Seorang wanita miskin bernama Kirana secara tidak sengaja mengandung anak dari Tuan Muda Alvaro, pria tampan, dingin, dan pewaris keluarga konglomerat yang kejam dan sudah memiliki tunangan.
Peristiwa itu terjadi saat Kirana dipaksa menggantikan posisi anak majikannya dalam sebuah pesta elite yang berujung tragedi. Kirana pun dibuang, dihina, dan dianggap wanita murahan.
Namun, takdir berkata lain. Saat Alvaro mengetahui Kirana mengandung anaknya. Keduanya pun menikah di atas kertas surat perjanjian.
Apa yang akan terjadi kepada Kirana selanjutnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rafizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 – Pernikahan dingin
Waktu berlalu. Setelah sepakat dengan surat perjanjian. Kirana dan Alvaro pun melangsungkan pernikahan seminggu kemudian.
Kini Balai pernikahan berdiri megah bak istana. Pernikahan tanpa rencana, pernikahan yang sebenarnya tidak Kirana inginkan namun harus dia lakukan demi anak yang ada di dalam kandungannya.
Kirana berjalan keluar dengan Gaun putih yang indah, gaun yang terbuat dari satin mahal dan mutiara, yang menambah penampilan Kirana terlihat mewah. Desainnya sempurna, seolah diciptakan untuk membuat pengantin wanita menjadi pusat perhatian.
Namun, semua itu tak menenangkan Kirana, Ia berdiri di panggung itu dengan penuh kepalsuan—tak berdaya, tanpa pilihan.
Janin didalam kandungannya adalah satu-satunya alasan kenapa ia melakukan ini.
Sementara, Tamu-tamu dari kalangan elite duduk dengan rapi, membicarakan pasangan pengantin yang akan segera mengucap janji.
Sebagian besar tersenyum ramah, namun Kirana bisa menangkap tatapan penuh rasa ingin tahu, bahkan sinis.
"Itu wanita yang tiba-tiba menikahi Tuan Muda Wilantara."
"Katanya pernikahan ini mendadak, ada apa, ya?"
Kirana menelan ludah, mencoba untuk tidak goyah.
Di ujung altar, Alvaro berdiri tegak. Pria itu mengenakan setelan jas hitam khusus rancangan desainer ternama. Wajahnya tampan, namun dingin, nyaris tanpa ekspresi. Tatapan matanya tajam seperti bilah pisau, membuat siapapun yang berani menatap terlalu lama akan menunduk ketakutan.
Langkah Kirana terasa berat. Sepatu hak tingginya menghantam karpet merah, mengikuti irama musik yang mengiringinya menuju altar. Setiap detik terasa seperti menit. Jarak antara dirinya dan Alvaro semakin dekat, namun justru membuatnya merasa semakin terperangkap.
Semakin langkah kakinya mendekat, sesuatu yang sangat berat seakan menahan tubuhnya. Air matanya menggenang.
Rasa bersalah yang tak bisa dia tepiskan semakin membuatnya sesak. Pikirannya tak bisa berbohong. Ia tak bisa berpaling dari Bram, yang kini sudah menjadi mantan pacarnya.
Kirana terpaksa memutuskan hubungan secara sepihak dengan alasan bahwa dia akan menikah dengan pria yang paling kaya. Sementara kehamilannya, Kirana memilih untuk menyembunyikan semua itu dari Bram.
Begitu sampai, Alvaro meraih tangannya. Sentuhannya tegas, nyaris menyakitkan, tapi tetap terlihat manis di mata para tamu.
"Tersenyumlah," bisiknya pelan namun penuh perintah.
Kirana menelan ludah, Ia buru-buru membuang pikirannya tentang Bram, berusaha menampilkan senyuman paling manis kepada semua orang.
Alvaro memegang tangan Kirana dan membawanya ke altar. Kedua pengantin itu kini menjadi pusat perhatian.
Beberapa orang mengagumi penampilan mereka yang begitu sempurna. Beberapa orang lagi merasa iri kepada Kirana. Wanita yang tidak tau asal usulnya tersebut bisa mendapatkan hati seorang Alvaro dan menjadi istrinya.
Sesampainya di Altar. Upacara pun dimulai. Suara pemimpin acara mengalun, memandu janji suci yang terdengar begitu sakral.
Kirana menahan nafas. Serasa setiap ucapan yang diucapkan adalah sangkar untuknya.
Janji suci antara keduanya pun di ucapkan. Kini Kirana dan Alvaro resmi menjadi suami istri.
Namun.....Seseorang yang tak ingin Kirana temui lagi dalam hidupnya kini berdiri tepat menghadap dirinya.
Keduanya mata nya bertemu. Tubuhnya seketika mematung dengan rasa terkejut yang tak bisa dia jelaskan begitu saja.
"Kirana!" Bram bergumam tak percaya setelah melihat kakaknya menikahi wanita yang begitu ia cinta.
Ia berdiri tepat dikursi keluarga. Menatap Kirana dengan perasaan kecewa.
Air matanya menetes. Begitupun dengan Kirana, membuat semua orang memandang penuh curiga.
Kecuali satu mata yang sejak tadi hanya memandang keduanya dengan tatapan lurus tanpa ekspesi.
"Jadi..... Pria itu? Pria yang katamu kaya raya adalah kakakku?"
Kirana melotot. Ia benar-benar terkejut mendengar perkataan Bram.
"Maksudmu...? Dia? Kakakmu?" Tanya Kirana terkejut.
"Kenapa kamu melakukan ini Kirana?" Bram terlihat sangat kecewa.
Ia ditelpon oleh ayahnya untuk pulang ke Indonesia. Pernikahan Alvaro, kakaknya, yang begitu mendadak membuatnya sedikit datang terlambat namun tetap berusaha datang demi menghadiri acara sakral tersebut.
Namun.... Dia tak menduga bahwa pengantin wanita itu adalah Kirana. Wanita yang begitu ia cintai.
"Bram.... Aku tidak tau kalau... Kalau dia kakakmu" Kirana mencoba menjelaskan. Namun Bram segera menepis semua itu dan tidak ingin mendengarkan apapun lagi.
"Cukup Kirana.... Aku tidak ingin mendengarkan semua penjelasan dari mulutmu lagi... Kamu wanita pembohong" Bram sangat kecewa hingga dia pergi begitu saja membawa hati yang luka.
"Bram..... " Teriak Kirana ingin menyusul. Namun lengannya ditahan, Alvaro nampak tak membiarkan dirinya pergi dari aula itu.
"Ingat Kirana. Kau sudah menjadi istriku! Jangan membuat aku malu. Jika tidak, ini akan menjadi mimpi buruk untukmu"
Ucapan itu berhasil membuat nyali Kirana menciut. Alvaro bukanlah seseorang yang bisa ia lawan.
Sementara itu, ditempat lain. Seorang wanita berdiri tegap. Wajahnya memerah menahan amarah. Kedua tangannya mengepal saat seseorang melapor tentang pernikahan Alvaro.
.
.
.
Bersambung.