NovelToon NovelToon
Benih Pahit Berbuah Manis

Benih Pahit Berbuah Manis

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cinta setelah menikah / One Night Stand / Hamil di luar nikah / Cinta Seiring Waktu / Menikah Karena Anak
Popularitas:118k
Nilai: 5
Nama Author: Volis

Shanaira Monard tumbuh dalam keluarga kaya raya, namun cintanya tak pernah benar-benar tumbuh di sana. Dicintai oleh neneknya, tapi dibenci oleh ayah kandungnya, ia menjalani hidup dalam sepi dan tekanan. Ditengah itu ada Ethan, kekasih masa kecil yang menjadi penyemangatnya yang membuatnya tetap tersenyum. Saat calon suaminya, Ethan Renault malah menikahi adik tirinya di hari pernikahan mereka, dunia Shanaira runtuh. Lebih menyakitkan lagi, ia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya tengah mengandung anak dari malam satu-satunya yang tidak pernah ia rencanakan, bersama pria asing yang bahkan ia tak tahu siapa.

Pernikahannya dengan Ethan batal. Namanya tercoreng. Keluarganya murka. Tapi ketika Karenin, pria malam itu muncul dan menunjukkan tanggung jawab, Shanaira diberi pilihan untuk memulai kembali hidupnya. Bukan sebagai gadis yang dikasihani, tapi sebagai istri dari pria asing yang justru memberinya rasa aman.

Yuk ikuti kisah Shanaira memulai hidup baru ditengah luka lama!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Volis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7. Kacau

Kamar pengantin sunyi. Hanya suara detak jam yang terdengar mengisi keheningan. Ethan duduk di sisi ranjang, masih mengenakan setelan pengantin, memandangi lantai tanpa ekspresi. Di sisi lain, Claira berdiri di dekat meja rias, menatap bayangannya sendiri dalam cermin. Gaun putihnya masih utuh, wajahnya cantik, tapi matanya merah dan lelah.

“Kenapa kamu tidak menyentuhku?” tanya Claira tiba-tiba, memecah kesunyian.

Ethan tidak menjawab segera. Dia menarik napas panjang, lalu berkata pelan, “Karena aku tak bisa... karena aku tidak mencintaimu.”

Claira tertawa kecil, getir. “Lucu. Padahal malam sebelum pernikahan, kamu dengan mudahnya menyentuhku.” Suaranya tajam, penuh sindiran.

Ethan memejamkan mata. Luka dan rasa bersalah mengendap di dadanya. “Aku mabuk. Aku pikir kamu... Shanaira,” katanya nyaris berbisik. “Itu... itu kesalahan.”

Claira menoleh dengan cepat. “Kesalahan?” tanyanya dengan mata melebar. “Jadi kamu pikir aku hanya kesalahan? Kamu pikir malam itu tidak berarti apa-apa?”

“Aku tidak bermaksud begitu.” Ethan berdiri, gelisah. “Tapi kamu tahu ini tidak benar. Semuanya terjadi karena tekanan. Karena semua orang panik saat tahu Shanaira hamil, dan kita... kita dipaksa menggantikan posisi itu.”

Claira menatap Ethan dengan marah. “Tapi kamu tetap tidur denganku, Ethan! Bahkan jika kamu mabuk, kamu tetap melakukannya! Sekarang kamu ingin lari dan pura-pura tidak ada apa-apa?”

Ethan menggeleng lemah, suaranya serak. “Aku menyesal. Aku kasihan padamu, Claira... karena aku telah menodaimu. Tapi kamu tahu, kamu tahu aku tidak pernah mencintaimu.”

Claira menelan ludah, marah, sedih, dan terluka sekaligus. “Dan kamu tetap mencintai Shanaira, kan? Kamu masih menginginkannya meski dia hamil anak orang lain?”

Ethan diam, tak sanggup menyangkal.

Claira mendekat, berdiri tepat di depannya. “Kamu pikir pernikahan ini bisa kamu abaikan? Bahwa kamu bisa kembali padanya seperti tak ada yang terjadi?”

“Bukan itu maksudku…” Ethan menarik napas dalam-dalam. “Tapi aku tidak bisa... menjalani ini dengan hati yang kosong. Kita menikah karena dipaksa, Claira. Dan malam itu—itu hanya kesalahan yang membuatku semakin merasa bersalah.”

Claira menatapnya, lalu perlahan mundur dan berkata dingin, “Baik. Kalau begitu anggap saja pernikahan ini tidak lebih dari formalitas. Tapi jangan lupa satu hal, Ethan… malam itu tetap nyata. Aku tetap wanita pertamamu. Dan itu tidak akan pernah bisa kau hapus, sekeras apapun kau berusaha.”

