Sebelum baca sebaiknya baca novel aku yang berjudul, Love You Kak Kenan. soalnya cerita ini ada kaitannya dengan cerita tersebut.
🕊️🕊️🕊️
Kevano Aiden Alaska, adalah seorang pemuda yang kejam dan apa yang ia inginkan harus di turuti. Ia mencintai seorang gadis yang bernama Vania Keyla Clarissta.
Vania adalah seorang gadis yang sangat baik, akibat kebaikannya orang di sekitanya memanfaatkannya dan selalu menjadi bahan bullying di sekolahnya. Ia sangat takut kepada Aiden dan membenci sosok Aiden.
Raiden Azra Alaska, Raiden merupakan adik dari Aiden dan sifatnya berbanding terbalik dengan Aiden, Raiden sangat ceria dan ramah, ia juga mencintai Vania tetapi dalam diam dan tidak berani mengungkapkan perasaannya.
kalau kalian suka, baca langsung ajalah.
ig: fj_kk17
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitriishn, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Salah Paham
HAPPY HAPPY AJAAA ~~~~
Paginya Vania bangun lebih cepat, ia ingin berangkat bersama dengan ibunya dan mengobrol walaupun itu hanya sebenar.
Tapi saat ia menuruni tangga ibunya sudah bersiap berangkat bekerja, "ibu berangkat sekarang?" Tanya Vania.
"Ehh kamu udah bangun nak? Iya, ibu harus pergi sekarang, jam enam nanti ada Meeting penting sayang. Kamu yang rajin yah sekolah, ibu berangkat." Pamit ibunya.
"Terus aja gitu!" Keluh Vania menatap kepergian ibunya dengan kekecewaan.
Ia kembali masuk ke dalam kamarnya dan bersiap siap berangkat ke sekolah. Baru ia melangkah dari pintu rumahnya Diva sudah tersenyum di hadapannya.
"Ini suratnya! Pokoknya kamu harus kasih." Ujar Diva memberikan amplop warna pink dan di depannya diberi kis, sangat alay dan menor.
"I-ni beneran harus aku kasih?" Tanya Vania ragu menatap surat itu.
"Iya dong, kalau gak kamu kasih aku bakal kecewa banget!" Ujar Diva.
Vania hanya mengangguk mengerti, "okee kalau gitu aku pergi dulu ya bay jangan lupa ya Vaniii." Ujar Diva pergi dari rumah Vania.
Vania kembali melihat surat itu, "aduh kasih gak ya? Takut banget." Ujar Vania ingin membuang surat itu.
Vania menyimpannya ke dalam tas dan berjalan menuju halte bus sekolah.
Saat bus sudah datang Vania duduk dengan tenang hingga sampai di sekolah, ia memasuki gerbang dengan langkah yang perlahan. Dari arah kanan Raiden berlari ke sampingnya, "hai." Sapa Raiden dengan senyum di wajahnya menunjukkan lesung pipi yang sangat manisss, huaaa aku juga mau kalau dia punya lesung pipi...
"Ehh hai kak." Sapa Vania ikut tersenyum.
"Gimana sekolah ini? Nyaman gak?" Tanya Raiden mengikuti langkah kecil Vania.
"Emm nyaman kak."
"Nyaman aja? Gak ada hal yang menarik gitu?"
"Ada kak, lingkungannya indah aku suka banget!" Seru Vania, padahal Raiden bukan membahas hal yang menyangkut kesana.
"Ohh gitu... Ohh iya nanti pulang sekolah Lo ada kerjaan gak?" Tanya Raiden.
Vania tampak berpikir, "gak ada sih kak, cuman aku gak di bolehin keluar sama ibu aku." Ujar Vania.
"Kan tinggal izin, cuman hari ini aja."
"Emang mau kemana kak?" Tanya Vania penasaran.
"Gak kemana-mana sih cuman temanin gue beli senar gitar dan temanin makan siang aja."
"Aduh sepertinya gak bisa deh kak, ibu aku cerewet suka nanya-nanya, pergi sama siapa, jam berapa pulang, ngapain aja, dia cowok apa cewek gitu kak, aku pusing kalau ibu aku banyak nanya."
"Ya kan Lo tinggal jawab Lo pergi sama Raiden, hanya beli senar gitar, dan makan siang aja setelahnya langsung pulang, kan gampang!"
"Aku kabari nya gimana? Gak mungkin aku pulang dulu."
"Kan Lo punya handphone, gak mungkin kan orang tua Lo gak punya handphone?" Ujar Raiden.
Vania menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, sebenarnya dia tau alasannya tidak masuk akal, tapi dia takut pada Raiden.
"I-ya kak nanti aku kabari." Ujar Vania.
Saat mereka menaiki tangga yang sepi itu kesempatan yang bagus untuk Vania memberikan surat cinta milik Diva.
"Kak aku boleh kasih sesuatu?" Tanya Vania di sela-sela jalan mereka.
"Apa?" Tanya Raiden penasaran.
"T-api kakak jangan marah atau benci sama aku ya?"
"Gak bakal, tapi kalau Lo lempar tai ke muka gue yang ganteng jelas gue marah!"
"B-ukan itu kak tapi..." Vania makin cemas dan panik hingga wajahnya memerah.
