NovelToon NovelToon
SUAMIKU DI RANJANG SAHABATKU

SUAMIKU DI RANJANG SAHABATKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Selingkuh / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pelakor / Penyesalan Suami / Pelakor jahat
Popularitas:62.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rizki Gustiasari

Aku mengenalnya sejak kuliah. Kami bertiga—aku, dia, dan sahabatku—selalu bersama.
Aku pikir, setelah menikah dengannya, segalanya akan indah.
Tapi yang tak pernah kuduga, luka terdalamku justru datang dari dua orang yang paling kucintai: suamiku... dan sahabatku sendiri.

Ketika rahasia perselingkuhan itu terbongkar, aku dihadapkan pada kenyataan yang lebih menyakitkan—bahwa aku sedang mengandung anaknya.

Antara bertahan demi anak, atau pergi membawa kehormatan yang tersisa.

Ini bukan kisah cinta. Ini kisah tentang dikhianati, bangkit, dan mencintai diri sendiri...

"Suamiku di Ranjang Sahabatku" — Luka yang datang dari rumah sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rizki Gustiasari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Luka yang belum sembuh.

Hari-hari berlalu dalam keheningan yang menyesakkan. Meski Raka tak pernah lagi mengetuk pintuku, kehadirannya masih terasa di udara, mengambang seperti bayangan masa lalu yang tak bisa kuusir sepenuhnya.

Sore itu, saat aku tengah duduk di teras rumah sambil membaca buku parenting yang baru kubeli, ponselku berbunyi. Nama yang tertera di layar membuatku membeku.

Tania.

Butuh beberapa detik bagiku untuk memutuskan, dan akhirnya kutekan tombol hijau.

"Nayla?" suara di seberang terdengar ragu.

"Iya. Ada apa?"

"Aku... Aku tahu aku orang terakhir yang pantas menelepon kamu. Tapi aku dengar kamu di Bandung. Aku... pengin ketemu."

Aku terdiam. "Untuk apa? Supaya kamu bisa menyakiti aku lagi, Tan?"

"Nggak... Aku cuma pengin minta maaf. Aku sadar aku menghancurkan semuanya. Aku cuma... pengin kamu tahu kalau aku menyesal. Dan... aku hamil."

Tubuhku gemetar. Butuh waktu lama sebelum akhirnya aku menjawab pelan, "Baik. Aku akan pikirkan."

 

Malam itu aku menangis. Bukan karena masih mencintai Raka atau membenci Tania. Tapi karena luka itu kembali terbuka. Bekas-bekas yang selama ini berusaha kusimpan rapat kembali menganga. Perasaan terkhianati, ditinggalkan, dan harus berdiri sendiri… semuanya kembali menyeruak.

Siska duduk di sampingku. "Kalau kamu mau marah, marahlah. Kamu punya hak. Tapi jangan biarkan rasa sakit itu menguasaimu lagi. Kamu udah melangkah terlalu jauh untuk mundur."

Aku mengangguk, meski air mata tak berhenti mengalir.

 

Dua hari kemudian, aku menghubungi Tania. Kami bertemu di sebuah kafe kecil, tidak jauh dari rumah kontrakanku.

Tania tampak pucat dan berbeda. Tak ada lagi senyum angkuh yang dulu selalu melekat di wajahnya.

"Aku nggak minta kamu maafin aku sekarang. Aku cuma pengin bilang... aku hancur. Raka ninggalin aku setelah tahu aku hamil. Katanya... dia nggak siap."

Aku menarik napas dalam. "Sekarang kamu tahu rasanya."

Tania menunduk. "Iya. Dan itu lebih menyakitkan dari apa pun."

Kami duduk lama tanpa banyak kata. Dan saat mata kami saling bertemu, tak ada dendam di sana. Hanya luka... yang sama-sama belum sembuh.

 

Setelah pertemuan itu, aku berjalan pulang dengan langkah berat. Banyak hal bergelayut di pikiranku. Tentang memaafkan, tentang menerima, dan tentang bagaimana caraku melindungi diriku dan anakku ke depan.

Sesampainya di rumah, aku menulis di buku harian:

"Kadang luka tidak pernah benar-benar sembuh. Tapi kita bisa belajar hidup bersama luka itu... dan tetap tumbuh."

Malam itu, aku tidur dengan satu pemahaman baru:

Aku tidak akan membiarkan masa lalu mendikte masa depan anakku.

Mungkin aku belum sepenuhnya sembuh, tapi aku tidak lagi berada di titik terendah. Dan itu... cukup untuk saat ini.

 

Seminggu setelah pertemuan dengan Tania, aku mulai merasa sesak. Bukan hanya karena rasa yang belum selesai, tapi karena tubuhku benar-benar mulai kelelahan. Kandunganku memasuki trimester kedua, dan tekanan mental yang kutanggung nyaris membuatku limbung.

Aku memutuskan untuk menenangkan diri di taman dekat kontrakan. Duduk di bangku kayu yang sedikit lapuk, aku memandangi langit senja yang mulai berubah warna. Udara Bandung sore itu sejuk, dan aku merasa sedikit lebih tenang.

Beberapa anak kecil berlarian di rumput, tertawa-tawa sambil bermain layangan. Suara mereka, tawa mereka, membuatku membayangkan masa depan anakku.

Apakah ia akan bermain seperti itu juga? Apakah aku akan sanggup membesarkannya sendirian?

Seketika, rasa takut kembali merambat ke dadaku. Aku takut menjadi ibu yang gagal. Takut anakku tumbuh dalam keluarga yang tak utuh. Tapi di saat yang sama, aku tahu aku tak boleh menyerah.

