NovelToon NovelToon
Sweetheart Of The Mafia Boss

Sweetheart Of The Mafia Boss

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / CEO / Konflik etika / Obsesi
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: flowy_

Seorang gadis berusia tujuh belas tahun secara tak sengaja menyelamatkan nyawa seorang raja mafia yang dingin dan penuh bahaya. Bukannya jadi korban dalam pertarungan antargeng, ia malah jadi istri dari pria yang selama ini ditakuti banyak orang.

Gadis itu polos dan manis. Sedangkan pria itu tegas dan kuat, dan hampir sepuluh tahun lebih tua darinya. Tapi, ia tak kuasa menolak perasaan hangat yang gadis itu bawa ke dalam hidupnya.

Meski membenci dunia gelap yang pria itu jalani, ia tetap tertarik pada sosoknya yang dingin dan berbahaya.

Dan sejak saat itu, takdir mereka pun saling terikat—antara gadis menggemaskan dan raja mafia muda yang tak pernah belajar mencintai...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon flowy_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 07. A Stranger’s warmth

Di tengah hujan deras, sebuah Rolls-Royce edisi terbatas melaju cepat di sepanjang jalanan yang basah.

"Kita langsung ke mana sekarang?" tanya Aiden dari balik kemudi.

"Imperial Court," jawab Lucien singkat, lalu memejamkan mata sambil bersandar.

Tiba-tiba, mobil berhenti mendadak. Lucien membuka mata dan menatap Aiden dengan tatapan tajam.

"Ada apa?"

"Ada seorang wanita pingsan di tengah jalan," jawab Aiden dengan kepala tertunduk.

Lucien menghela napas, "Periksa keadaannya. Kalau dia masih hidup, panggil ambulans dan antar ke rumah sakit."

"Ya."

Aiden mengambil payung, membuka pintu, lalu keluar.

Hujan makin deras. Meskipun payung sudah terbuka, jasnya tetap basah tersapu angin dan percikan air hujan.

Aiden berjongkok dan membalikkan tubuh perempuan yang tergeletak tak sadarkan diri. Begitu melihat wajahnya, ia langsung terdiam.

“Ini kan... perempuan yang diminta Lucien untuk ku selidiki hari ini?” gumamnya pelan.

Ia buru-buru berdiri dan menghampiri jendela dan mengetuknya dua kali.

Lucien menurunkan kaca sedikit, menatap Aiden dengan dingin.

“Tuan, sepertinya dia gadis yang ingin kau selidiki, Liora Genevra,” lapornya.

Pria itu tidak menjawab. Tubuhnya langsung bergerak keluar dari mobil.

Aiden hanya bisa menyusul dan segera memayungi atasannya yang sudah berlutut di sisi perempuan itu.

Lucien menatap wajah pucat di depannya. Jemarinya menyentuh pipi dingin itu.

“Liora…” panggilnya, pelan tapi tegas. “Hey, bangun.”

Aiden menatap Lucien dengan kaget. Pria itu benar-benar menyentuh perempuan ini, dan tatapannya… begitu lembut.

“Cepat, pegang payungnya!” ucap Lucien tiba-tiba. Aiden tersentak dan langsung menurut, memayungi mereka tanpa banyak tanya.

“Pegang yang benar,” ucap Lucien, wajahnya tampak muram.

“Tuan, tangan Anda terluka…” Aiden berkata pelan.

Lucien menoleh, dan sorot matanya langsung membuatnya terasa dingin. Aiden menunduk cepat dan tak bicara lagi.

Lucien menggendong gadis itu masuk ke mobil.

“Kita harus sampai di Imperial Court dalam sepuluh menit,” ucapnya dingin.

Tanpa ragu, Aiden menginjak pedal gasnya.

Sementara itu, Lucien menyalakan pemanas mobil, lalu melonggarkan kerah bajunya sambil sesekali melirik wajah pucat di pangkuannya.

Lucien mengeluarkan ponselnya dan menekan satu nomor.

“Nolan, kau punya waktu sepuluh menit untuk sampai ke Imperial Court. Kalau lewat, anggap saja kau menetap selamanya di Afrika.” Suaranya terdengar dingin dan penuh tekanan sebelum ia menutup telepon begitu saja.

Ia menunduk, menatap Liora yang bersandar lemah di pelukannya. Wajahnya datar, tapi ada sorot tak biasa di matanya.

......................

Sementara itu, Nolan baru saja menutup telepon, masih menikmati waktu bersama seorang wanita.

“Tuan Nolan, ada apa sih? Baru juga santai, kok mukanya udah tegang gitu?” suara wanita itu menggoda dan menggenggam lengannya.

