“Kau gila atau apa? Senyum-senyum sendiri begitu.”

“Eh?!” Juwita hampir menjatuhkan boneka dari pelukannya. Dengan cepat, ia menunduk, wajahnya memerah padam. “Hehe maaf, Tuan. Saya cuma seneng aja, diajak ke mall. Jarang-jarang, soalnya.”

Zergan mendengus pelan, tidak menanggapi lebih jauh. Ia mengeluarkan stroller, merakitnya dengan cekatan, lalu menoleh sekilas. “Letakkan Princess di sini.”

Juwita patuh, segera membaringkan boneka di stroller dengan hati-hati, seolah memang bayi sungguhan. Ia mengusap sedikit pipi lembut boneka itu, lalu berdiri tegak sambil menunggu instruksi.

Zergan tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia langsung melangkah mantap menuju pintu lift parkiran, tangannya menekan tombol tanpa menoleh ke belakang. Juwita pun buru-buru mendorong stroller, sedikit berlari kecil agar tidak tertinggal.

“Yaelah, sok dingin amat. Padahal tadi aja sempet banyak nanya sampai kepo aku gadis atau janda,” gerutu Juwita dalam hati. Ia menatap punggung tegap pria itu dengan kesal yang bercampur kagum. “Kata Santi, Tuan ini dulu humoris. Kocak malah. Tapi gara-gara kecelakaan, dia berubah. Jangan sok-sok menjaga image dingin di depan aku, Tuan. Kalau bener ada kesempatan dengan senang hati aku akan bikin kau balik jadi seperti dulu.”

Pintu lift terbuka, dan Juwita menarik napas panjang. Dunia asing penuh cahaya dan toko-toko mewah menanti di balik pintu besi itu. Dan ia, gadis rasa janda, siap melangkah masuk dengan boneka di stroller dan pria tampan di sampingnya.

“Jadi, mau belanja apa dulu?” suara dalam Zergan terdengar datar namun jelas, seakan bukan sebuah pertanyaan melainkan instruksi.

Juwita spontan celingukan. Matanya berkeliling melihat deretan toko-toko mewah dengan kaca transparan dan lampu etalase terang benderang. Manekin-manekin berpakaian elegan menatap balik dirinya, membuat gadis itu merasa seperti makhluk asing yang salah masuk dunia orang kaya.

“Saya bingung, Tuan.” ucapnya lirih, pipinya memanas karena malu.

Zergan menghela napas pendek, sedikit mendongak seolah menahan kesal. “Ya sudah, beli baju saja dulu.”

Tanpa banyak kata, ia melangkah mantap menuju sebuah butik besar di depan mereka. Nama logonya terpampang dengan huruf emas di atas pintu, sangat mewah. Juwita hanya bisa mengikutinya sambil mendorong stroller Princess, meski langkahnya ragu-ragu.

Begitu masuk, hawa dingin dari AC langsung menyapu wajahnya. Ruangan luas, rak-rak pakaian tersusun rapi dengan lampu sorot halus menonjolkan setiap warna dan potongan busana. Aroma parfum mahal bercampur dengan wangi kain baru membuat hidung Juwita geli.

“Pilih saja,” ucap Zergan sambil menoleh singkat, lalu tangannya mengambil alih stroller Princess. “Yang ini termasuk murah. Jangan segan.”

‘Murah apanya,’ batin Juwita, matanya langsung tertuju pada gantungan kaos kasual di dekatnya. Ia mendekat, memegang salah satunya, lalu refleks melotot saat melihat label harga.

“Ya Allah jir, mahal gila. Satu kaos begini tiga ratus ribu? Ini orang jualan mau cepat kaya atau cepat mati sih,” desisnya pelan, hampir tersedak sendiri.

Sementara itu, Zergan berdiri dengan santainya, tangannya menstabilkan stroller. Matanya mengawasi Juwita yang tampak canggung, seperti anak ayam masuk ke sawah.

“Kau pilih itu? Pilih yang lain juga. Belilah yang banyak biar nanti tidak kerepotan.” suaranya tegas, seakan tak peduli soal harga.

Juwita buru-buru menoleh, matanya melirik seorang pelayan toko yang berdiri tak jauh, memperhatikan mereka dengan senyum ramah yang terasa mengintimidasi. Juwita mendekat ke arah Zergan, berusaha memberi isyarat ingin berbisik. Ia berdiri di dekatnya, tapi tubuhnya jauh lebih pendek, membuatnya harus mendongak.

Dengan polos, Zergan menunduk sedikit mengikuti arahan Juwita, mengira gadis itu akan membisikkan sesuatu penting.

Namun begitu wajah mereka dekat, jantung Juwita berdebar gila-gilaan. Bau parfum maskulin Zergan begitu pekat, aroma segar yang menempel pada kemejanya membuat kepala Juwita hampir pusing. Ia bisa melihat jelas rahang kokoh pria itu, kulit wajahnya yang mulus tanpa noda, bahkan helai rambut hitam yang jatuh rapi di keningnya.

Astaga. Seandainya saja ia bisa

‘Juwita, jangan kebablasan! Tahan dirimu, dasar gadis gila!’

“Kau mau bicara atau tidak?” Zergan tiba-tiba menoleh, menatap tepat ke wajahnya.

Deg! Juwita seakan tersengat listrik. Ia spontan mundur sedikit, wajahnya merah padam. “E-eh, iya anu mahal, Tuan.”

Zergan berdecak, ekspresinya sama sekali tidak terganggu. “Ck. Beli saja. Kau kira aku miskin?”

