NovelToon NovelToon
Marriage Without Love

Marriage Without Love

Status: tamat
Genre:CEO / Tamat
Popularitas:8.2k
Nilai: 5
Nama Author: Queisha Calandra

Trauma masa lalu, membuat Sean Alarick Aldino enggan mengulangi hal yang dianggapnya sebagai suatu kebodohannya. Karena desakan dari ibundanya yang terus memaksanya untuk menikah dan bahkan berencana menjodohkannya, Sean terpaksa menarik seorang gadis yang tidak lain adalah sekretarisnya dan mengakuinya sebagai calon istri pilihannya.
Di mata Fany, Sean adalah CEO muda dan tampan yang mesum, sehingga ia merasa keberatan untuk pengakuan Sean yang berujung pernikahan dadakan mereka.
Tidak mampu menolak karena sebuah alasan, Fany akhirnya menikah dengan Sean. Meskipun sudah menikah, Fany tetap saja tidak ingin berdekatan dengan Sean selain urusan pekerjaan. Karena trauma di masa lalunya, Sean tidak merasa keberatan dengan keinginan Fany yang tidak ingin berdekatan dengannya.
Bagaimana kisah rumah tangga mereka akan berjalan? Trauma apakah yang membuat Sean menahan diri untuk menjauhi Fany?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queisha Calandra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 6.

Author's pov.

Aksi protes Fany ternyata tidak membuahkan hasil sama sekali, mereka tetap menikah sesuai tanggal yang sudah ditentukan. Fany sama sekali sudah tidak bisa mengelak lagi bahwa dirinya telah kalah dengan Sean. Pasalnya, kedua orangtua Fany memiliki hutang budi pada Keluarga Sean pada waktu dulu saat Fany masih kecil dan rentan. Saat baru dilahirkan, Fany sangat kecil dan rapuh, banyak rangkaian perawatan yang dibutuhkan Fany waktu itu, dan tentu saja biaya perawatan dirinya yang masih bayi saat itu bukanlah jumlah yang kecil. Karena kurangnya kondisi ekonomi keluarganya saat itu, Fany terancam tidak akan bertahan selama lima hari setelah dilahirkan.

Tapi, berkat bantuan Keluarga Sean yang kala itu juga baru mendapat kebahagiaan atas kelahiran Sean, sampai saat ini Fany masih diberi nafas dan sehat sampai sekarang. Karena hal itulah yang Ia dengar langsung dari ayah dan ibunya setelah ia melakukan aksi protesnya tiga hari yang lalu, saat ini Fany terpaksa menerima pernikahannya yang kini sedang berlangsung.

Sebuah pesta yang tidak terlalu mewah dan tertutup digelar di sebuah hotel. Sean sama sekali tidak mempermasalahkan syarat yang diajukan oleh Fany tentang pernikahan yang sederhana dan tertutup dan hanya dihadiri oleh kedua pihak keluarga. Maka, pernikahan mereka benar-benar tertutup dan sederhana.

Sean tampak lebih tampan dengan setelan jas dan bawahan putih, sedangkan Fany tampak anggun dengan balutan gaun pengantin berwarna Natural, dengan accessories berwarna silver melengkapi kecantikan Fany saat ini.

"Selamat ya! Akhirnya anak bandel ini dapat istri juga. Cantik pula." Ujar Keisha memberi ucapan selamat pada anak bungsunya.

"Terimakasih, mom." Ucap Sean.

"Selamat ya sayang! Mulai sekarang kau adalah bagian dari keluarga kami juga." Ucap Keisha pada Fany yang hanya dijawab dengan anggukan pelan. Melihat sikap Keisha yang begitu senang dengan pernikahan mereka, membuat Fany seperti tidak tega jika harus menodai pernikahan mereka dengan mengucapkan kejujuran pada wanita yang kini menjadi ibu mertuanya itu. Keisha pasti sangat kecewa jika sampai Fany mengatakan alasan ia menyetujui pernikahan mereka.

"Ya sudah, kalian sambut tamu kalian. Mom mau cari kakak kalian dulu." Ucap Keisha pamit. Sean hanya mengangguk saja, tidak memberi jawaban maupun komentar. Fany pun juga sama, ia juga sudah sangat lelah berjam-jam di acara pernikahannya sendiri.

"Aku ke toilet sebentar." Pamit Sean pada istrinya yang hanya mengangguk menjawabnya.

Sepeninggalan Sean ke toilet, Fany merasa sangat bosan harus berdiri di antara banyaknya tamu undangan dengan memasang senyum palsu di wajahnya. Ia tidak menyangka bahwa hanya keluarga darinya dan Sean saja sampai sebanyak itu, ia pikir ia akan mendapatkan pesta pernikahan yang singkat , nyatanya ini tidak seperti yang ia pikirkan. Bahkan ada hal yang lebih membuat Fany merasa ingin segera pergi beristirahat, yaitu kedatangan seorang gadis yang pernah sekali bertemu dengannya di acara yang sama.