Claira berbalik, meninggalkan Ethan berdiri membeku di tengah kamar. Malam itu bukan malam penuh cinta dan kehangatan, tapi awal dari sebuah hubungan yang dibangun dari kebohongan, kesalahan, dan dendam yang membara.

***

Langit pagi itu tampak suram, awan kelabu menggantung seakan meniru beban hati yang dibawa pulang oleh masing-masing dari mereka.

Mobil keluarga Monard berhenti di halaman rumah. Shanaira melangkah turun dengan langkah pelan, mengenakan gaun sederhana, wajahnya pucat dan matanya sembab. Meski tak ada air mata, kesedihan jelas terpancar dari sorot matanya. Ia menatap rumah besar di depannya, rumah tempat ia tumbuh namun tak pernah benar-benar merasa diterima.

Dari sebelah, suara mesin mobil lain terdengar. Mobil keluarga Renault berhenti di depan rumah mereka yang berada tepat di samping. Shanaira spontan menoleh. Jantungnya berdetak tak karuan saat pintu terbuka dan Ethan turun terlebih dahulu.

Ia tampak lelah, matanya sayu, seolah tubuh dan pikirannya tidak benar-benar berada di tempat yang sama. Lalu, Claira keluar dari sisi lainnya—tersenyum cerah, seolah ia baru saja memenangkan pertarungan yang telah lama ia tunggu. Ia merapatkan diri ke sisi Ethan, menggandeng lengannya tanpa ragu.

Shanaira menahan napas. Pemandangan itu—Ethan dan Claira berdiri berdampingan di depan rumah mereka—terasa seperti belati yang menusuk langsung ke dadanya. Itu seharusnya dia di sana. Bersama Ethan. Membuka pintu rumah impian yang pernah mereka bayangkan bersama.

Ethan menoleh padanya sejenak. Mata mereka bertemu. Hanya sesaat. Tapi cukup untuk menyampaikan luka yang sama-sama belum sembuh. Hatinya terasa kering, terbakar rasa bersalah yang tak bisa ia padamkan.

Namun Claira menariknya masuk ke dalam rumah Renault, memutus pandangan mereka begitu saja.

Shanaira berdiri mematung. Dunia seolah berhenti sejenak. Lalu, perlahan, ia membalikkan badan dan melangkah masuk ke rumah Monard. Tempat itu kini lebih terasa asing dari sebelumnya. Ia masuk bukan dengan rasa pulang, tapi seperti kembali ke sarang luka yang belum selesai.

Namun kini, ada sesuatu yang berbeda. Tangannya menyentuh lembut perutnya. Di dalam sana, ada kehidupan baru. Dan karena itulah, ia harus bertahan. Harus kuat.

Suara tawa Claira dari rumah sebelah terdengar samar.

Shanaira tidak menoleh. Ia hanya menggenggam tangannya lebih erat.

Karena kini, ia tidak bisa lagi membiarkan dirinya hancur.

Pintu rumah Monard tertutup pelan di belakang punggung Shanaira. Suasana di dalam rumah tidak kalah dingin dari luar. Baru beberapa langkah masuk, suara tumit sepatu menghentak lantai marmer membuat langkahnya terhenti.

Refina berdiri di ambang ruang tamu dengan tangan terlipat di dada, sorot matanya menusuk, penuh amarah dan penghinaan. Tak jauh dari situ, Hazard Monard baru saja bangkit dari kursinya dengan wajah merah padam, matanya memerah seperti hendak meledak.

“Apa kau puas sudah mempermalukan keluarga ini, Shanaira?” suara Refina tajam, nyaris seperti cambuk yang menghantam kulit.

Shanaira diam. Tak sepatah kata pun keluar dari bibirnya. Ia berdiri membeku, menunduk, menahan air mata yang nyaris tumpah tapi terlalu keras untuk dibiarkan jatuh di depan mereka.

Hazard melangkah maju dengan geram. “Siapa pria itu? Siapa yang membuatmu hamil, hah? Katakan padaku sekarang juga!” suaranya menggelegar, membuat suasana rumah terasa bergetar.

Shanaira hanya menunduk lebih dalam, bibirnya bergetar. Ia tidak tahu harus berkata apa. Bahkan ia sendiri belum sepenuhnya yakin akan kebenaran yang baru ia dengar semalam. Ia tidak punya jawaban yang bisa diterima—dan tak ada satu pun di ruangan itu yang siap mendengar kebenaran.

“Bisu?!” Refina menimpali dengan tawa sinis. “Tentu saja. Kau bahkan tidak tahu siapa ayah anakmu sendiri, bukan? Dasar memalukan. Kau membuat kami semua tampak seperti sampah di depan para tamu.”

