"Mama kemana, ti? Kok ndak pulang - pulang?"
-----------
"Nek nanti ada yang ajak kamu pergi, meskipun itu mamak mu, jangan ikut yo, Nduk!"
-----------
"Nggak usah urusin hidup gue! lu urus aja hidup lu sendiri yang rusak!"
-------------
"LEA! JANGAN DENGER DIA!!"
-------------
"GUE CUMA MAU HIDUP! GUE PENGEN HIDUP NORMAL!! HIKS!! HIKS!!"
-------------
"Kamu.. Siapa??"
----
Sejak kematian ibunya, Thalea atau yang lebih akrab di sapa dengan panggilan Lea tiba - tiba menjadi anak yang pendiam. Keluarga nya mengira Lea terus terpuruk berlarut larut sebab kematian ibunya, tapi ternyata ada hal lain yang Lea pendam sendiri tanpa dia beri tahu pada siapapun..
Rahasia yang tidak semua orang bisa tahu, dan tidak semua orang bisa lihat dan dengar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 25. Apa ini?
"Shhh.. Kepalaku sakit banget." Gumam Bowo.
Bowo terbangun dengan kepala yang terasa begitu berat, ternyata dia berada di dapur. Bowo heran, padahal dia yakin dia sudah duduk di ruang tamu dan tiba - tiba ada makhluk mengerikan yang mengeluarkan cairan hitam dari mulut nya dan berteriak padanya mencari anak, entah anak siapa maksud nya.
"Aduh.." Gumam Bowo.
Bowo lalu melihat kesekeliling nya dan heran karena rumah nya terasa seperti sangat sepi dan hening. Tidak ada suara apapun, bahkan suara hembus angin pun tidak ada.
"Mak." Panggil Bowo, dia sedikit ngeri dengan keanehan itu.
"KREEEEKK!!!"
"BRAK!!"
"HUA!"
Bowo terkejut saat kursi meja makan di seret dan terlempar, kursi itu berbentuk seperti bangku plastik namun terbuat dari kayu.
"Mak!" Teriak Bowo.
Bowo bangun dan hendak lari tapi pintu depan rumah nya tiba - tiba terbuka dan menghembuskan angin besar masuk, dia sampai seperti akan ikut terbang saking besar nya angin itu..
"Mak! bangun mak, iki ada apa kok begini." Ujar Bowo.
"Ndi bocahe!"
"Ndi bocahe!"
"Ndi bocahe!"
Tiba - tiba Bowo mendengar suara yang sama dari sosok yang mengerikan itu, dan benar.. Sosok itu muncul dari pintu depan rumah Bowo. Bowo terkejut karena wajah dari sosok itu sama persis dengan mbak nya, Rianti.
Tapi wujud nya menyeramkan, gigi nya runcing, dengan jari tangan nya panjang - panjang dan kuku yang panjang juga matanya hitam total dan.. lidah nya panjang menjulur dan menggeliat.
"Mbak." Gumam Bowo.
Tiba - tiba sosok itu melesat dengan cepat dan berada tepat di depan Bowo sampai Bowo tidak bisa lagi bereaksi seperti apa selain terkejut dan melotot
"Mangannnn!!! (makan)" Teriak sosok yang wajah nya sama dengan Rianti.
"HUHHH!!"
"Huh.. Huh.. Hufftt.." Bowo terbangun, rupanya dia tadi bermimpi..
"Tok! Tok! Tok!"
Bowo terbangun di meja makan dan saat itu hari sudah berganti pagi, dia sampai celingukan sebab ternyata dia bangun di ruang tamu.
"Tok! Tok! Tok!"
"Mak, wes bangun apa belum kok sepi." Teriak seseorang dari luar rumah.
Bowo bangun dan membuka pintu dengan wajah yang masih setengah panik.
"Cklek!"
"Lho, Wo.. Koe kenapa?"
Rupanya itu adalah ibunya Indi yang datang menggunakan topi sawah, sebab di luar ternyata sedang hujan.
"Ndak, baru bangun mbak. Cari emak?" Tanya Bowo dan ibunya Indi mengangguk.
