NovelToon NovelToon
Menantu Dari Desa

Menantu Dari Desa

Status: sedang berlangsung
Genre:Keluarga / Romansa / Konglomerat berpura-pura miskin / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: omen_getih72

Naura Anjani, seorang gadis desa yang menikah dengan pria asal kota. Namun sayang, gadis itu tidak di sukai oleh keluarga suaminya karena dianggap kampungan dan tidak setara dengan menantu lain yang memiliki gelar pendidikan tinggi dan pekerjaan yang memadai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon omen_getih72, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

"Apa maksud kamu, Naura. Kamu bicara seperti itu seolah-olah kamu yang menyumbang paling banyak di acara kemarin. Bagaimana kamu bisa punya uang banyak, cuma jadi ibu rumah tangga saja banyak tingkah," cibir Mama Sovi meremehkan ucapan Naura.

Padahal apa yang diucapkan Naura adalah fakta, karena ia yakin kalau jumlah uang yang ia berikan lebih banyak dibanding menantu yang lain.

"Sudah, jangan berdebat lagi. Aku pusing kalau melihat Mama dengan Naura terus berdebat. Padahal selama ini Mama selalu bersikap baik pada Naura, kenapa sekarang berubah?" tanya Azriel yang terlihat frustasi karena perdebatan istri dan mamanya.

Naura memilih mengalah dan kembali fokus untuk memasak, meskipun dengan perasaan kesal dan kecewa akan sikap mertuanya, Naura tetap melanjutkan tugasnya sebagai istri dan menantu di rumah itu.

Meskipun sebenarnya ketika Naura di rumah ibunya di desa, ia tidak pernah memasak ataupun melakukan pekerjaan rumah.

Namun, setelah sampai di sana ia diperlakukan seperti pembantu tanpa digaji.

"Kamu selalu saja membela istrimu, Azriel. Selama ini Mama bukannya tidak pernah bersikap baik pada istrimu. Mama hanya tidak ingin menghabiskan tenaga untuk marah-marah saja. Tapi kali ini istrimu sudah kelewatan. Masa dia meminta kamu untuk cuci piring?"

"Padahal dia tahu kamu harus ke kampus dan mengajar, ini malah dikasih pekerjaan rumah. Memang benar-benar tidak bisa diandalkan, bilang pada istrimu untuk melakukan kewajibannya sebagai istri. Jangan tahunya minta saja," seru Mama Sovi yang kembali menyindir.

Karena emosi dengan sindiran itu, Naura yang sedang memotong bawang sengaja membunyikan pisau yang beradu hingga menimbulkan bunyi yang keras.

Agar wanita itu tahu kalau saat ini ia sedang memegang pisau dan bisa saja kesabarannya hilang jika ia terus mengatakan hal-hal yang menyebalkan.

"Dasar menantu kampungan," hardiknya lagi sebelum melangkah pergi meninggalkan Naura dan Azriel di dapur.

Naura merasakan sepasang tangan kokoh yang melingkar diperut.

Azriel memeluk istrinya dari belakang sambil membisikkan kata maaf.

"Maafkan Mama ya, Sayang. Mungkin Mama masih kesal dengan kejadian kemarin. Tapi aku yakin, Mama pasti akan kembali bersikap seperti biasa jika sudah beberapa hari berlalu," lirih Azriel seraya menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang istri.

"Iya, Mas. Lain kali kalau aku bilang jangan bantu aku cuci piring kamu harus dengar, kalau begini jadi aku yang disalahkan," Naura bergumam pelan diiringi suara isak tangis.

Sekuat apapun hati seorang wanita, tetap saja pasti bisa merasakan sakit dan kecewa.

Apalagi orang yang mengusik hatinya adalah mertuanya sendiri. Seseorang yang sudah ia anggap sebagai ibu pengganti.

Apalagi ia jauh-jauh dari desa hanya untuk berusaha mengabdi pada suami dan mertua. Namun, di sana ia justru malah dikucilkan.

"Sayang, kamu menangis? Ya Allah," ucap Azriel panik melihat istrinya tiba-tiba menangis.

Ia meraih pisau yang berada di tangan istrinya lalu meletakkannya di atas meja, menarik tubuh sang istri ke dalam pelukannya.

Tangis Naura semakin pecah ketika mendapat perlakuan hangat dari Azriel.

Pria itu benar-benar memperlakukannya dengan baik, Naura merupakan anak pertama yang tidak pernah merasakan kasih sayang sosok seorang kakak merasa terharu dengan perlakuan dan perhatian suaminya.

"Sayang, maafkan Mama ya. Aku tahu kamu sakit hati dan kecewa, tapi aku mohon jangan menangis. Aku tidak bisa melihat kamu menangis seperti ini," gumamnya pelan sambil mengusap lembut bahu istrinya yang masih berguncang.

"Aku sayang sama Mama kamu, Mas. Tapi dia tidak pernah menyayangiku layaknya seorang anak. Padahal aku sudah rela meninggalkan orang tuaku demi tinggal disini dan melayaninya dengan baik. Namun nyatanya apa yang sudah aku lakukan tidak ada harganya dimata Mama. Apa salahnya aku berasal dari desa, bukankah aku juga menantunya?" tangis Naura semakin pecah ketika mengutarakan isi hati yang membuatnya terganggu setiap hari.

