Remake.
Papa yang selama ini tidak suka dengan abdi negara karena trauma putrinya sungguh menolak keras adanya interaksi apapun karena sebagai seorang pria yang masih berstatus sebagai abdi negara tentu paham jalan pikiran abdi negara.
Perkara semakin meruncing sebab keluarga dari pihak pria tidak bisa menerima gadis yang tidak santun. Kedua belah pihak keluarga telah memiliki pilihannya masing-masing. Hingga badai menerpa dan mempertemukan mereka kembali dalam keadaan yang begitu menyakitkan.
Mampukah pihak keluarga saling menerima pilihan masing-masing.
KONFLIK tinggi. SKIP jika tidak sesuai dengan hati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bojone_Batman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
7. Biarlah waktu yang berbicara.
"Beraninya kamu mengijinkan anak ku pergi. Bagaimana si Black macam-macam sama Dinar??? Dinar itu anak gadisku, dek..!!!"
"Nggak akan, Bang. Rinto paham caranya menjaga kehormatan seorang wanita. Selama ini Dindra nggak pernah lihat Rinto macam-macam sana Dinar." Jawab Mama Dindra.
"Jelas saja dia tidak macam-macam. Lingkungan saat ini banyak mata yang mengawasi. Coba di luar sana, habislah anak ku jadi bahan mainannya. Saya tentara, saya paham kelakuan laki-laki. Nggak mungkin Black hanya diam melihat Dinar, pasti pengen yang lain juga." Bentak Papa Herca ia mengambil senjatanya di dalam tas lalu bersiap pergi. "Kamu mengecewakan saya, Dindraa..!!!!!"
"Baaaaang............." Mama Dindra mendekap lengan Papa Herca namun refleks Papa Herca menepisnya.
Secepatnya Mama Dindra berlari memeluk suaminya.
"Paaa.. tidak semua tentara sebejat Suryadi. Papa tau sendiri segala usaha Dinar untuk sembuh dari pele*ehan beberapa tahun yang lalu. Dinar putrimu yang mencoba untuk kuat dengan segala tingkahnya. Rinto menghubungi Dindra dan meminta ijin untuk membawa putrimu pergi, bukan membawanya kabur. Kalau saja Rinto orang jahat, tidak mungkin dia menghubungiku."
"Kamu tidak paham dan kamu tidak pernah tau ada kejadian apa di luar sana. Dinar hanya sekedar cinta monyet. Black juga tidak akan mungkin mencintai Dinar. Aku meratakan seluruh keluarganya saat tragedi kelahiran Satria. Pikirkan dengan otakmu.. mana ada pria mencintai gadis dari latar belakang masalah seperti ini. Black hanya ingin balas dendam, bisa-bisa putrimu yang akan terbunuh. Apa kau lupa seperti apa janjiku pada Tuhan saat menginginkan Dinar lahir??? Aku sampai membesarkan Ayu tiada beda agar aku bisa dapat anak perempuan. Kamu benar-benar lancang..!!!!" Bentak Papa Herca semakin menggelegar.
Biasanya pelukan Mama Dindra mampu meredakan amarah Papa Herca namun kali ini jangankan reda bahkan yang muncul adalah aura seorang 'pembunuh'.
Tak ada cara lain mengalihkan perhatian Papa Herca. Mama Dindra pun merosot dalam pelukan suaminya. Benar saja, Papa Herca luar biasa panik. Si Mbok dan beberapa orang anggota piket jaga kediaman ikut pontang panting karena Ibu wakil panglima tiba-tiba saja pingsan.
...
Di sepanjang jalan, Dinar terus menangis dalam pelukan Bang Rinto. Perasaan Bang Rinto jelas tidak tega tapi dirinya juga tidak segegabah itu mengambil langkah terutama dengan keputusannya membawa anak gadis orang.
"Apakah hatimu sungguh yakin ikut dengan saya??" Tanya Bang Rinto mengurai rasa gelisahnya.
Dinar mengangguk namun air matanya masih meleleh membasahi pipi. Paham dengan situasi yang meruncing, Bang Rinto mengubah rute perjalanan membawa Dinar ke arah berbeda.
//
Papa Herca kalang kabut, tidak ada penerbangan ke arah Timur. Kini jiwa inteligen nya harus beradu dengan jiwa inteligen yang lain. Lawannya sungguh tidak mudah karena berhadapan dengan lulusan terbaik luar negeri yang sanggup menaklukkan tantangan dan mengalahkan tiga negara besar saat itu.
Dalam hati Papa Herca terus mengumpat mengingat putrinya sedang berada dalam dekapan pria lain. Sebagai seorang ayah beliau tidak sanggup membayangkan hal buruk terjadi pada putrinya.
Saat melihat istrinya tenang karena pengaruh obat, di situlah Papa Herca bergerak.
"Maaf, Ma. Kalau tidak begini, kamu akan menghalangiku mencari putriku. Kamu tidak paham seberapa bahayanya ancaman di luar sana. Cepat sehat, Ma. Kumohon jangan sakit lagi. Papa sangat mencintaimu, sangat membutuhkanmu..!!" Papa Herca mengecup kening sang istri kemudian bergegas pergi.
***
Tengah malam Bang Rinto dan Dinar di sebuah penginapan kota di provinsi tengah area pegunungan bagian Jawa. Mereka berdua sudah membersihkan diri dan bersiap untuk tidur.
Bang Rinto mencoba mendekati Dinar yang sedang menatap indahnya hamparan pegunungan. Jika biasanya Dinar begitu agresif, entar kenapa gadis itu kini tidak bertingkah seperti biasanya. Tingkah yang biasanya membuatnya selalu rindu.
Dengan sadar Bang Rinto memeluk Dinar dari belakang dan mengusap bahunya untuk menghalau udara dingin yang berhembus.
"Dinar ingin ikut Om, tapi Papa tidak merestui kita. Dinar harus bagaimana??"
Bang Rinto mengangkat dagu Dinar lalu menatap kedua mata Dinar dengan sayang.
"Percaya sama saya, saya akan membuat beliau merestui kita." Kata Bang Rinto.
"Caranya??"
.
.
.
.