Cherry Yang, yang dipaksa mendonor darah sejak kecil untuk adik tirinya, setelah dewasa ginjalnya diambil paksa demi menyelamatkan sang adik.
Di malam itu, ia diselamatkan oleh Wilber Huo—pria yang telah mencarinya selama delapan tahun.
Kehidupan Cherry berubah drastis setelah pertemuan itu. Ia bahkan terpaksa menikah dengan Wilber Huo. Namun, tanpa Cherry sadari, Wilber menikahinya dengan alasan tertentu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon linda huang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Suster yang baru saja meninggalkan kamar pasien menutup pintu perlahan, membiarkan Cherry sendirian di dalam.
Cherry menatap langit-langit sebentar, napasnya masih terasa berat. "Roman punya banyak anak buah… mereka pasti akan tahu keberadaanku. Aku harus pergi… sebelum mereka datang."
Dengan tangan gemetar, ia mencabut jarum infus dari lengannya. Sedikit darah muncul di bekas tusukan jarum, tapi ia tak peduli. Saat bangkit dari ranjang, matanya menangkap sesuatu di pergelangan tangannya — sebuah gelang hitam dengan ukiran halus.
"Kenapa ada gelang ini? Milik siapa? Tidak mungkin… dari Wilber Huo…" gumamnya pelan, jantungnya berdegup makin kencang. Ia menggenggam gelang itu sesaat, lalu menurunkannya ke samping, memutuskan untuk tidak membuang waktu.
Cherry melangkah cepat keluar kamar, menoleh kanan-kiri memastikan koridor sepi. Hanya suara langkahnya yang terdengar, bercampur aroma obat dari ruangan-ruangan pasien. Ia menundukkan kepala dan menuju pintu tangga darurat, mendorongnya hingga berderit.
Cherry menuruni anak tangga dengan tergesa, tiap langkah membuat rasa nyeri di pinggangnya makin terasa.
Sementara itu, di lobi rumah sakit, beberapa anak buah Roman masuk dengan langkah mantap. Mereka berpencar di koridor, memeriksa setiap pintu kamar.
"Di mana kamar Cherry Yang?" tanya salah satu dari mereka dengan nada mendesak pada suster di meja resepsionis.
Suster itu memeriksa data di komputer, lalu menunjuk ke arah sayap kanan. "Di kamar ujung sana."
Mereka tak membuang waktu. Begitu pintu kamar dibuka—kosong. Ranjang pasien dingin tanpa penghuni.
"Dia tidak ada di sini… sepertinya kabur lagi!" seru salah satu anak buah Roman dengan nada kesal.
"Periksa rekaman CCTV! Dan awasi setiap pintu keluar!" perintah pemimpin mereka, suaranya tegas, membuat yang lain segera bergerak.
Cherry terus menuruni tangga darurat. Napasnya mulai memburu, setiap tarikan terasa perih di dada.
Begitu mencapai lantai dasar, ia langsung mendorong pintu keluar menuju area lobi. Tapi langkahnya terhenti sesaat ketika matanya menangkap bayangan bergerak cepat di ujung koridor — anak buah Roman.
"Dia di sana! Tangkap!" teriak salah satunya, suaranya menggelegar di seluruh lobi.
Panik menyergap Cherry. Ia langsung berlari menuju pintu utama, menabrak seorang pengunjung rumah sakit hingga hampir terjatuh. Udara sore yang dingin menyambutnya saat keluar.
Beberapa anak buah Roman segera menyusul, sepatu mereka menghentak aspal. Cherry menoleh ke belakang dan melihat jarak mereka makin dekat.
Orang-orang di pinggir jalan menoleh heran saat Cherry berlari melewati mereka sambil memegangi pinggangnya yang nyeri.
Mereka yang berlari sudah hampir bisa meraih Cherry. Nafas gadis itu tersengal-sengal, kakinya mulai kehilangan tenaga. Dalam keputusasaan, ia memutuskan menyeberang jalan untuk menghindar.
Namun langkahnya terhenti mendadak. Dua mobil hitam berhenti tepat di hadapannya, memblokir jalan seperti tembok baja. Lampu depan menyilaukan matanya, membuat ia harus menyipitkan pandangan.