“Cukup, Refina!” suara Oma Aini memotong, tegas dan dingin. Ia melangkah masuk dari balik lorong, berdiri di samping Shanaira dan menatap menantunya tajam.

“Dia mungkin diam, tapi bukan berarti kalian boleh memperlakukannya seperti ini,” lanjut Oma Aini. “Kalian tak pernah memberi dia kasih sayang. Dan sekarang, saat dia jatuh, kalian malah menginjaknya. Malu bukan pada orang lain, tapi pada diri kalian sendiri.”

“Kamu harus menggugurkan bayi itu! Kamu telah menodai nama keluarga!” bentak Hazard, wajahnya memerah.

“Tidak. Kamu yang menodai keluarga ini karena telah membiarkan anak kandung kamu tumbuh tanpa cinta,” jawab Oma Aini mantap. “Jika kalian tidak bisa menerima cucuku apa adanya, maka biar aku yang menjaganya.”

Shanaira akhirnya mendongak, menatap sang Oma dengan mata berkaca-kaca. Perlahan, tangannya menggenggam tangan Oma Aini, seolah berpegangan pada satu-satunya kekuatan yang tersisa di dunia ini.

Hazard terdiam. Refina menggeram tapi tidak berkata apa-apa lagi. Ruangan itu dipenuhi ketegangan dan luka yang tak terselesaikan, namun untuk hari ini, Shanaira tahu… ia tidak benar-benar sendirian.

1
Jane
Aku ingin anak karenin kembali dan semua doktor dan perawat yg bermain sama refina di hukummm ygggg palinggh berat sampai dia minta mati sendiri sakinggg tersiksanya … rasakan deritamu Refina dan Claira krn kamu sudah sangat dzolim … lanjut ya Thorrr ❤️❤️❤️
Rewind frederiksen
inilah cerita yang kurang sesuai logika, mudah bisa nukar bayi, membuat cerita yang awalnya sudah bagus jadi aneh, mirib sinetron asab
refinorman norman
g rela q thor refina bahagia trs,, kpn dapat karma nya
Sonya Nada Atika
cerita menarik jgn smp pembaca kecewa ya thor
Sonya Nada Atika
pokoknya kl g kebongkar g mau baca thor...
Rita Simamora
pokok nya kembalikan anak shana thor dan buat refi jatuh sejatuhnya uda trlalu lama si refi bahagia di ats penderitaan shana
Jane
Thorr , tolong ya itu refina cepat di kasih babak belur sama karenin .. sama petugas RS yang jahat itu .. semoga rencana Refina Gagal .. … thor lanjuttt yaaa 🙏🏻
Rewind frederiksen
bayi mati di tuker dengan yang hidup tidak masuk di akal,, walaupun dunia novel kalau bisa cerita hanya masuk logika
Rita Simamora: bettuullll
total 1 replies
░▒▓█►─═HeSideMySelf ═─◄█▓▒░
mo nabung dulu lah , paling males kalo udah ada penculikan bayi/Facepalm//Grin/nunggu ketemu saja baru baca lagi, semoga GK byk chapter
░▒▓█►─═HeSideMySelf ═─◄█▓▒░
jgn bilang di culik bayi nya/Chuckle/
Kristina Natalia Manalu
kalau sempat diculik aku gak akan baca lagi
malas aja
kapan penderitaan Shana selesai
Sonya Nada Atika
jhn smp shanaira kalah thor.masa yg licik menang trs.
Susilowati Jais
g nivel g nyata sy paling takut dngan manipulasi atw kasus bayi trtukr lh ap lh, makanya sy klo melahirkan d bidan n bayi sy harus satu ruangan. tp emang klo dah parno tntang suatu hal sulit brfikir logika🙏🙏itu sy y, gtw klo org🤭
Rita Simamora: kembalikan anak shanaira otor
jngan biar kan refi bahagia uda cukup selama ini mereka menyiksa shana
buat sirefi kena karma
total 1 replies
Yana Phung
sudah saatnya refina jatuh
dan sampai saat ini dia belum tau identitas asli karenin
Jane: Benarrrr bangetttt
total 1 replies
Yana Phung
apapun niat refina,, semoga gagal
░▒▓█►─═HeSideMySelf ═─◄█▓▒░
baru baca lagi/Chuckle/setelah banyak rudal berjatuhan di daerah tempat tinggal ku
Dinda Putri
kasian juga sma claira semoga babynya selamat
up terus thor
Dinda Putri
karenin suami yg hebat🥺🥺
Linda Liddia
🤣🤣🤣 apa yg lo tanem itu yg lo tuai..bahagia gak yg ada tersiksa lahir batin..Udh Ethan gak cinta eh malah maksa nikah sm ethan
Dinda Putri
semangat up thor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!