Dengan diam Stevi kembali ke mode sedihnya.
"Bantu aku untuk melupakan Farhan Laras! Aku sudah berusaha sebisa mungkin melupakan rasa ini pada nya, tapi setelah mendengar niat nya kemaren aku merasa tidak sanggup!"
Laras duduk di depan Stevi yang masih terlihat sibuk mengusap air matanya.
"Bagaimana dengan Candy? Menurutmu apa Dia gadis yang baik dan pantas untuk dipertimbangkan?"
Mendengar pertanyaan Laras, Stevi berdiri dan berjalan menuju foto perdana Dia dan Candy. Dia pandangi wajah Candy dengan senyuman dan menyentuh setiap sisi foto wajahnya.
"Jika aku sebagai Stevi maka Candy adalah sainganku tapi kalau aku menjadi Aliando aku tetap tidak bisa mencintai Dia sebagai wanita yang akan aku perjuangkan. Laras rasa ini ke Candy sangatlah berbeda dengan rasa seorang pria lainnya. Aku tidak tahu kenapa kasih sayangku ke Dia seperti saudara dalam satu kandungan."
"DEG..! Laras menjadi ragu sendiri dengan ucapan Stevi. Dia mendekat ke arahnya dan memegang kedua tangannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Mom, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Informan yang lepas
Candy mengendarai motornya menuju mini market. Dia membeli kebutuhannya selama sebulan dan membelikan Bu Dewi juga. Saat keluar dari mini market , Dia berpapasan dengan seorang wanita paruh baya. Wanita yang terlihat memakai baju sederhana dengan membawa tas besar terlihat seperti orang yang sedang lari dari rumah. Melihat wanita yang sedang kebingungan itu, Candy berjalan menghampirinya.
"Maaf... Ibu sedang cari apa?"
Dia melihat Candy tanpa berkedip. Semakin tajam penglihatannya dan tertuju di ujung alis Candy sebelah kanan.
"(Kenapa anak ini mengingatkan aku dengan wajah suami Mba Mar dan itu tahi lalat yang ada di ujung alisnya sama dengan anak Mba Mar yang aku tinggal di panti dua puluh tahun lalu.)"
"Ibu kenapa bengong, apa mau beli sesuatu di dalam?"
Candy menjadi penasaran dengan Ibu itu yang memandangnya tanpa berkedip.
"Nak, namamu siapa?"
Dia memberanikan diri untuk bertanya ke Candy.
Dengan senyum bangga Candy menyebutkan namanya.
"OH... aku Candy Bu! Mari masuk lagi kalau mau beli sesuatu, biar nanti aku yang bayar!"
DEG...! Ibu itu menjadi ketakutan dan setengah berlari Dia ingin menjauh dari Candy.
"(Pasti Dia anak itu, tapi kenapa ada di sini?)"
"Eh... Bu kenapa lari! Aku bukan orang jahat!"
Candy berteriak sambil mengejar Ibu itu.
Melewati gang-gang kecil, Candy berlari mengejarnya.
"Kenapa cepat sekali Ibu itu menghilang, siapa sebenarnya Dia?"
Tanpa hasil, Candy kembali ke mini market untuk mengambil motor nya. Sampai di depan mini market ada kelompok gadis remaja yang sedang nongkrong memandangnya tanpa berkedip.
"Hei... best coba lihat wanita yang ada di motor matic itu, koq seperti tidak asing wajahnya?"
Mendengar lirih suara mereka, Candy hanya melirik saja. Dia masih fokus mencari kunci motornya di dalam tas.
Karena penasaran salah satu dari gadis remaja itu datang mendekati Candy.
"Kak, bukannya kamu model yang viral itu kan?"
Candy semakin bingung dengan pertanyaan yang di tujukan untuknya. Tapi gadis itu masih saja yakin dengan penglihatannya.Dia mengelilingi Candy untuk memastikan.
"Iya... pasti kamu kak!
"Sebenarnya itu editan atau asli kak koq bisa mirip banget tanpa celah? Kalau memang asli apa Dia kembaranmu kak, terus kalian terpisah gitu?"
Karena semakin banyak pertanyaan yang di tujukan ke Candy bahkan melebihi wawancara dari media, Dia semakin panik membuka isi tasnya. Setelah menemukan kunci motor Candy langsung tancap gas. Gadis itupun merasa kecewa dengan tanggapan Candy yang seolah angkuh dan cuek.
"Huh.. sombong amat, aku sebenarnya mengidolakan kalian, cuma kenapa jual mahal!"
...----------------...
Sampai di kos, Candy membawa barang belanjaannya ke kamar. Sebelum berjalan ke kamarnya, Dia sempat mampir ke rumah belakang Bu Dewi.
"Koq terkunci, Bu Dewi ke mana? Ya sudahlah nanti saja aku ke sini lagi."
Di kamar, Candy menata barang belanjaannya. Karena hari itu Dia free tidak ada jadwal pemotretan, Candy berencana untuk membersihkan barang-barang yang sudah tidak terpakai lagi. Saat merapikan barang lamanya tanpa sengaja Dia menemukan gelang yang di berikan Bu Rahma padanya.
"Gelang ini... apakah gelang ini identitas ku saat lahir? Dan apakah dengan ini aku bisa menemukan orang tua kandungku?"