Ia tidak bermaksud untuk membuat Azriel menegur mamanya, hanya saja jika bukan pada suami sendiri.

Lalu pada siapa lagi ia harus mengadu dan bercerita? Karena di sana ia hanya sendiri dan tidak ada teman untuk berkeluh-kesah.

Apalagi ia juga tidak ingin membongkar aib rumah tangganya pada orang lain.

"Aku paham, Sayang. Makanya aku selalu minta maaf setiap Mama berbuat salah dan saat dia menyakiti perasaan kamu. Nanti akan aku bicarakan lagi masalah ini dengan Mama," ucap Azriel lembut yang dibalas dengan anggukan pelan.

Kedua tangan Azriel mengusap kedua pipi istrinya yang basah dengan air mata.

Mendaratkan ciuman di kening sebelum kembali ke kamar untuk mandi dan bersiap.

Sedangkan Naura, kembali melanjutkan memasak di dapur setelah sedikit tenang dan bisa menguasai diri dengan baik.

"Mas, ini bekalnya. Kabari kalau sudah sampai kampus," ucap Naura yang dibalas anggukan kepala oleh Azriel.

Ia meraih tangan suaminya dan mencium dengan takzim, sebelum pria itu benar-benar berangkat.

"Kasihan Azriel, punya istri kok suruh bawa bekal. Padahal di sana ada kantin yang makanannya pasti jauh lebih enak. Kamu jangan buat malu Azriel, Ra. Jaman sekarang masih bawa bekal, kampungan," seru Mama Sovi yang sedang membaca majalahnya.

Naura yang mendengar ucapan itu, segera mengalihkan pandangan ke arah sang mertua.

"Kampungan? Itu permintaannya Mas Azriel, Ma. Bukan aku yang suruh, Mas Azriel merasa tidak cocok dengan makanan di sana," jawab Naura yang tak terima dengan tuduhan yang layangkan mertuanya.

"Halah, alasan saja. Saya tahu bagaimana rasanya makanan yang kamu masak, jadi saya tahu betul kalau Azriel pasti hanya terpaksa. Biar kamu senang, Azriel itu anak bungsu. Anak kesayangan saya, jadi dia hanya suka makanan yang saya masak," balas Mama Sovi yang semakin meremehkan menantunya.

Naura merasa sedih sekaligus geram. Ucapan mertuanya itu selalu berhasil menggoreskan sembilu di hatinya.

Wanita itu selalu berpikir kalau orang yang berasal desa itu miskin dan hina.

Padahal jika dibandingkan dengan peternakan milik Naura di desa, rumah mewah yang ia tempati saat ini tidak ada apa-apanya.

"Oh ya sudah. Kalau begitu, mulai hari ini aku tidak akan memasak lagi. Aku juga tidak mau bersih-bersih lagi, aku mau mengurus diri sendiri saja agar cantik dan fashionable seperti wanita kota," balas Naura yang langsung meninggalkan Mama Sovi yang masih sibuk dengan majalahnya.

"Eh.. eh.. eh.. apa kata kamu tadi? Tidak mau masak dan beres-beres? Enak saja. Kalau bukan kamu yang melakukan semua itu, siapa lagi? Masa saya yang harus jadi babu di rumah ini?" sergah Mama Sovi yang membuat langkah Naura terhenti.

"Mama sering bilang kalau aku hanya tamu di rumah ini. Tidak ada tamu yang melakukan semua pekerjaan rumah," timpal Naura yang membuat Mama Sovi seketika terdiam.

"Kamu itu memang hanya tamu di rumah ini, kebetulan saja Azriel menikahi kamu dan kamu jadi menantu di rumah ini. Tapi, kamu jangan berharap saya akan bangga punya menantu seperti kamu. Karena seumur hidup, saya tidak pernah bisa membayangkan bagaimana lelahnya Azriel mencari uang sendirian."

"Kedua Kakaknya punya istri wanita karir, jadi tidak ada tuh yang namanya istri yang menjadi beban suami. Jadi seharusnya kamu sadar diri dan melakukan semua pekerjaan rumah. Karena selain itu, tidak ada pekerjaan yang bisa kamu lakukan," jawab Mama Sovi panjang lebar.

Setelah mengatakan itu, Mama Sovi langsung pergi, meninggalkan menantunya yang selalu ia sakiti.

Padahal apa salahnya jika Naura berasal dari desa dan tidak bekerja seperti menantunya yang lain?

Bukankah seorang istri adalah tanggung jawabnya suami?

Jika bukan pada suaminya, pada siapa lagi ia harus meminta nafkah?

Andai saja Mama Sovi tahu berapa penghasilan Naura perbulan. Pasti wanita itu memperlakukan Naura bak ratu di rumahnya.

**********

**********

1
inchieungill
iya betul, setiap rumah tangga sebaiknya pisah dari orangtua atau mertua, biar tidak terjadi konflik.
Latifah
Bagus Cerita nya ,, di tunggu lanjutnya Yaa !!!
olip
lnjut
olip
lnjut...mkin penasaran...ttap smngat thor
olip
lnjut
olip
q mmpir thor...lnjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!