Begitu mendengar suara Lucien tadi, Nolan langsung bangkit dari tempat tidur dan cepat-cepat mengenakan pakaiannya.

Jika dia sampai telat... dia tahu persis apa akibatnya.

Saat wanita itu mencoba menahannya, Nolan menepis tangannya kasar. “Setelah aku pergi, segera angkat kaki dari sini.”

Ia melemparkan cek ke atas kasur, lalu bergegas keluar tanpa menoleh sedikit pun.

Perempuan itu, bagi Nolan, tak lebih dari alat pelampiasan. Di matanya, setiap perempuan yang datang hanya tertarik pada uang, kuasa, dan wajah tampannya.

Sementara itu, hujan belum juga reda saat Lucien tiba di Imperial Court .

Tanpa ragu, Lucien turun dari mobil dan mengangkat tubuh Liora dalam pelukannya, lalu berlari menembus hujan menuju rumah.

“Paman Elias, tolong minta Bibi buatkan sup jahe hangat,” ucap Lucien dengan nada tegas.

Semua orang di vila sontak terdiam.

Lucien tak pernah membawa perempuan lain pulang. Tapi kali ini, ia bahkan menggendong seorang gadis masuk ke rumahnya sendiri.

Paman Elias tak berkata apa-apa. Ia hanya memberi anggukan kecil sebelum berjalan cepat ke arah dapur. Masih ada waktu untuk bertanya nanti.

Ia membawa Liora masuk ke dalam kamarnya.

Ruangan itu luas dan tertata rapi, dihiasi dengan dominasi hitam dan putih. Dingin dan sunyi. Sama seperti kepribadiannya.

Dengan pelan, ia membaringkan gadis itu di atas ranjang, lalu menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang menggigil.

Aiden berdiri di ambang pintu, diam dan hanya menatap penuh heran. Ia belum pernah melihat Lucein setenang itu, terhadap seorang perempuan.

Siapa yang bisa menjelaskan kenapa pria yang sangat perfeksionis dan anti terhadap sentuhan perempuan, justru memperlakukan gadis ini dengan begitu lembut?

"Di mana Nolan? Kenapa dia belum sampai juga?" ucap Lucien dengan suara penuh tekanan.

"Aku di sini!" Nolan muncul di ambang pintu, napasnya masih memburu, rambutnya acak-acakan, dan membawa kotak obat di tangannya.

"Periksa dulu, apa dia demam?" suara Lucien terdengar dingin.

Nolan melangkah pelan ke sisi ranjang. Tapi saat melihat gadis yang terbaring di sana, matanya membelalak.

Tadi pagi saja dia sudah syok saat tahu siapa yang sedang Lucien selidiki. Tapi sekarang? pria itu benar-benar membawa gadis itu ke vila pribadinya?

Lucien mengerutkan alis, lalu—tanpa banyak bicara—menendang betis Nolan dari belakang.

"Aduh! Kenapa sih lo doyan banget nendang gue?" keluh Nolan sambil memegang kakinya.

"Obati dia. Sekarang!" tegas Lucien. Suaranya tetap datar, tapi tatapannya tajam.

Dengan sigap, Nolan mulai memeriksa kondisi Liora. Sementara itu, Lucien menoleh ke Aiden dan memberi perintah dingin, “Cari tahu apa yang terjadi padanya malam ini.”

“Siap, Boss,” jawab Aiden cepat, lalu segera meninggalkan ruangan.

Tak lama setelah itu, Nolan sudah menyelesaikan pemeriksaannya.

“Suhu tubuhnya agak tinggi. Kayaknya kena hujan cukup lama. Aku udah siapkan resep. Nanti tinggal kasih obat ini sesuai waktunya,” jelas Nolan sambil menyerahkan obat.

“Obat kayak gini bisa nyembuhin?” tanya Lucien, nada suaranya datar tapi penuh selidik.

Nolan mendecak pelan. “Terserah lo sih, tapi jangan ragukan ilmu ke dokteranku.”

Lucien tidak menanggapi. Ia langsung melangkah ke sisi tempat tidur dan menatap Liora dalam diam.

Tak lama kemudian, Bibi Mariam datang dan bicara dengan lembut, “Tuan Muda, sup jahenya sudah siap.”

“Bawa ke sini,” ujar Lucien tanpa berpaling, tangannya terulur untuk menerima mangkuk dari Mariam.

Mariam mengangguk dan menyerahkan sup jahe itu kepada Lucien.