"Tapi kenapa? Lo kebelet berak? Berak dulu sana! Nanti lanjut kalau udah."
"Bukan kak, cuman itu!" Vania terus menjeda ucapannya.
"Rileks Van, gue tau gue ganteng jangan panik gitu oke?"
Vania menghela nafasnya dan berucap dengan cepat, "mungkinkakakbenci samasuratcintatapitolongterimainikak!" Ujar Vania tanpa ada jeda sedikit pun, dengan posisi menunduk memberikan surat cinta milik Diva.
Raiden melihat kertas yang di sodorkan oleh Vania, tentunya ia sangat terkejut. "Lo suka sama gue?" Tanya Raiden menerimanya dan segera merobek kertas itu menjadi empat bagian.
"B-ukan kak." Ujar Vania gugup.
"Gue benci surat cinta! Kalau Lo suka, kenapa gak ungkapin secara langsung? Gue bakal terima Lo jadi pacar gue." Ujar Raiden membuat Vania kebingungan ingin menjawab apa.
"B-ukan kak, itu bukan punya aku!"
"Gue gak peduli, mau punya Lo atau engga yang terpenting surat itu resmi dari Lo dan gue simpulkan itu milik Lo, oke pacar?" Tanya Raiden tersenyum kemenangan melihat wajah panik Vania.
"Kak itu-"
"Gue gak mau dengar alasan, gue terima Lo dan gue tunggu Lo pulang sekolah di parkiran, bay pacar." Ujar Raiden mengacak sekilas rambut Vania dan melangkah pergi meninggalkan Vania yang masih tercengang tak percaya akan seperti itu.
"Kenapa jadi gini?" Tanya Vania lemas seketika melihat punggung Raiden yang menaiki tangga.
Vania melanjutkan langkahnya menuju kelasnya dengan perasaan yang campur aduk, sesampainya di kelasnya ia disambut dengan teriakan membahana milik Friska. "SAMPAH KAYAK LO BERANI BANGET SIH DEKETIN KAK RAI?" Kesal Friska menarik rambut Vania.
"Lepasin Fris, sakit!" Ucap Vania menahan akar rambutnya agar tidak rontok.
"Bacot Lo! Kenapa Lo jalan sama kak Rai? Ada hubungan apa Lo berdua?" Tanya Friska semakin memperkuat tarikannya pada rambut Vania.
"Gak ada apa-apa, cuman kak Rai ketua OSIS di sini makanya dia ajak aku ngobrol sebagai murid baru." Ucap Vania berusaha menjelaskan dengan menahan rasa sakit di rambutnya.
Friska melepaskan Jambakkanya, "awas ya Lo kalau suka sama kak Rai! Gue cincang ginjal Lo." Ujar Friska pergi dari hadapan Vania.
Vania berjalan menuju tempat duduknya dengan memegang rambutnya yang sudah banyak rontok akibat ulah Friska. Ia kembali melamun mengingat kejadian beberapa menit yang lalu yang di luar ekspetasinya.
🕊️🕊️🕊️
Pulang sekolah Raiden lebih dahulu datang ke kelas Vania, dilihatnya kelas itu ternyata sudah tidak ada guru dan murid pun sudah tidak ada hanya tersisa Vania yang sedang tertidur di meja pojok kelas itu. Sebenarnya lonceng pulang berbunyi lima menit lagi cuman karena kelas itu mungkin free clas makanya semua siswa keluar.
Raiden berjalan menuju meja Vania dan menarik satu kursi untuk ia duduki. Raiden merapikan anak rambut Vania yang menutupi wajah cantiknya.
"Serius gue pacaran sama dia? Dia cantik banget!" Monolog Raiden sangat terpana dengan kecantikan Vania.
Raiden mengelus pipi hangat Vania dengan lembut, "Van nikah yuk!" Ujar Raiden ngawur.
Teng neg~~~
Seluruh pelajar hari ini telah selesai sampai jumpa besok pagi dengan semangat belajar lagi...
Bunyi lonceng membuat Vania terbangun dan terkejut melihat Raiden yang menatapnya, hampir saja ia terjatuh jika tidak menarik tangan Raiden.
"K-amu ngapain di kelas aku kak?" Tanya Vania menetralkan denyut jantungnya yang abnormal.
"Nungguin pacar gue." Ujar Raiden bersandar pada dinding kelas.
Vania menatap seisi kelas yang kosong. "Pacar kakak manusia?" Tanya Vania
"Menurut Lo?"
"Tapi disini gak ada orang kecuali kita kak! Jangan jangan pacar kakak hantu lagi?"
"Lo pacar gue Vania." Kesal Raiden harus sabar menghadapi pacarnya yang lemot, pacar??!
Vania langsung terdiam setelah mendengar ucapan Raiden, otaknya masih dalam proses pencernaan.
"Kak, sebenarnya surat itu bukan punya aku it--"
"APA APA? GUE GAK DENGAR? BUDEG GUE BUDEG." Ujar Raiden menyebalkan.
Vania terdiam harus menjawab apa kepada Diva nantinya. "Udah ayo! Gue lagi buru buru." Ucap Raiden menarik Vania keluar dari kelas itu.
🕊️🕊️🕊️
Ngakak dikit gak ngaruh wkwkw, udah segitu aja dulu lanjut besok lagi yahh paypayyyy.