"Selamat atas pernikahan kalian!" Ucap gadis itu. Tidak ingin terlihat tidak sopan pada tamunya yang jelas-jelas tidak diundang karena bukan bagian dari keluarga mereka, Fanya tersenyum dan mengucapkan terimakasih.

"Terima kaih! " Ucap Fany sopan.

"Mungkin saat ini kamu bisa bahagia bersama Sean. Tapi, suatu saat nanti, kebahagiaanmu itu akan menjadi milikku, Sean sudah ditakdirkan akan hidup bersamaku, bukan bersamamu." Ucap Gadis itu, gadis yang belum Fany kenali siapa namanya. Yang jelas gadis itu pernah mengaku dijodohkan dengan Sean sebelumnya tapi hanya saja, Sean tidak ingin menerima perjodohan itu dan memilih untuk menikah dengannya yang sama sekali tidak menginginkannya.

"Siapa yang peduli?" Gumam Fany kesal. Ia benar-benar tidak ingin berurusan dengan orang-orang maupun hal-hal yang tidak penting seperti itu. Jelas-jelas ia tidak menyukai Sean, jadi ia tidak akan merasa rugi kalaupun ada orang yang akan merebut Sean darinya. Justru jika ada gadis yang berhasil menarik Sean dari hidupnya, ia akan sangat berterimakasih pada gadis bodoh itu.

"Sekarang, kau tentu saja boleh tidak peduli. Tapi, nanti jika sudah saatnya aku akan benar-benar membuatmu peduli. Karena aku tidak akan pernah main-main dengan ucapanku." Ucap Gadis itu kemudian berlalu meninggalkan Fany begitu saja dengan tatapan mengejeknya.

"Apa yang dia lakukan? " Suara Sean tiba-tiba terdengar dari belakangnya. Fany tidak tahu sejak kapan Sean berdiri di sana, kenapa ia begitu cepat kembali dari toilet.

"Hanya mengucapkan selamat." Jawab Fany.

"Hanya itu?" Tanya Sean, Fany mengangguk.

"Katakan saja jika ia mengancammu!" Ucap Sean lagi.

"Tidak perlu sok perhatian. Aku tidak butuh semua itu." Jawab Fany.

"Ok. Jika itu yang kau mau. Aku tidak akan pernah peduli dengan apa saja yang akan kau lakukan ataupun kau Terima. Ingat itu!" Ucap Sean kemudian, Fany tidak tahu jika reaksi Sean akan seperti itu, lebih seram dari apa yang ia perkirakan. Ia pikir Sean akan diam dan tidak menghiraukan ucapannya. Tapi, Sean juga tidak bisa diperlakukan seperti itu lama-lama. Ia seroang pria yang tidak mau dikendalikan ataupun diperlakukan seperti Fany memperlakukannya.

"Silahkan saja! Siapa yang peduli." Ujar Fany.

"Terserah." Jawab Sean sambil kembali meninggalkan Fany, dan entah pergi ke mana, Fany tidak tahu dan tidak ingin tahu.

Satu jam kemudian, Fany mulai merasa beberapa bagian tubuhnya mulai keram. Satu persatu orang sudah mulai meninggalkan tempat, dan Sean juga tidak terlihat di antara mereka.

"Ya ampun, Apa Sean tidak memberitahumu bahwa kalian sudah bisa beristirahat? Kasihan sekali, kamu pasti sudah lelah kan, sayang?" Tanya Keisha yang baru menyadari keberadaan Fany yang masih berdiri di antara mereka tanpa Sean di sisinya.

"Sean tidak mengatakan apa pun." Jawab Fany.

"Mom lihat Sean pergi dengan tidak suka. Apa kalian bertengkar?" Tanya Keisha. Ingin sekali Fany mengatakan bahwa ia dan Sean memang baru saja ribut, selain itu ia juga merasa terpaksa menikah dengan Sean. Tapi, mengingat kebaikan Keisha yang sudah menyelamatkan hidupnya dulu saat ia masih bayi, membuat Fany tidak bisa mengatakannya. Ia tidak mungkin membalas kebaikan seseorang dengan sebuah kepahitan meskipun dirinya sendiri yang harus mengorbankan kebahagiaannya dengan menikahi pria yang sama sekali tidak dicintainya.

"Kami hanya sedikit salah paham. Tidak apa-apa, hal seperti ini memang sering terjadi, tapi besok kita pasti akan melupakannya, mom." Jawab Fany.

"Maafkan anak Mom ya, sayang. Tapi dia sebenarnya anak yang baik. Keadaan lah yang membuatnya jadi seperti itu." Ucap Keisha.

