Katanya, Arsel pembunuh bayaran. Katanya, Arselyno monster yang tak berperasaan. Katanya, segala hal yang menyangkut Arselyno itu membahayakan.
Seorang Berlysa Kanantasya menjadi penasaran karena terlalu banyak mendengar desas desus mengenai cowok bernama lengkap Arselyno M Arxell. Semua murid sekolah mengatakan bahwa Arsel 'berbahaya', menantang gadis yang bernama Lysa untuk membuktikan sendiri bahwa yang 'katanya' belum tentu benar 'faktanya'.
Penasaran kecil yang berhasil membuat Lysa mengenal Arsel lebih dalam. Penasaran kecil yang sukses menjebaknya semakin menjorok ke dalam jurang penasaran.
Pada akhirnya, Lysa mengerti; ternyata mencintai Arsel, memang seberbahaya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon __bbbunga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab VII :// Bingung
"kenapa bisa masuk ke sana?"
Mereka sudah keluar dari bangunan tua tadi dan sampai di tepi jalan raya. Lysa menoleh ke arah Arsel yang masih menunggu cewek yang masih menunggu cewek itu menjawab pertanyaan. Ya kali gue bilang gue ikutin dia?
"Em... Tadi gue joging kan, terus ada bangunan tua, gitu. Penasaran ya, gue masuk saja. Hehe?"
Astaga, Lysa! Barusan itu alasan macam apa?
Arsel malah memandang Lysa tidak percaya. Mata cowok itu lalu turun ke bawah, membuat Lysa jadi menggaruk tengkuknya canggung.
"Yakin Lo joging pakai sandal bulu-bulu gitu?" Arsel menahan tawanya.
Lysa spontan membulatkan bola mata, baru ingat. Kok lu bego banget sih, Sa?! Lysa menatap Arsel dengan wajah memerah, malu. Ia lantas menyengir kuda saja.
"Lo ikut gue?"
Lysa semakin gelagapan. "Aa... Anu... Tadi kebetulan aja. Gue nggak sengaja lihat lo. Jadi... Gue penasaran, terus ikuti lo. Hehe"
Arsel hanya mendengus singkat. "Lo Berlysa anak IPA-lima, kan,?"
Lysa mengangguk.
Arsel menghela napas lagi. "Gue udah pernah bilang sama lo, jangan penasaran sama gue"
Lysa bungkam. Menundukkan kepalanya. Lysa akui dirinya salah. Tapi tolong salahkan saja rasa penasarannya yang terlalu overdosis itu.
Arsel kemudian meletakkan tangannya di bahu Lysa, lalu menatap cewek itu lembut. Kalau boleh jujur, tatapan Arsel yang dalam itu sangat memesona, sukses membuat jantung Lysa seketika jumpalitan seperti sedang olahraga.
"Jangan lagi lakuin hal yang bisa bahayain diri lo, Sa. Apalagi alasannya karena gue"
Lysa mengangguk singkat dengan pelan. Menunggu kalimat yang mungkin ingin Arsel utarakan lagi selanjutnya.
"Gue cuma enggak mau cewek kayak Lo kenapa-kenapa"
Padahal itu cuma kalimat sederhana, tapi sukses membuat pipi Lysa memanas seketika. cewek kalau sudah kebaberan agak aneh memang. Baru di khawatirkan sedikit. Perasaannya udah terbang melayang sampai ke langit.
"Eh, tapi tunggu dulu, deh. Maksud lo, cewek kayak gue itu apa, ya?" Lysa memiringkan kepala, bertanya bingung kepada cowok itu.
Sadar akan jarak mereka, Arsel langsung menurunkan tangannya dari bahu Lysa dan bergerak menjauh dengan santai. Baru saja di buat baper dengan kalimatnya, Arsel malah bersikap biasa saja. Lantas mengecek ponselnya uang baru saja bergetar di saku celana. Membaca s buah pesan yang masuk. "Kenapa?"