‘Ya Tuhan, kalau miskin mana mungkin tampan begini dan belanja di toko setan ini,’ batin Juwita, tapi tentu saja tidak berani mengucapkannya.

“Cepat pilih,” lanjut Zergan, “habis ini kita beli peralatan mandi untukmu. Kau busuk sekali.”

Mata Juwita melebar. Malu luar biasa langsung menyerang tubuhnya. Ia melirik ke ketiaknya sendiri, teringat perjalanan panjang tadi, keringat bercampur debu jalanan.

“Ya ampun, jelas-jelas aku pasti bau,” gumamnya lirih, menunduk. “Ya, Tuan…” jawabnya pelan, berusaha tabah sambil mencomot beberapa potong pakaian.

Zergan masih mengawasi sekilas, lalu menambahkan santai, “Pakaian dalam jangan lupa.”

Juwita hampir jatuh tersungkur mendengar itu. Kepalanya panas, wajahnya seperti terbakar. “Astagaaa Tuan ngomong gitu di depan umum aja tenang banget!” rutuknya dalam hati, sambil buru-buru menghindar ke rak lain untuk menyembunyikan wajahnya yang merah.

Sementara ia sibuk memilih, Zergan berdiri dengan tenang di dekat stroller. Namun, tatapannya lama-lama kosong. Pikirannya terlempar jauh ke masa lalu.

Ia teringat momen bersama istrinya dulu. Wanita itu selalu semangat kalau diajak belanja. Bahkan, Zergan sering duduk berjam-jam menunggu dengan sabar, lalu ikut tertawa saat istrinya keluar dari fitting room, berpose genit dengan baju baru.

Sekilas, bayangan senyum itu muncul begitu jelas di kepalanya. Terlalu jelas.

Kepalanya mendadak sakit. Nyeri menekan dari dalam, membuat penglihatannya berkunang. Nafasnya berat, tubuhnya kehilangan keseimbangan hingga ia terduduk di lantai, sebelah tangan meraih tiang stroller.

“ASTAGA! Tuan. Tuan kenapa?!” Juwita langsung panik. Ia buru-buru menghampiri, hampir menjatuhkan pakaian yang dipegangnya.

Zergan memejam, keringat dingin mulai keluar di pelipisnya. Namun dengan suara pelan ia berkata, “Lanjut saja belanja dulu.”

“Ih! Tuan gila atau gimana sih?!” Juwita berjongkok, wajahnya panik bukan main. Tangannya gemetar, ingin menyentuh namun takut. “Ini kondisi Tuan jelas nggak baik-baik aja. Yang mana yang sakit? Kepala? Jantung? Ih, jangan mati dulu ya!”

“Maksudmu apa bicara mati itu?” Zergan membuka mata, menatapnya samar. Anehnya, rasa pusing yang tadi menusuk tiba-tiba seperti mereda karena perkataan konyol Juwita.

“Ya pikir aja, Tuan!” Juwita mendekat, wajahnya serius tapi polos. “Saya ini baru kerja sehari. Kalau Tuan mati sekarang, nggak lucu dong. Saya kan butuh uang. Kalau Tuan nggak ada, saya pun nggak ada!”

Zergan menghela napas berat, menatap gadis itu dengan sorot tak terbaca. “Uang saja yang kau pikirkan.”

“Normal lah itu, Tuan!” balas Juwita cepat, lalu menambahkan dengan suara lebih lembut, “Tapi serius gimana ini? Mau pulang aja? Kita ke rumah sakit atau gimana?”

Namun Zergan malah menegakkan tubuhnya perlahan, lalu menunjuk sofa kecil di sisi ruangan tempat yang memang disediakan untuk pengunjung pria menunggu pasangan mereka berbelanja. “Aku suruh kau belanja. Pilih apa yang kau suka. Aku akan menunggu di sana.”

Ia bangkit, meski langkahnya agak berat, lalu berjalan ke sofa itu dengan wibawa tetap terjaga.

Juwita menatapnya dengan mulut sedikit terbuka. “Astaga, ini orang keras kepala banget. Udah hampir pingsan, masih sok cool,” gumamnya. Tapi hatinya diam-diam berdebar juga bukan hanya karena panik, tapi juga karena untuk pertama kalinya ia melihat sisi rapuh dari pria yang selama ini tampak dingin dan tak tersentuh.

Bersambung

1
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
Zainab Ddi
🤣🤣🤣🤣emang enak Juwita ketahuan ngomongi xergan
Hesty
ka bikin desi diusir.. jgnada pelakorrrr...
Zainab Ddi
wah Juwita kelabakan nih mau dipecat 🤣🤣🤣
Zainab Ddi
sama author aku suka ceritanya lucu kadang bikin ketawa sendiri 💪🏻💪🏻💪🏻
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah xergan terima lg deh
Zainab Ddi
author makasih Uda update banyak ditunggu updatenya selalu untuk kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
mami Malinau dan papinya bahagia melihat zergan
Zainab Ddi
author seneng banget update nya banyak🙏🏻🙏🏻😍😍😍💪🏻
Zainab Ddi
🤣🤣🤣dasar Juwita pake acara nyanyi lg gimana zergan ngak kerawa
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah Juwita lansung bertindak demi utang Uda dikubasin bikin Desi tambah iri nih
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
Zainab Ddi
wah jangan Juwita disuruh jdi istrinya nih semoga ya
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍😍
callyouMaijoi: makasih ya udah setia menunggu ceritanya 🥰
total 1 replies
Zainab Ddi
kaysky Desi nih ngasih tahu def kolektor biar Juwita di usir Dedi kan iri
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 💪🏻😍🙏🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!