Demi apapun, Fany tidak peduli dengan apapun yang membuat Sean menjadi seperti saat ini. Ia juga tidak peduli bagaimana Sean sebelumnya. Ia sama sekali tidak peduli tentang Sean sedikit pun."ya sudah, pergilah ke kamar kalian! Kalian harus beristirahat. Besok baru kalian baru kembali ke apartemen Sean. Untuk sementara waktu, selama Sean menemukan rumah yang cocok untuk kalian, Sean ingin tinggal berdua saja denganmu di apartemennya." Lanjut Keisha.

Fany tidak terlalu memikirkan tempat tinggal, ia tidak peduli mereka akan tinggal dimana, tapi dengan tinggal di apartemen dan hanya berdua saja, bukankah itu juga ada manfaatnya, dengan begitu ia tidak perlu berpura-pura bermesraan dengan Sean.

"Iya mom, kalau begitu aku ke pergi beristirahat dulu." Pamit Fanya.

"Iya sayang. Selamat malam dan selamat beristirahat!" Ucap Keisha. Fany mengangguk dan pergi meninggalkan Keisha yang tersenyum bahagia melihat pernikahan Sean dengan Fany.

.........

Fany tersenyum kecut melihat Sean yang ternyata sudah tertidur di atas ranjang di kamar hotel yang mereka tempati. Bahkan Sean juga sudah mengganti pakaiannya dengan piyama tidur. Bagi Fany, Sean benar-benar iblis, bisa-bisanya ia tidak mengatakan bahwa mereka sudah bisa beristirahat dan membiarkan Fany berdiri berjam-jam sendirian menahan kakinya yang sudah keram sejak tadi.

"Kalau bukan karena aku sudah berhutang nyawa pada keluargamu, mungkin aku dengan senang hati mengatakan bahwa aku sama sekali tidak menginginkan pernikahan sialan ini." Batin Fany menatap benci pada Sean yang tidak sepenuhnya tertidur. Pria itu bisa merasakan kedatangan Fany di dalam kamar pengantin mereka.

"Sudah puas dengan sumpah serapahmu? Sebaiknya kau cepat tidur! Aku tidak punya waktu banyak untuk membangun kamu besok. Kita harus segera meninggalkan tempat sialan ini besok pagi-pagi sekali." Ucap Sean membuat Fany agak kaget. Ia pikir Sean sudah terlelap, tapi ternyata pria itu tidak benar-benar tertidur.

"Aku tidak mau tidur seranjang denganmu. Aku mau memesan kamar lain." Ucap Fany membuat Sean berada di ambang batas kesabarannya kini.

"Apa kau mau cari masalah denganku?" Tanya Sean setelah pria itu melompat dari ranjang dan menghalangi Fany yang hendak keluar dari kamar mereka. Maksudnya adalah kamar yang dipesan khusus untuk malam pengantin mereka.

"Apanya yang cari masalah? Aku tidak mau tidur denganmu." Ujar Fany.

"Memangnya aku juga mau tidur seranjang sama kamu?" Sinis Sean.

"Jadi, apa masalahnya? Aku akan memesan kamar lain untukku sendiri." Ujar Fany.

"Tidak bisa. Kita tetap di kamar ini. Kau tidur saja di atas ranjang, aku akan tidur di bawah." Ucap Sean terdengar gentleman, tapi tidak membuat Fany tersentuh sama sekali.

"Aku tidak mau tidur di atas kasur bekasmu." Ketua Fany.

"Kau benar-benar cari masalah denganku." Geram Sean, Fany agak bergetar takut melihat penampakan wajah Sean yang sedang marah saat ini.

"Apa seperti ini caramu memperlakukan istrimu, bahkan setelah beberapa jam menikah?" Tanya Fany sedikit menurunkan nada bicaranya.

"Andai saja kau bisa lebih menurut lagi, aku tidak akan seperti ini." Ucap Sean sambil melangkah mendekat ke Fany, dan Fany yang ketakutan pun berjalan mundur perlahan hingga tidak sadar bahwa kini ia sudah berada diantara Sean dan dinding kamar hotel itu.

"Baik-baik. Aku akan tidur." Ucap Fany akhirnya.

"Begitu lebih baik. Cepat pergi tidur sebelum aku berbuat hal yang tidak menyenangkan padamu." Ucap Sean.

"Ba-baik. Aku akan tidur sekarang. " Ucap Fany kemudian lari ke ranjang dan langsung berbaring tanpa mengganti gaun pengantinnya dengan piyama tidur. Tapi, Sean tidak peduli, yang penting tidak terjadi keributan untuk saat ini saja, itu sudah cukup bagi Sean. Walau bagaimana pun keluarga mereka masih ada di dalam hotel yang sama. Akan menjadi masalah besar jika ia dan Fany terus berdebat sepanjang malam.

.......

Bersambung.....

1
Drezzlle
aku mampir nih kak
Queisha Calandra: terimakasih....!❣️❣️❣️❣️
total 1 replies
iqbal nasution
menarrikk
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!