"Kok sepi toh tumben mak belum bangun jam segini." Ujar ibunya Indi.
"Sek yo mbak, tak bangunin." Ujar Bowo.
"Ndak usah, mungkin kelelahan. Iki titip buat emak, dari wa Karti katanya uang bayar topi." Ujar ibunya Indi, Bowo dengan bingung menerima uang yang di berikan oleh ibunya Indi.
"Makasih mbak." Ujar Bowo.
"Yo wes, tak muleh." Ujar ibunya Indi dan Bowo mengangguk.
Ibunya Indi lalu pergi menerabas hujan, Bowo masih mematung di depan rumah dengan kebingungan sebab baru kali itu dia mengalami mimpi semengerikan itu. Bowo lalu masuk kedalam kamar ibunya dan melihat ibunya memang masih tidur.
Melihat itu Bowo sedikit khawatir, dia dengan pelan mengecek apakah ibunya masih bernafas atau tidak menggunakan jari tangan nya yang di arahkan kedepan hidung utinya Lea, dan ternyata utinya Lea memang sedang tidur.
"Jadi yang mana yang mimpi? Aku kok iso pingsan di amben." Gumam Bowo.
DI TEMPAT LAIN..
Dan di rumah mak tua, Lea sedang memperhatikan lek kecil nya, Firman yang sudah rapi menggunakan seragam sekolah. Itu adalah hari senin dan Firman sudah siap dengan seragam sekolah nya, dia sedang memakan nasi bungkus yang di belinya dari warung nasi.
"Nduk, kamu mau maem nasi bungkus?" Tawar buyut Lea.
"Lea mau tunggu uti, yut." Sahut Lea.
"Utimu dateng nya kapan juga ndak ada yang tau, kamu bisa sakit nek ndak makan. Sana beli, itu ke warung nya wa Eti." Ujar buyut.
"Nanti ae, yut." Ujar Lea.
Buyut nya menghela nafas, sangat sulit membuat Lea lupa dengan keinginan nya untuk pulang.
"Nek koe ndak makan, koe mati." Ujar Firman, Lea hanya diam.
"Ndak apa - apa, biar Lea ikut mama.." Gumam Lea.
"Mbah, aku berangkat sekolah." Ujar Firman pada buyut.
"Iyo, ati - ati." Ujar buyut Lea.
Firman melirik Lea sebelum berangkat dengan kesal, entah mengapa Firman sangat tidak menyukai Lea. Sesaat setelah keluar, entah sudah berapa langkah tiba - tiba Firman balik lagi dan mengatakan sesuatu pada Lea.
"Koe numpang di sini, ojo manja dan kurang ajar. Ojo manjat pohon kersenku, iku kabeh (semua) pohon kersenku." Ujar Firman pada Lea.
Selayak nya anak kecil, Firman mengklaim semua milik nya dan tidak mengijinkan Lea untuk menyentuh nya sama sekali, bahkan itu hanya sebuah pohon kersen yang tumbuh di depan pekarangan rumah nya.
Setelah mengatskan itu, Firman pergi. Lea kemudian memperhatikan buyut nya berjalan menuju ke belakang rumah, dia mengikuti buyut nya. Kakung nya sudah pergi sejak setelah subuh ke sawah.
"Sini nduk, buyut ajari. Bocah wedok harus rajin, nek liat gelas atau piring kotor, ndang (segera) di cuci." Ujar buyut nya.
Padahal Lea bahkan belum menggunakan satupun perabotan di sana sejak datang, dia tidak makan juga tidak minum, di pikiran nya dia hanya mau pulang.
"Nek sudah siang iku (menunjuk lampu minyak) di matikan, sayang minyak tanah nya mahal." Ujar buyut Lea lagi.
"Lea mau pulang, yut." Ujar Lea.
"Nduk, jangan geger pulang terus toh. Nanti nek utimu datang jemput yo kamu pulang." Ujar buyut nya, seperti kesal dengan Lea. Lea diam, dia tidak berani berkata - kata lagi.
