NovelToon NovelToon
To Wheel And Deal

To Wheel And Deal

Status: sedang berlangsung
Genre:Obsesi / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Persahabatan
Popularitas:978
Nilai: 5
Nama Author:

Amara Olivia Santoso, seorang mahasiswa Teknik Industri yang sedang berusaha mencari pijakan di tengah tekanan keluarga dan standar hidup di masyarakat. Kehidupannya yang stabil mulai bergejolak ketika ia terjebak dalam permainan seniornya Baskara Octoga.
Situasi semakin rumit ketika berbagai konflik terjadi disekitar mereka. Novel ini menceritakan tentang kisah cinta remaja, persahabatan dan kehidupan kampus.

Terror

Suara dahan pohon yang membentur kanopi membuyarkan konsentrasi Amara. Sudah dua jam lebih dia hanya terfokus pada layar monitornya. Dengan malas kini ia berdiri, meregangkan otot tubuhnya yang mulai menegang.

Lampu depan kamar yang tiba-tiba berkelip, suara serangga dan aroma angin khas musim kemarau yang masuk melalui celah ventilasi membuatnya harus berjuang lebih keras melawan kantuknya.

Di lihatnya jam masih menunjukan pukul sebelas malam. Belum saatnya cinderella harus kembali. Ia terpaksa harus lembur malam ini.

Dengan cepat ia meneguk mug berisi kopi yang sudah tidak hangat lagi. Matanya berbinar, tangan kanannya kembali meraih mouse setelah meletakkan mug yang kini sudah kosong tak berisi.

Entah sudah berapa puluh kali ia mengedit dan menonton untuk mengoreksi video cinematic makrab dari adobe premier di komputernya. Lagu yang memorable dan tingkah konyol para Maba membuat senyumnya mekar merekah.

Semua berjalan dengan sempurna, hingga dengan sekejap listrik di kosan tiba-tiba padam.

“Sial, belum ke save lagii” Umpatnya sebal.

Dari arah depan, terdengar suara gerbang yang berdecit karena di geser paksa.

Amara panik, ia kembali teringat kejadian aneh yang mengitarinya di sepanjang hari ini. Dengan sekejap seluruh bulu kuduknya berdiri.

“Malingggg” Teriak Pak Udin, penjaga kos yang kini tak hanya mampu membangunkan seluruh isi kos, namun seluruh komplek.

Seluruh penghuni kos putri griya laras tersentak, mereka berhaburan keluar ke arah parkiran termasuk Amara.

Tidak ada korban jiwa, hanya kaca samping mobil Amara Pecah karena terbentur benda keras. Tidak ada jejak, cctv masih rusak. Beruntung Pak Udin berhasil menggagalkan aksi yang di duga memiliki  motif perampokan itu.

“Aduh maaf ya mba Amara, tadi Pak Udin udah lapor ke bapak kos. InsyaAllah besok mobil mba Amara di bawa ke bengkel. Cctv juga akan di tambah. Sumpah mba, pencuri sekarang ngeri ngeri modusnya” Ungkap Pak Udin penuh penyesalan.

“Gapapa pak, yang penting gaada korban jiwa” Jawab Amara.

“Padahal tadi pagi udah di ingatkan mba Amara soal cctv yang pecah. Berati kos kita itu udah di incar dari jauh-jauh hari yaa” Tambah Pak Udin.

“Dari kemaren sebenernya aku tuh sering kalo di balkon liat ada cowok pake hodie hitam mondar-mandir deket kosan tau Pak, cuma aku kira pacar siapa gitu mau jemput” Kata Bella.

“Pokoknya kalian semua harus hati-hati. Kalau ada yang mencurigakan langsung lapor Pak Udin yaa” Pesan Pak Udin sebelum membubarkan rapat kos malam itu.

***

Uap panas yang mengalir membuat suara desis dari dalam kettle, pelan dan penuh irama. Dengan terburu, Amara mematikan kompor. Menuangkan air mendidih dengan perlahan kedalam mug. Aroma manis dari gula bercampur dengan teh dan melati menyebar memenuhi setiap sudut dapur kos.

Amara menggenggam mugnya seraya berjalan ke arah parkiran depan. Matanya menelisik, mencoba mencari petunjuk seperti di serial detective. Namun nihil, tidak ada barang bukti yang tertinggal.

“Pelaku, selalu kembali ke TKP” Amara mulai bergumam dan meletakkan mug diatas meja teras.

Masih subuh ketika dengan ragu ia membuka gerbang depan. Matanya terlihat layu, ia tidak bisa tidur. ada banyak pertanyaan yang berbisik di kepalanya. Tentang siapa dan apa maksud dari semua terror ini.

Amara melihat ke sekeliling, tidak ada yang aneh. Semua terlihat normal. Jalanan kompleks yang sepi dengan topping dedaunan yang terjatuh di atasnya terlihat dingin dan berembun. Dengan cepat ia menutup gerbang, kali ini dia sudah tidak sanggup. Matanya terlalu berat, ia harus tidur.

Sudah pukul Sembilan pagi ketika Amara tertunduk lesu di halte bus trans semarang depan gang kosannya. Dandanannya yang girly terlihat kontras dengan tabung gambar berwarna hitam yang menggantung di lengan kirinya. Beberapa kali ia terlihat menutup mulutnya karena menguap, ia masih saja mengantuk sampai suara deru bus datang dari arah sebelah kanannya.

Ini adalah kali pertama Amara menaiki transportasi umum selain pesawat. Terbiasa menjadi anak cupu yang hidupnya hanya seputar sekolah rumah karena antar jemput, membuatnya tidak bisa bersosialisasi dan memiliki banyak teman.

