Keinginan untuk dipeluk erat oleh seseorang yang dicintai dengan sepenuh jiwa, merasakan hangatnya pelukan yang membungkus seluruh keberadaan, menghilangkan rasa takut dan kesepian, serta memberikan rasa aman dan nyaman yang tak tergantikan, seperti pelukan yang dapat menyembuhkan luka hati dan menenangkan pikiran yang kacau, memberikan kesempatan untuk melepaskan semua beban dan menemukan kembali kebahagiaan dalam pelukan kasih sayang yang tulus.
Hal tersebut adalah sesuatu yang diinginkan setiap pasangan. Namun apalah daya, ketika maut menjemput sesuatu yang harusnya di peluk dengan erat. Memisahkan dalam jurang keputusasaan dan penyesalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss Anonimity, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 2 : Murid Baru Yang Mempesona
"Kepada Para Penumpang yang terhormat, kita akan Tiba di bandara dalam waktu 30 menit, diharapkan tidak ada barang yang tertinggal, ketika meninggalkan pesawat, sekian terima kasih."
Huft...Semuanya dimulai lagi Untuku. Setelah kehidupan menyedihkan yang sudah kuhapus di jepang. Kini aku harus memulai semuanya lagi di Negara ini. Fonix Alverio Tantra, Itu adalah namaku. Umurku mungkin bisa di bilang sangat muda, Tapi kehidupan yang kujalani, membuatku harus dewasa lebih cepat. Aku adalah seorang putra tunggal dari keluarga Tantra. Ayahku adalah seorang pemimpin Yakuza yang paling di segani di jepang. Bisa kalian bayangkan? Kehidupan ku seperti apa? Sejak kecil aku sudah di didik Untuk menjadi seseorang yang kuat. Saking kerasnya didikan ayahku, aku bahkan tidak sempat Untuk menjalani masa remajaku seperti kebanyakan orang. Aku bahkan Tidak tau arti dari remaja yang sebenarnya. Remaja yang kutau, adalah masa dimana Sebuah rasa yang di sebut 'jatuh cinta' itu tumbuh.
Aku Tidak pernah merasakan yang namanya jatuh cinta, Bukan berarti aku tidak normal. Wajahku sangat tampan jika kalian bisa melihatnya. Tapi tidak ada satupun Gadis yang mau jadi pacarku. Alasannya....adalah karena mereka takut dengan orang tuaku. Setiap hari aku selalu merasa seperti di 'untit'. Di awasi, dan itu membuatku benar benar tidak nyaman. Setelah muak dengan Hal itu, Aku memutuskan Untuk kabur sendiri ke negara yang orang Bilang adalah 'Land of a thousand islands ( Negeri seribu pulau )'. Dengan uang yang sudah ku tabung tanpa sepengetahuan orang tuaku, Aku bertekad untuk memulai semuanya di sini.
Bruumm
Ckit
Yah, negara ini ku akui sangat indah. Meski Mungkin sangat macet. Seperti saat ini, Aku harus rela menunggu di dalam 'taxi' sampai jalanan kembali lancar. Tidak masalah untuku, Aku adalah orang dengan kepribadian 'introvert' yang Tinggi. Menunggu seperti ini bukan Hal yang membosankan. Aku sedikit melirik pada suasana Ibu kota yang begitu ramai. Tidak Heran karena ini Adalah hari tersibuk di setiap kota di negara manapun. Ketika menunggu di dalam mobil seperti ini, Aku selalu suka menyandarkan kepalaku di kaca jendela. Menilai dalam diam, suasana kota yang riuh rendah. menggema serta berseliwer setiap kendaraan.
"Masnya Bukan Orang Kota A ya?." Tanya si supir taxi tiba tiba. Mungkin karena takut penumpangnya bosan, si supir taxi berinisiatif Untuk mengobrol. Meski, aku sendiri tidak terlalu nyaman mengobrol seperti ini.
"Iya". Jawabku singkat.
"Masnya pasti dari jepang ya?." Aku mengerutkan kening. Dari mana supir taxi ini tau? Apakah karena wajahku yang terlihat lebih ke jepang-jepangan?