“Nanti mandikan dia dengan air hangat. Jangan sampai masuk angin,” ucapnya datar tapi tegas.

“Baik, Tuan,” jawab Mariam sebelum beranjak keluar dari kamar.

Nolan masih berdiri di tempat, menatap Lucien dengan tatapan bingung. Sikap Lucien malam ini terasa asing. Begitu hati-hati... seperti bukan dirinya yang biasanya dingin dan tak peduli siapa pun.

Lucien duduk di sisi ranjang, menyuapkan obat ke mulut Liora dengan sabar. Ia bahkan meniupkan uap panas dari sendok itu sebelum memberikannya.

Nolan menatap adegan itu dalam diam. Ia tak tahu harus merasa lega atau khawatir. Tapi satu hal yang jelas: jika seseorang sudah punya kelemahan, maka sisi terkuat pun bisa runtuh kapan saja.

Pandangan Nolan beralih ke arah gadis yang terbaring lemah di ranjang. Sorot matanya tajam—tidak lagi sekadar penasaran.

Setelah memberi obat, Lucien memberi perintah kepada salah satu pelayan dan memintanya untuk memandikannya. Karena tak ada pakaian wanita di vila, ia akhirnya mengambil satu set piyama miliknya yang belum pernah dipakai.

Begitu semua orang keluar, ruangan itu terasa sunyi dan dingin.

Lucien perlahan mendekati Nolan. Tatapan tajamnya seperti menusuknya. “Jangan pernah menyakitinya,” ucapnya pelan.

1
🥑⃟➳ᴹᴿˢ Caaaa ❤️⃟Wᵃf 🔰π¹¹
lanjutttt
ℒ⃝𝓾𝓶𝓲𝒅𝒂𝒓𝒌࿐𝓔𝓵𝔂𝓼𝓼𝓪
dokter yang ini agak laen soalnya, makanya agak ragu🗿
ℒ⃝𝓾𝓶𝓲𝒅𝒂𝒓𝒌࿐𝓔𝓵𝔂𝓼𝓼𝓪
bakar rumahnya kata gw teh!/Angry/
✫᥎᷽ιᥣყ͠α.
.
♘🍾⃝ ͩᴅᷞᴇͧᴏᷡɴͣ ❤️⃟Wᵃf
karena tanpa bicara jadi pendiam dan tak beranikan untuk berbuka bicara
♘🍾⃝ ͩᴅᷞᴇͧᴏᷡɴͣ ❤️⃟Wᵃf
wkwk pasti terkejut tuh ketika berubah wajahnya
♘🍾⃝ ͩᴅᷞᴇͧᴏᷡɴͣ ❤️⃟Wᵃf
lumayan itu menarik ceritanya dan ingin lihat kelanjutan episode berikutnya
❤︎⃟⃟🍾⃝ͩKᴜᷞᴢͧᴇᷠʏᷧ🥑⃟ᱬ⃝ᱞꪻ꛰͜⃟ዛ༉
“Baiklah,“ ucapnya lembut.
❤︎⃟⃟🍾⃝ͩKᴜᷞᴢͧᴇᷠʏᷧ🥑⃟ᱬ⃝ᱞꪻ꛰͜⃟ዛ༉
ada secercah harapan
™•$∆π|•
🥴🥴🥴
™•$∆π|•
bagus
drpiupou
wah wahh
☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ ͩᴍᷞᴏͧᴍᷡsͣ ᴳᴿ🐅
menarik cerita nya lanjutkan 🤗
Yuli a
semoga cepat sembuh... ya kk othor... diangkat segala penyakitnya... bisa beraktifitas seperti biasanya....
ditunggu up nya lagi...😊
☠𝐌𝐀⃝🥀𝐗❤ᴹᴼᶻᴬ❤️⃟Wᵃf
ada sesuatu tpi apa ya 😏 ntah apa yg trjdi nnti 🦖
🟢❤️⃟Wᵃf ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘʟᴜɴᴀ
👍👍👍👍👍
☠𝐌𝐀⃝🥀𝐗❤ᴹᴼᶻᴬ❤️⃟Wᵃf
kalo bisa lngsung aja sikat aja, ngapain menye bner dah.
✫᥎᷽ιᥣყ͠α.: /Speechless/
total 1 replies
Lauren Florin Lesusien
mudah mudahan liora nikah sama lucien tambah badas thur jngn buat menye menya ,😂😂😂😂😍😍😍😍
🟢❤️⃟Wᵃf ⍣⃝𝖕𝖎ᵖᵘʟᴜɴᴀ
lanjut kak
Agatha cute🤍
cerita bagus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!