Aku menyentuh perutku yang mulai membesar. "Maafkan Mama kalau Mama belum kuat, Nak. Tapi Mama janji, akan terus belajar. Demi kamu."

 

Malam harinya, ponselku kembali bergetar. Kali ini pesan dari Raka.

"Aku tahu aku nggak pantas. Tapi aku akan tetap di sini. Bahkan kalau kamu nggak pernah membukakan pintu lagi untukku."

Aku membaca pesan itu berkali-kali. Dulu, aku mendamba kalimat-kalimat seperti ini. Tapi sekarang, hatiku sudah kebal. Luka yang dulu menganga kini mulai mengeras. Bukan sembuh, tapi lebih kebal terhadap rasa sakit.

Namun ada bagian dari diriku yang tak bisa sepenuhnya mengabaikan kehadiran Raka. Mungkin karena ia ayah dari anakku. Atau mungkin karena kenangan kami masih membekas dalam diam.

Aku membalas singkat:

"Jangan datang tanpa kabar. Aku butuh waktu."

 

Keesokan harinya, saat aku sedang menyiram bunga di depan rumah, Siska menghampiriku sambil membawa dua gelas teh manis hangat.

"Kelihatan kamu mulai agak tenang sekarang."

Aku tersenyum lemah. "Sedikit. Tapi kadang rasanya masih seperti roller coaster."

Siska duduk di tangga teras. "Itu wajar. Kamu sedang sembuh. Luka nggak bisa dipaksa cepat pulih. Tapi pelan-pelan, kamu akan bangkit. Aku yakin."

Aku mengangguk. Kata-kata Siska selalu terasa menenangkan. Mungkin karena ia pernah melalui hal yang sama. Kehilangan. Kesendirian. Dan akhirnya bangkit.

 

Malam itu aku kembali menulis:

"Ternyata hidup tak selalu tentang melupakan. Tapi tentang berdamai dengan kenyataan yang tak bisa diubah."

Dan di sanalah aku. Masih belajar. Masih meraba. Tapi juga… masih bertahan.

1
Neng Saripah
udah sih rak,cerein aja itu c tania
orang udah ketahuan juga belangnya gimana
Rizky Sandy
mudahwan Naila dpt laki2 yg baik ya,,,,
Lee Mbaa Young
Enak kan,,, karmanya... karma tak Semanis kurma.
imel
Abaaang.. menyesal itu belakangan.. kalo di depan namanya pre order
Lee Mbaa Young
Enak kan karma nya... cih pelakor dan laki pezina kok mau hidup bhgia. mimpi mu terlalu tinggi.
Rizky Sandy
laki2 SM saja,,, g ush berharap nay,,,,
Rizky Sandy
mudah2an Naila ketemu SM laki2 yg baik,,, asal jgn SM Aldi,,,
Rizky Sandy
berarti Aldi g baik ketemu SM istri orang diam2,,, mudah2 Aldi dan naiyla g berjodoh,,,,
Rizky Sandy
nyumpahin anak yg bpknya dia ambil,,,, aneh
imel
udah bagus di rumah sakit jiwa malah pulang
alhamdulillah, sidang selesai.. tinggal tunggu sertifikat janda nya jadi🤭
Luar biasa
ooeeyy mak lampir.. ku kasih tau ya, klo rumah tangga dgn laki hasil rampasan dari bini orang, jangankan samawa, bau surga juga ga akan ada dlm rumah tangga itu sendiri.. panaass mulu, serasa di neraka🤭
laaahhh mak lampiirrr.. ada juga readers yg eneg sama loooo😒
ga usah di tangisin nay, calon mantan n mantan sahabat modelan mereka mah, hempaskan aja 😒
Ambo Nai
pelakor gak tau malu,hanya demi hidup enak mau menyakiti wanita lain.raka harus tau istri pilihannya tak lebih dari wanita murahan.
Lee Mbaa Young
Aldi hrse lngsung screenshot kirim ke raka beres kl km bener teges.
nyatane km ttp diam gk bilang ke raka. cm ancam ancam cabe.
Wes ilfil ma aldi teges cm mulut tok alias omon omon. kayak janji wakil rakyat.
hrse lngsung tindakan screenshot kirim ke raka br josss. br laki.
Lee Mbaa Young
Aldi tak beda dng raka, ternyata sama. tinggal screenshot kirim ke raka beres, ini mlh ngladeni.
semoga nayla dpt jodoh yg lbih baik Dr aldi dan Raka. yg teges bner teges gk gampangan di rayu dikit dah mletoi.

aldi ngladeni Tania sm saja gk mikirin nayla, mlh berani nemui istri orang. kn laki murah.
amit amit jng smp jd jodoh nayla. wes ilfil ma aldi balesi wa istri orang itu dah gk baik lo. aneh.
Lee Mbaa Young
Ternyata aldi dan Raka sama sama murahan nya.
semoga nayla gk berjodoh dng aldi juga, tinggal blokir beres kl gk tinggal bilang ke raka. screenshot kirim ke raka beres kan.
Ternyata aldi juga laki letoi gampangan juga. wes semoga nayla dpt yg lbih baik Dr raka dan aldi.
Wong aldi juga ngasih akses kok ke Tania.
wes males lakinya tak kira baik ternyata sama saja mudah di goda.
Anty Niez
jelas ada hak Nayla di situ,itulah harta Gono gini,harta yg di dpt setelah menikah,nahh Tania gak dpt lah.wlu dia skrg istri Raka....karena harta itu di dpt Raka ketika masih bersama Nayla🤗🤗🤗
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!