"Darimana bapak tau?" Tanyaku memastikan.
"Soalnya, Muka masnya ganteng banget, kayak orang jepang gitu." Ucap si supir taxi.
Aku hanya mengacuhkan ocehan si supir taxi dan menjawab sekenanya saja.
Jalanan terlihat lancar kembali, setelah menunggu kurang lebih selama setengah jam. Taxi yang ku tumpangi Tiba di sebuah apartemen mewah, di daerah Elit. Setelah membayar taxi, Aku masuk kedalam Untuk menemui Om Agra. Sebenarnya di Negara ini, Aku mengenal seseorang Pengusaha kaya bernama Agra Wijaya, orang yang menjadi sahabat ayahku. Tapi sifatnya sangat bertolak belakang dari ayahku. Jika ayahku adalah orang yang keras dan Tidak menerima Toleransi, lain Halnya dengan sahabat ayahku ini. Dia orang yang sangat lembut dan hangat. Dia juga yang menjadi tempatku untuk berkeluh kesah ketika Aku benar benar tertekan dengan semuanya. Dan dia Juga yang membantuku Untuk kabur dari jepang, tanpa sepengetahuan ayahku.
"Atas nama Fonix Alverio Tantra?". Tanya petugas resepsionis.
"Benar". Ucapku.
"Silahkan, ini kunci unit anda." Ucapnya, memberikan sebuah kunci yang menjadi kamar Unit yang sudah di beli oleh Om Agra. Aku menekan tombol lantai di Lift, beruntungnya di dalam lift tidak Ada siapapun. Jadi aku Tidak harus terganggu. Saat pintu lift Hampir tertutup, seorang pria yang seumuran dengan ayahku, tiba tiba berlari ke arahku, Bisa ku tebak kalau orang itu meminta untuk masuk. Aku menekan tombol lift dengan segera, Pintu lift kembali terbuka dan pria itupun berhasil masuk dengan terengah engah.
"Huft, makasih ya" Ucap pria itu.
"Sama-sama om." Ucapku.
"Kamu Bukan orang Sini?". Tanya pria itu lagi.
"Iya, saya baru datang dari jepang." Ucapku.
"Oh, orang jepang. Tapi logat bahasa kamu lancar banget ya".
"Saya sudah terbiasa dengan bahasa negara ini."
"Oh, kamu sekolah dimana?"
"Academy 48." Ucapku. Biasanya aku tidak terlalu nyaman mengobrol panjang lebar seperti ini. Tapi mungkin karena Aura pria di sampingku ini membuatku nyaman, Aku tidak keberatan Untuk menemaninya mengobrol.
"Wah, putri saya juga sekolah di sana. Dan juga kalian sepertinya seumuran. Mungkin nanti Bisa jadi teman."
"Semoga saja." Ucapku. Menjadi teman? Apakah itu mungkin? Aku bahkan tidak tau Caranya berteman itu seperti apa. Satu satunya Hal yang ku Anggap teman adalah Novel yang sering ku baca.
Ting
Pintu lift terbuka di lantai yang Ku tuju, Tidak sopan rasanya jika aku Tidak pamit pada pria yang mengajaku mengobrol sedari tadi. Aku membungkukkan badan dan berpamitan pada pria itu.
"Om belum tau nama kamu." Ucap pria itu sebelum kakiku melangkah ke luar lift.
"Fonix". Ucapku singkat.
"Fonix? nama yang bagus.". Ucap pria itu tersenyum sebelum pintu lift sempat tersenyum.
Meski sedikit aneh, Aku tidak memperdulikannya, Aku mencari pintu unit yang sesuai dengan Kunci yang ku Miliki.
"207, 208, 20...ini dia"
Ckrek
Lumayan luas, ketika Aku sudah masuk kedalam. Aku tidak berharap apartemen-nya akan sebagus ini. Berada di lantai yang cukup tinggi, dengan tambahan balkon yang mengarah ke tengah Kota. Cukup menjadi seleraku. Aku bisa sesekali membaca novel sembari mengintip keramaian Kota. Mentari di negara ini, tidak kalah cantik dari negeri matahari terbit. Sepertinya Om Agra belum Pulang Dari kantornya. Aku mengirimkan pesan, yang memberitahu Om Agra kalau aku sudah sampai.