Dia terduduk di lantai sambil memandang gelang sederhana terbuat dari manik-manik kecil dengan inisial huruf "C".
" Ya Tuhan... andai saja aku hidup dengan keluarga yang utuh, mungkinkah aku akan lebih bahagia dari pada hidupku sekarang?"
Kepalanya tersandar di tempat tidur yang tidak begitu empuk. Sambil memandang langit-langit kamar, air matanya mengalir tanpa aba-aba.
Tok.. Tok.. Tok...!
"Can.... Candy, apa kamu di dalam?"
Panggilan dari luar menyadarkan Candy dari rasa sedihnya.
Dia segera bangun dari duduk dan berjalan menuju pintu kamar.
"Krreeekkkkkk.... " pintu kamarnya terbuka lebar.
"Bu Dewi... kebetulan tadi aku ke rumah tapi pintu belakang terkunci."
Candy kembali lagi masuk ke kamar dan mengambil kantong plastik berisi sembako dan diberikan ke Bu Dewi.
"Bu, Candy ada rejeki ini buat Ibu!"
Mau menolak tidak merasa enak, Bu Dewi pun menerima pemberian Candy.
"Besok lagi gak usah repot-repot Can, yang penting kamu cukup dulu!"
"Candy sudah ada koq Bu, Alhamdulillah ada rejeki lebih! Oh.. ya Ibu cari Candy ada apa?"
Dia balik bertanya ke Bu Dewi, tujuan apa mencarinya.
Bu Dewi sedikit masuk ke kamar Candy, agar suaranya tidak terdengar yang lain.
"Can, ada dua orang pria yang cari kamu! Kalau di lihat dari tampangnya koq seperti wartawan ya?"
Mendengar informasi dari Bu Dewi, Candy menjadi bengong.
"Wartawan? Wartawan apa Bu? Mau apa? Candy merasa gak pernah ada urusan dengan orang!"
"Can, bagaimana kalau kamu temui dulu saja?
Bu Dewi membujuk Candy untuk menemuinya.
" Tapi Bu.... "
Bu Dewi menarik tangan Candy . Dengan terpaksa Diapun mengikuti apa kata Bu Dewi.
Di teras rumah Bu Dewi sudah menunggu dua orang pria dengan kameranya. Dengan ragu Candy menemui mereka.
"Maaf, kalian siapa dan mau apa cari saya?"
Mereka tidak langsung menjawab pertanyaan Candy, tapi lebih fokus melihat wajah Candy yang memang tampak beda dengan foto yang mereka punya.
"Maaf kak kami dari Media " Z" , mau tanya apa yang ada di foto ini memang kakak?"
Salah satu dari mereka memperlihatkan foto Candy yang baru viral saat itu.
Candy jadi bingung, Dia serba di lema.
"(Aku harus jawab apa ke mereka, kenapa foto-foto itu bisa beredar di luar, bukannya pemotretan itu hanya untuk kepentingan Butik Laras saja dan hanya untuk katalog toko)"
Dengan tegas Candy menjawab ke mereka.
"Maaf saya tidak tahu, mending kalian tanya langsung dari sumber berita ini, Terima kasih saya pamit dulu!'
" Eh... tunggu kak, kami belum selesai ngomongnya."
Meskipun Candy mendengar panggilan mereka, Dia tetap terus berjalan kembali ke kamarnya.
Bu Dewi meminta maaf ke mereka atas kejadian itu.
"Maaf ya, mungkin Dia baru capek jadi tidak bisa nemenin mas-mas ini!"
Masih penasaran dengan sosok model yang viral, mereka gantian menyerbu Bu Dewi dengan pertanyaan. Bu Dewi yang tidak tahu apa-apa dan merasa pusing dengan pertanyaan mereka, Dia mengusirnya dengan sopan.
"Maaf sekali Mas-mas semua, Saya juga mau istirahat. Silakan kalian bisa pergi sekarang!"
Akhirnya kedua pria itu pergi dari kos an Bu Dewi dengan mobil Panther nya.
Bu Dewi jadi lega mereka sudah tidak terlihat lagi.
"Huuftt.. akhirnya pergi juga!"
Di kamar, Candy masih merasa bingung dengan kejadian hari itu.
"Kenapa hari ini ada saja kejadian aneh, tadi melihat wanita asing yang mencurigakan, habis itu ketemu gadis remaja yang sok kenal, sekarang ada yang mencari katanya dari media. apa yang memicu kejadian ini?"
Dia memainkan HP nya di tempat tidur. Hingga terdengar bunyi panggilan dari Laras. Berharap dapat job lagi, Candy menerima telepon itu dengan cepat.
"(Halo Can, kamu baik-baik saja?)"
"Gak begitu baik kak, barusan ada yang datang cari aku, katanya dari Media " Z " , tapi aku suruh pergi."
"(Iya itu karena berita online yang mengupload foto kamu sama Stevi.)"
"Terus aku harus bilang apa ke mereka kalau ketemu lagi? Apa aku harus lari atau aku bilang yang sebenarnya?"
"(Besok kamu ke Butik saja, kita rundingin bareng-bareng, lagian aku juga mau ada perlu sama kamu)"
"Baik kak, besok aku ke Butik!"
Dan telepon pun terputus. Memang bagi Laras itu hal yang wajar sebagai public figure, tapi bagi Candy adalah hal yang asing dan tidak terbiasa dengan kehidupan seperti itu.