Hidup ini bukan tentang bagaimana caranya kita bahagia,tapi tentang.
Bagaimana cara nya kita menerima luka ini.
ikhlas bukan berarti tak terluka.kehadiran nya membawa keramaian di ruang yang kosong.
Raga ini untuk suami ku,tetapi hati dan pikiran untuk dirinya.
aku...memang bersalah di sini,telah membuka hati untuk yang lain tetapi luka yang di guriskan suami ku, sungguh sangat amat menyakitkan.
Dari dia ku belajar artinya tenang dan ikhlas.
Di kekosongan ini dia memberikan banyak cinta untuk ku yang tak ku dapatkan dari sosok suami ku.
Oh, Yan...begitu ku memanggilnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dedek Iting, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
07
"Mamih kok berhenti?"
"Iya,kita suda sampai"ujar Tami
"Ayok mih tuyunkan adek"Vania antusias sekali
"Sabar,bentar jangan goyang nanti kita jatuh"ujar Tami tegas
"iya mih,Vania dak goyang-goyang kok"
pertama-tama Tami menurunkan standar motor,dan memegangi anaknya yang mau turun dari motor, lalu di susul oleh Tami.
mereka berjalan ke arah pintu rumah temennya dan mulai mengetuk.
Tok..tok..tok...
"Asalamualaikum...tante.."ucap Vania kencang
"Tidak boleh begitu,tak sopan jerit-jerit"
"Mamih..isshh...Vania di malahin Mulu,nanti Vania calik mamih balu lah,kecel Vania cama mamih"ujar Boca imut itu,lalu ngambek dan duduk gelengsotan di lantai.dan sebentar lagi Boca itu akan tantrum dan berguling-guling ria.
Tami menarik nafas nya dan mendengus dengan kasar.
"Siapa yang marah sih?mami cuma bilangin Vania agar Vania sopan di rumah orang nak,sini sayang mami gendong"ujar Tami,lalu mengendong anaknya.
"mamih Vania dak belatkan?"karna takut wanita kecil ini tantrum kembali,Tami carik aman dengan tersenyum saja.
"mamih"panggil nya
"tidak sayang"ujar Tami,
lebih baik carik aman batin Tami.
Pintu sudah di buka oleh pemiliknya,dan Boca kecil di gendongan maminya sudah memberontak untuk turun.
"Hi,Vania cantik datang lagi"ujar Tante berambut pirang.
"Tante,Vania datang mau antal patet,benel Tan mih"
"Iya benar"ujar Tami
"Ya sudah masuk dulu"ujar tuan rumah
"Macih Tante"ujar Vania melangkah masuk.
"Asalamualaikum"ucap Vania
"Walaikumsalam"ucap mereka berdua berbarengan.
"Mamih cama Tante kompak"
"Anak mu lucu banget ya Mala,pingin punya satu lagi kayak anak mu"ujarnya
"Bukannya anak mu sudah ada Rin?"
"Tapi kan cowok Mala,terus tingkahnya kayak kulkas dua pintu.datar dan dingin"ujar Ririn
Tami hanya bisa terkekeh mendengar ucapan Ririn, yang di bicarakan nya bener adanya.anaknya itu emang seperti kulkas datar dan tak ada sespesi wajannya tersenyum.apa lagi anak Ririn jarang berbicara.tetapi Vania selalu saja menggangu dan merusuin anak Ririn yang bernama Kenzo.
"Kenzo,ajak main Vania"ujar Ririn
"Kenzo gak mau mah,Vania itu taunya ngurusin saja"ucap Kenzo lalu pergi meninggalkan kami
Vania yang mulai mendung dan lama kelamaan mulai lah turun hujan lokal dari mata anaknya.
"Sini sayang"
"Mamih kak Enzo dak mau mainn"ujarnya yang sudah berlinang air mata.
"Sini sayang,"ujar Tami lembut
Vania lalu berlari kedalam pelukan maminya.
"Kamu tidur siang dulu, nanti baru main bareng kak Kenzo,yakan Tante"ujar Tami
"Iya Vania"jawab Ririn
Lalu Tami menepuk-nepuk pelan bokong anaknya agar cepat tidur,tak beberapa lama Boca itu sudah tertidur pulas.
Ririn yang sudah melihat Vania tidur lalu membuka cerita.
"Gimana kamu dan Rizal,Mala"ujar Riri frontal.
Tami menarik nafas dalam.
"Biasa.masih sering konflik, dan mulai tak ada rasa.terkadang aku senang dia tak pulang, seperti biasa.lagian aku capek berdebat dengan dia Rin"ujar Tami
"Masih suka kasar dia?,apa masih suka banting dan nendang barang-barang seperti dulu?"tanya nya.
"Ya gitu lah"ujar Tami, sembari menghembuskan nafasnya.
"Sabar ya Mala"
"Sudah sabar aku Rin,belum berani aku Pisah Rin,karena aku belum ada pegangan.Mau mintak sama sapa aku kalau tiba-tiba menjanda "ujar Tami sambil memandang lurus kearah luar.
udah muncul bibit² pembinor😆