Pintu mobil terbuka perlahan. Dari dalam, seorang pria tinggi berjas gelap melangkah keluar — Roman. Di sisi lain, seorang wanita paruh baya berpenampilan anggun namun berwajah dingin ikut turun — Rosa, ibu kandung Cherry.
"Cherry, akhirnya kami menemukanmu. Jangan menimbulkan masalah lagi. Ikut kami pulang!" suara Rosa meninggi, menusuk telinga, penuh nada perintah tanpa sedikit pun kelembutan seorang ibu.
Roman menatapnya dengan sorot merendahkan. "Sia-sia aku membesarkanmu. Setelah dewasa, kau malah memberontak."
Cherry memandang keduanya dengan tatapan getir. Nafasnya membentuk uap tipis di udara dingin. "Kalian membesarkan aku hanya karena ingin memanfaatkanku. Setelah dewasa… kalian hanya ingin mengambil ginjalku untuk Celia."
Rosa maju selangkah, suaranya meninggi seolah ingin memaksa. "Cherry, adikmu tidak akan bisa bertahan. Cepat pulang dan selamatkan dia!"
Air mata menggenang di mata Cherry, namun bukan karena iba — melainkan karena luka yang terlalu lama dipendam. "Apakah aku anakmu? Kenapa kau tega sekali mengorbankanku demi anakmu itu? Jangan lupa… aku juga lahir dari rahimmu!"
Roman menyeringai tipis, namun matanya penuh ancaman. "Cherry, kau bersikeras ingin melawan? Kalau kau menolak… kau akan segera melihat jasad orang itu." Kata-kata itu meluncur seperti pisau, membuat darah Cherry terasa membeku.
Rosa mencoba berganti nada, menurunkan suaranya seolah membujuk. "Asalkan kau ikut kami dan patuh, semuanya akan baik-baik saja."
Cherry menatapnya tajam. "Di mana dia? Selama sepuluh tahun aku ikut denganmu, aku bahkan tidak pernah bertemu dengannya."
Roman terkekeh pelan. "Bukankah kau bisa melihatnya melalui rekaman CCTV? Hidup matinya ada di tanganmu… nyawamu sebagai gantinya."
Air mata Cherry jatuh, membasahi pipinya yang pucat. Ia memandangi ibunya dengan tatapan hancur. "Di mana hatimu? Demi hidup mewah, kau bersikap kejam pada kami. Apakah kau sudah lupa asal-usulmu?"
Rosa menahan napas, namun kata-kata yang keluar malah menusuk. "Cherry, Celia adalah adikmu. Mama harus menyelamatkannya, walau harus mengorbankanmu. Karena dia adalah masa depan keluarga Chen."
Tiba-tiba, suara deru mesin lain terdengar mendekat. Beberapa mobil berhenti di belakang Cherry. Lampu depan mereka menyorot ke arah Roman dan Rosa.
Pintu mobil terdekat terbuka. Roby keluar terlebih dahulu, cepat-cepat berjalan membuka pintu belakang. Dari dalam, seorang pria tinggi dengan jas hitam dan tatapan tajam melangkah keluar. Wilber Huo.
Wajahnya dingin, langkahnya mantap, setiap gerakannya memancarkan wibawa yang membuat udara di sekitarnya terasa berat. Matanya langsung tertuju pada Cherry.
Cherry menoleh, matanya membelalak melihat pria itu. Ia semakin cemas dan ketakutan. Tubuhnya mengigil karena kedinginan.
Sambil menunggu up terbaru, silakan mampir ke karya yang sudah tamat 👇👇👇👇
Wil kata nak bikin perhitungan come on sat set ke ,,tuh Kunti bisa ga di kuliti atau ga cabut kuku ya gitu
ambil darah tiap hari per botol gt sumbngknn ke pmi lakukan itu ddpnn mm mu dan papa trimu dan mike,,biar mrk sengsara liat org tersayang mrk menderita lbh bagus sii klo perlu darah mrk semuy di ambil biar mrk merasakan gmn tangan ditusuk jarum,,biar impas si 😁😁😁klo di penjara takutt bundir gk ngerasain penderitaan lgg,, viral jg kn biar pd tau kelakuan busuk mrk,,