Arsel mendongak, menurunkan ponsel dan memasukkannya kembali ke dalam saku. "Ayo, gue antar Lo pulang" ujar cowok yang sebelah telinganya di tindik itu mengalihkan perhatian.
"Lo mau antar gue pulang terus deh, perasaan. Suka sama gue lo, ya?" tuding Lysa polos. Cewek itu memutar-mutar jari telunjuknya di depan wajah Arsel di lengkapi dengan taut wajah absurdnya.
Arsel manggut-manggut mengiakan. "Suka" Lysa spontan terdiam. Padahal ia cuma bercanda "Lo lucu"
Mungkin, jiwa Lysa terbang tinggi menembus langit sampai Prancis.
"Kayaknya asyik berteman sama Lo" Arsel menjedah kalimatnya "tapi gue nggak baik buat lo. Lo udah sering dengar itu dari teman-teman lo"
Lysa mendengus. kenapa cowok ini selalu mengatakan dirinya berbahaya, sih?
Arsel hanya bersikap biasa saja setelahnya. Sesekali terlihat gelisah di pandangan Lysa ketika ponsel cowok itu bergetar kembali. Namun raut wajahnya terus saja diperlihatkan sesantai mungkin. Sepertinya ada yang sedang Arsel sembunyikan.
...*****...
"Sampai sini saja!" Cewek yang posisi berjalannya di depan Arsel itu berbalik badan, menghentikan langkah cowok itu.
Mereka berhenti di depan pagar tetangga Lysa yang jaraknya dua rumah dari rumahnya. Di malam kala Arsel pertama kali mengantar gadis itu, Lysa juga memintanya berhenti bukan di depan rumahnya, melainkan di depan rumah tetangga.
Lysa terkekeh singkat, sekolah mengetahui apa yang mungkin sedang Arsel gerakan. "Ada bokap gue. Bokap gue galak soalnya. Entar Lo bisa diinterogasi sama dia. Bisa nggak pulang lo sampai besok pagi"
Arsel manggut-manggut "Oh gitu. Ya udah, gue tunggu di sini aja sampai pastiin lo benar-benar masuk"
Ya ampun ini cowok, segitunya. Kurang baik apa lagi coba?
Kalau sudah di tatap Arsel begitu, bawaanya Lysa ingin bawa perasaan terus. Entahlah, lagi-lagi, Arsel selalu sukses menarik seluruh gravitasinya.
Terkadang Lysa juga tidak mengerti bagian dari Arsel yang mana yang jahat itu? Semua temannya berkata Arsel berbahaya. Terutama Aufa, teman dekatnya sejak kelas sembilan SMP. tapi Lysa masih tidak mengerti di titik manakah bagian jahatnya Arsel yang mereka maksud itu.
Oke. Lysa masih belum paham kenapa Arsel lebih memilih di bayar untuk kalah. Tapi apakah itu sebuah kejahatan?
Arsel menghentikan jarinya, refleks Lysa tersentak. Lantas menyengir memandang Arsel yang menatapnya bingung.
"Ya udah, gue pulang, ya"
Arsel mengangguk. Lysa mulai balik badan untuk kemudian melangkahkan kakinya.
Habis ini Arsel mau kemana ya? Lysa melirik ke belakang, Arsel masih memperhatikannya dia mau kemana?
Lysa menyentuh pagar rumahnya, berniat membuka pagar. Namun sebelumnya ia sempat memperhatikan Arsel lagi. Arsel mulai beranjak meninggalkan tempat berdiri.
Arsel selalu memperingatinya, 'jangan penasaran sama gue', dan seharusnya Lysa mendengar itu karena jelas semua hal yang Arsel lakukan bukan urusan cewek itu.
Tapi masalahnya, semua yang berkaitan dengan Arsel selalu membuatnya penasaran. Karena itu dengan keyakinan penuh, cewek itu mengurungkan niatnya membuka pagar. Lantas menyusul kembali Arsel secara diam-diam.
...*****...
thor mampir juga dong ke ceritaku..