"Nah kesini, bantuin buyut cuci piring nya ya, buyut mau nyalain api." Ujar buyut nya, Lea mengangguk.
Lea lalu jongkok di depan dua ember besar berisi piring dan gelas kotor, dia tidak pernah melakukan itu tapi buyut sudah mengajarinya tadi. Karena itu adalah pertama kalinya untuk Lea, dia memakai terlalu banyak sabun dan karena itu piring yang di pegang nya pun licin dan jatuh.
"PRANG!"
Lea seketika ketakutan setelah memecahkan piring itu, buyut nya berjalan keluar dengan wajah kaget dan panik.
"Pie nduk!?" Tanya nya.
"Maaf yut, licin piring nya." Ujar Lea, nafas nya sudah naik turun ketakutan dan hampir menangis.
"Wes - wes ndak apa - apa, ndak usah nangis. Sabun nya jangan banyak banyak biar ndak licin." Ujar buyut nya, dan Lea mengangguk.
"Iya." Sahut Lea.
Lea memunguti pecahan piring itu, dia melihat beling nya begitu tajam. Tiba - tiba Lea mendengar seseorang berbisik..
"Darah.."
"DEG!"
Lea menoleh kesana kemari mencari suara yang berbisik padanya, tapi tidak ada siapapun.
"Mati.."
Lea kebingungan, dia tidak melihat siapapun di sana tapi ada suaranya. Karena tidak melihat siapapun akhir nya Lea kembali fokus mengambil pecahan piring tadi tapi..
"Aw!"
Tangan Lea terkena bagian tajam dari piring itu, dan mengeluarkan darah. Lea spontan memasukan jarinya kedalam mulut nya untuk menghentikan darah nya, rasanya begitu perih sampai dia berlinang air mata.
"Nggg.. Hiks.. Hiks.." Lea mulai terisak.
Tapi tiba - tiba pandangan Lea seperti vision yang berubah - ubah, di mata Lea saat ini dia melihat seorang perempuan sedang berlari - lari seperti di kejar sesuatu. Wajah nya sangat panik, nafas nya tak beraturan dan tubuh nya sudah basah dengan lumpur.
Lea yang tidak pernah mengalami hal demikian menjadi takut, tubuh nya gemetar sama takut nya dengan perempuan yang ada di pandangan nya gambaran demi gambaran terasa nyata namun sepenggal - sepenggal dan terakhir yang Lea lihat adalah perempuan itu tergantung di pohon.
"Ngiiiiiiiiinggggg!!!!!!!!!"
Lea memejamkan matanya kuat - kuat saat tiba - tiba kepalanya berdenging keras, denging nya membuat kepala Lea sakit. Dan tiba - tiba Lea mendengar suara perempuan yang berbicara padanya..
"Koe nduk."
"Ngiiingggg!!!!!"
Lea spontan melepas tangan nya yang berdarah dan menutup kedua telinga nya karena suara nging itu sangat mengganggu nya.
"Koe adalah orang yang di pilih!"
"Nnnnggggggggiingggggg!!!!"
"Buyut.." Panggil Lea, dia ketakutan dan kesakitan.
"Suatu hari koe bakal dadi penerusku!"
"Ngiiingggggggggg!!!!"
"Rasa sakitmu, dulu aku juga merasakan."
"Di buang!"
"Nggginnggggg!!"
"Di bedakno (bedakan)"
"Buyut tolong Lea.. Hiks.. Hiks.." Panggil Lea, dia sudah duduk di tanah.
"SIAPA YANG MENYAKITIMU DIA AKAN MATI!"
"NGIIINNGGGG!!!"
"Aaaaaaaaaaaa!!!!"
"Brugh!!"
Lea pingsan di dekat tumpukan piring, dan baru itu buyut nya datang dan terkejut karena Lea pingsan.
"Lho, nduk.. Koe kenapa." Buyut nya terkejut melihat tangan Lea berdarah.
"Tolong.. Tolong..."
BERSAMBUNG!
apa mungkin masih ada.dendam.yg blm selesai?