Dimana masih ada konsep pemenang, maka orang yang dikalahkan tetap ada.
SAKA AKSARA -- dalam mengemban 'Jurus-Jurus Terlarang', penumpas bathil dan kesombongan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Magisna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
AKSARA 7
“Gosah banyak bacod lu, Anjeng!”
GREB!
Saka menahan pukulan lurus Piang tepat di depan wajahnya hanya dengan satu telapak tangan bagian kiri.
“Woho!” Semua penonton bersorak kecil.
Piang yang kesal langsung menarik tangannya namun tidak berhasil. Saka menarik pergelangannya lalu memelintir dengan gerakan tipis sampai anak itu memunggunginya.
“Aarrggh! Lepasin tangan gua, Setan!”
Saka mengabulkan dengan cara ....
BRAK!
“UGH!”
Menendang punggung Piang sekali saja hingga tersungkur ke badan meja.
Moncos menggeram, atas dan bawah deretan giginya saling beradu ketat, lalu ....
“Bangsad!”
Sembari gerak, satu kursi diangkatnya lalu dilemparkan pendek ke arah Saka.
BRAAAK!
Tidak kena.
Saka mengelak dengan cara bergeser tipis, kursi itu berakhir membentur dinding.
Moncos yang mulai langsung maju membawa kepalan ketat.
Namun melapak tangan Saka naik lebih cepat sebelum tinjuan Moncos mendarat di wajah yang selalu bening.
Dengan itu Saka menahan wajah Moncos lalu menendang di bagian perutnya.
DUG!
Moncos meringis tebal. Punggungnya kesakitan menimpa ujung runcing meja yang minimal membuat dagingnya berakhir memar.
Anak-anak lain mulai bertaruh dan ramai. Ini menjadi keseruan tersendiri untuk mereka. Beberapa merekam dengan video.
Tapi pertaruhan hanya dilakukan oleh anak-anak netral yang tidak bergabung di bawah payung Geng Kalajengking.
Dan mereka yang tergabung ....
Saling angguk sesaat setelah Andi Wiguna memberi isyarat penting melalui mata.
Jono, Alfa dan Yudistira menyisi bersama. Raut mereka sudah cemas melihat anak-anak lain bersiap maju untuk mengeroyok Saka. Tapi mereka bahkan tak bisa memperingatkan Saka walau sebentuk teriakan kecil, bahwa Saka akan dikeroyok setidaknya oleh separuh murid kelas mereka.
“Haduh, gimana, nih?” Yudis menggaruk kepalanya resah. “Bisa kejer Saka!”
“Laporin ke guru aja gak sih?!" Alfa melontar saran.
“Kagak bisa! Besoknya kita yang digarap para kalajengking itu kalo ketauan ngelapor.” Jono menghardik, memikirkan poin paling krusial untuk mereka sendiri.
“Tapi ini urusannya nyawa Saka, Jon!” debat Yudistira.
“Iya, dan besok nyawa kita juga! Lu mau?!”
Yudistira langsung terdiam. Tidak butuh tiga detik untuknya membenarkan kalimat Jono. Alfa bahkan langsung mengangguk detik yang sama setelah Jono menyeru.
“Trus gimana ini?”
Saat kebingungan Yudistira dan dua temannya mendera, anak-anak yang dikomando Andi Wiguna mulai bergerak.
Saat itulah, pertunjukkan yang lebih menegangkan dimulai.
Keadaan gaduh saat pengeroyokan berlangsung.
Bangku-bangku terjungkal saling bertabrak, beberapa bahkan patah bagian.
Tapi bukan perkara bangku.
Melainkan ... Saka tidak seburuk yang ada dalam pikiran semua anak yang ada di sana.
Termasuk Andi Wiguna yang dalam sekejap berakhir tolol.
“Dari mana anak itu mempelajari kekuatannya?” Andi bergumam dan menelan ludah.
Gerakan Saka sebat dan teratur. Setiap tangkisan setidaknya membuat lengan lawannya membiru memar.
Ya, hanya tangkisan saja mereka sudah mengaduh sakit.
Saka bahkan menendangi kursi-kursi yang dilempar padanya tanpa gerakan sulit.
Satu per satu anak buah kalajengking berakhir fatal di posisi terburuk mereka.
“Hosh hosh hosh!” Napas Saka memburu cepat setelah semua lawan mendapat sentuhannya, masih dengan kuda-kuda terjaga dan kedua kepalan tangan tertata membentuk posisi tinju. Wajahnya yang penuh keringat terlihat tidak buruk. Matanya menatap siaga kalau-kalau ada yang menyusul maju menyerang.
Akan tetapi hening ... tidak seorang pun ... tidak!
Andi Wiguna bahkan bergeming di sudut, menatap Saka dengan seraut ekspresi melongo. Dia tersentak kejut langsung resah ketika Saka menggamit tasnya sambil berjalan mendekat lalu berdiri tepat di hadapannya. Dua langkah kakinya mundur ke belakang dengan sangat kaku.