Tak banyak kesempatan bagi Amara untuk mengetahui dunia luar. Tumbuh menjadi anak perempuan semata wayang dari keluarga yang patriarki membuat jalan hidupnya tak mudah. Ia harus berprestasi, anggun, selalu ramah, penuh senyum, sopan dan tidak boleh marah atau memperlihatkan emosi sesungguhnya kepada orang lain. Peraturan keluarga yang membuatnya tercekik seumur hidup hanya demi keberadaannya di akui.

Tangannya merogoh totebag yang berada di pangkuannya. Satu persatu kupingnya di jejali headset. Samar terdengar suara lagu dari soundtrack anime favoritnya, One more time one more change. Persis kehidupan yang ia jalani, hanya di dominasi rasa sepi dan tak ada harapan di dalamnya.

“Hufftt” Amara menghela nafas kasar. “The worst part is, I can’t even explain what I’m feeling”.

Langkah kaki Amara terasa sangat berat, seolah jarak antara halte terdekat dengan fakultasnya lebih dari seribu kilometer. Pikirannya berisik, dengan kesal ia menendang kerikil kecil yang ada di depannya.

“Tak” kerikil itu sukses mendarat di kepala Kevin yang kini berada di depannya.

“Aisshh” Kevin menoleh meringis kesakitan.

“Aduh, maaf kak aku ngga sengaja” Ucap Amara yang berlari mendekat.

“Aww sakit banget” Kevin mengambil posisi berjongkok. Amara semakin salah tingkat di buatnya, di usapnya kasar kepala Kevin.

“Aku anterin ke klinik ya kak, duh maaf banget aku ngga sengaja” Kata Amara yang tridak mendapat respon dari Kevin.

“Kak Kev tunggu sini aja yaa, aku telfon ambulan buat kesini” Lanjut Amara.

“Ehh ngga usah ra, aku cuma bercanda” Ucap Kevin sembari memegang ponsel di tangan Amara.

Amara terdiam, Kevin hanya bercanda saat ia benar-benar panik. Wajah khawatirnya berubah datar, kini ia berjalan pergi meninggalkan Kevin

“Kok tumben jalan kaki” Ucap Kevin basa basi mencoba berjalan sejajar dengan Amara.

Amara menoleh, cukup ragu ia menjawab, “Dari fotokopian depan kak”.

Kevin tersenyum, “Ayolah jangan jutek lagi, apa aku harus terluka baru kamu mau ngobrol sama aku?”.

“Kan udah aku jawab” Amara mulai kesal.

“Tapi kamu bohong Amara, mobil kamu rusakkan?” Tanya kevin yang seketika menghentikan langkah Amara.

“Kamu ada apa? Cerita sama aku, aku siap selalu ada buat kamu” Kevin mulai meninggikan nada bicaranya.

“Tau dari mana mobilku rusak?” Tanya Amara.

Kevin terdiam, ia tidak menjawab.

Amara mundur satu langkah kebelakang, dia cukup shock. Mungkinkah Kevin yang merusak kaca mobilnya? Tapi untuk apa? Memang benar Amara tidak menerima perasaan Kevin, tapi Kevin bukanlah seorang psiko. Ia normal, anak baik-baik.

Amara menatap Kevin dalam, ada banyak pertanyaan yang muncul di kepalanya. Sampai Ethan, teman seangkatan Amara kini berdiri tepat di belakangnya.

“Hallo Kak Kev, heii Amara” Sapa Ethan.

“Hai” Sapa Kevin, sementara Amara hanya melambaikan tangannya datar.

Suasana yang tegang kini mulai memudar, Kevin menunduk pasrah ,”Sepertinya kita perlu bicara lagi ra, nanti aku share lokasinya, malem ini ngga bisa di tunda”.

“Iya kak” Jawab Amara datar.

“Aduh sorry aku ganggu kalian berdua yaa?” Tanya Ethan basa basi.

“Aman bro” Ucap Kevin sembari melambaikan tangan dan berlalu meningglkan mereka berdua.

Untuk seperkian detik mereka terdiam. “Ethan aku duluan yaa” Pamit Amara.

Ada sesuatu dari tatapan Amara, ia berjalan cukup cepat. Sementara Ethan tidak beranjak, ia masih berdiri di tempatnya.

Baskara melihat semua kejadian itu dari balkon lantai tiga. Ia tersenyum tipis melihat melodrama kampus di pagi hari. Namun, senyum tipisnya sirna ketika ia melihat Ethan pura-pura menunduk, ia meraih ponsel kemudian terlihat mengambil ancang-ancang untuk merekam. Ia berjalan di belakang Amara, mengikutinya dari jauh, menjaga jaral cukup aman. Seperti seekor srigala yang ingin mengincar mangsanya,

1
Ritha Tyas
karyanya bagus banget
Chikita Yoppan: makasihh kakkkk ya Allah terharu banget🥺🥺
total 1 replies
Ranti Lestari
semangat kak. btw jgn lupa mampir ya kak🥰
Ranti Lestari: siapp kak🥰
total 3 replies
yourbee
amara kenapa suka senyum licik dah😭
Chikita Yoppan: Amara emg sedikit manipulatif kak heheh
total 1 replies
yourbee
Bahasanya bagus tapi agak bingung banyak tokohnya, btw semangat kak
Chikita Yoppan: makasih kak/Angry/
total 1 replies
cøøkie
Ngakak!
Maria Fernanda Gutierrez Zafra
Luar biasa thor, teruslah menulis 🎉
Chikita Yoppan: makasih kak🥺 mohon dukungannya yaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!