“Ini yang gua lakuin sama anak-anak buah lu di rumah kosong tadi," aku Saka, menjawab pertanyaan Andi tentang 'berapa lu bayar mereka?'ーBeberapa saat sebelum kekacauan ini dimulai.
Andi menelan ludah ketiga kali.
“Andi Wiguna ... jaga sikap lu mulai sekarang!” Saka menukas, kemudian melenggang pergi keluar dari dalam kelas sembari menyelempangkan tasnya ke balik punggung.
Mereka semua terpelongo menatap anak itu, kecuali yang masih nahas merasakan kesakitan pukulan-pukulan Saka, nampak terkulai tidak berdaya di beberapa titik.
Setelah Saka lenyap dari pandangan, Jono, Alfa dan Yudistira juga lainnya selain anggora Kalajengking, buru-buru keluar juga. Tidak baik berlama-lama dalam keadaan terburuk geng sekolah yang sok jagoan itu.
Sebelum hengkang dari sekolah, Saka lebih dulu mampir ke ruang UKS untuk melihat kondisi Ibrahim. Namun saat sampai, ternyata Baim sudah tak ada.
“Baim pulang sebelum jam sekolah berakhir tadi,” kata petugas UKS memberitahu Saka.
“Ah, iya. Makasih, Bu.” Saka kembali menyeret langkah untuk keluar dari area sekolah. “Gua lupa minta nomornya hapenya Baim. Ck!”
Sore hari ....
Trio Kalajengking berada di sebuah tempat.
Lantai atap sekolah.
Ketiganya berjejer rapi menghadap satu titik yang sama.
Kepala mereka merunduk seperti sedang dimarahi guru.
Tapi bukan guru.
Adalah Ricky Grayon, seseorang yang kedudukannya sudah pasti lebih tinggi dibanding mereka.
Ricky duduk bersilang kaki di atas sebuah kursi, di hadapan ketiga anak yang menyebut mereka Trio Kalajengking itu.
“Satu orang ngabisin geng lu yang banyak itu?” Ricky merangkum dari sekian panjang kalimat yang dibeberkan tiga orang di hadapannya.
Andi Wiguna mengangguk kaku sebagai jawaban.
“Kita gak tahu dia sekuat itu,” Moncos ambil bicara dengan suara lesu.
“Iya,” Piang menimpal tanpa mengangkat wajah. “Dari semua gerakannya, dia pasti ahli bela diri.”
Sementara Andi Wiguna diam. Dia sungguh tak suka mengakui kegagalannya apalagi sampai memuji lawan.
Ricky Grayon menggilir lirikan matanya antara Moncos dan Piang, lalu pada Andi Wiguna. “Kalau menurut kalian dia sehebat itu ... ajak dia bergabung.”
Tiga Kalajengking melengak ke wajah Ricky.
“Be-bergabung?” Moncos tergagap.
“Ya!" jawab Ricky. Wajahnya yang tenang memberi seringai. “Bukannya bagus ada anggota yang lebih hebat? Kalo perlu, ganti ketua anggota kalian!”
Moncos dan Piang saling beradu pandang dengan mata melebar, lalu sama-sama melirik Andi.
Anak itu tetap merunduk menatap ke bawah, tapi dari kedua matanya, dia jelas sangat terkejut.
'Ganti ketua anggota kalian'.
Kalimat akhir Ricky tentu saja menyinggung dirinya.
“Ya, 'kan, Andi?” Ricky meminta pendapat.
Saat mengangkat wajah, Andi mendapati seringai yang sama di wajah Ricky, lalu menelan ludah.
“Dari cerita dua anak buah lu, lu bahkan gak ikut lawan tu anak baru,” ujar Ricky. “Bener-bener peran ketua yang menakjubkan.”
Itu bukan pujian, Andi sadar dirinya sedang disarkasi. “Gua ... gua sadar kesalahan,” katanya ragu. “Jadi ... lu bisa gantiin posisi gua sama dia.”
Moncos dan Piang menyesali penjelasannya yang terlalu menggebu tadi pada ketua besar mereka. Ekspresi Andi sekarang nampak tersurut.
“Rick ...,” kata Moncos tergagap. “Ka-kalo ngajak anak itu gabung ... kayaknya bakal susah deh.”
Mata tegas Ricky menyorot anak itu. “Kenapa?"
“Ngg ... Sa-Saka ... dia ....” Moncos meringiskan wajah, lalu garuk-garuk tengkuk. Bingung bagaimana caranya menjelaskan.
“Ck!" Ricky berdecak lalu tersenyum kecut. “Naif maksud lu?”
“Ah, iya itu!" Moncos membenarkan semangat, sampai mengacungkan telunjuk ke depan. Namun langsung layu kembali dan menyesali sikapnya yang berlebihan itu. Tatapan Ricky Grayon yang walaupun terus tersenyum, terasa akan menelan setiap waktu.
“Jadi ... namanya Saka, ya? Gua jadi penasaran.”
sama-sama beresiko dan bermuara pada satu orang.. yordan..
🙏