Fonix : Om Agra, aku sudah tiba di apartemen.
Read
Cukup lama aku menunggu, masih Tidak ada balasan. Bisa kupastikan kalau Om Agra sedang sibuk sekarang. Aku membereskan pakaianku, meletakannya dengan Rapi, dan pergi ke kamar mandi. Perjalanan antar negara membuat tubuhku lengket.
...***...
Ckrek
Seorang pria yang sudah berumur, namun masih menyisakan ketampanan dan ketegasan di wajahnya, masuk kedalam Unit apartement yang dihuni Fonix. Pria itu seperti mencari sesuatu. Dia mendengar kucuran air dari kamar mandi, setelah menemukan orang yang dia cari sedang mandi, Pria itu duduk dengan santai di sofa ruang tengah.
Ckrek
Tidak lama pintu kamar mandi terbuka. Menampakan Fonix yang mengenakan celana pendek dengan kaos putih polos, dan handuk putih yang menutupi kepalanya. Fonix menatap Orang yang sedang duduk santai di sofa, dan menghampirinya.
"Kapan Om datang?." Ucapnya.
Pria yang duduk di sofa itu berbalik, ketika mendengar suara dari belakangnya.
"Baru saja, bagaimana perjalanannya..lancar?".
"Begitulah, Tapi sebenarnya om tidak perlu repot-repot membelikanku semua ini. Uang tabunganku masih cukup." Ucap Fonix.
"Simpan saja uang itu. kamu tau sendiri, Om sudah menganggap kamu sebagai anak om sendiri. Ayah kamu itu memang sangat keras, Tapi itu juga demi kamu.". Ucap Agra.
"Hah~ Entahlah." Ucap Fonix lemas.
"Om sudah mendaftarkan kamu ke akademi, jadi besok kamu sudah bisa mulai masuk." Ucap Agra.
"Aku berterimakasih atas semua bantuan om. Aku tidak tau bagaimana cara membalasnya."
"Yaampun kamu ini, tidak perlu kaku seperti itu."
"Om ada urusan lain, jangan lupa siapkan peralatan sekolahmu. Besok Om jemput."
"Aku tidak ingin terlalu merepotkan om, biar aku naik taksi saja." Tolak Fonix.
"Memangnya kamu tau, dimana tempatnya?" Fonix terdiam, benar yang di ucapkan Agra. Dia orang baru di sini. Bisa saja dia tersesat. Dan itu akan tambah merepotkan Agra. Tapi dia juga tidak enak, jika terus merepotkan orang yang sudah dia anggap lebih dari ayahnya ini.
...***...
"Om minta maaf, tidak bisa menjemput kamu. Tidak masalahkan kalau kamu Pulang naik taxi?." Ucap Agra.
"Tidak masalah Om." Ucapku. Itu lebih baik daripada harus terus merepotkan om Agra. Aku datang ke negara ini untuk memulai Hidup yang baru. Aku tidak bisa terus merepotkan om Agra. 'Akademi 48' itulah nama yang tertulis di Gerbang sekolah ini. Cukup luas dengan pemandangan yang Unik. Kenapa unik? Biasanya suatu sekolah tidak terlalu banyak tanaman yang menghiasinya. Dan hanya fokus pada infrastruktur saja. Tapi sekolah ini berbeda. dari mulai masuk pintu gerbang, mataku sudah di suguhkan dengan pemandangan yang menakjubkan. Tanaman di sekolah ini sedikit mendominasi dengan warna Hijau bercampur bunga bunga yang indah. Semua tanamannya di rawat dengan baik dan di ukir sedemikian rupa. Selain gedung-gedungnya yang lumayan banyak, sekolah ini seperti berkonsep pada keasrian dan ke-estetikan, yang akan memanjakan siapa saja yang masuk ke sini.
...***...
"Fonix Alferio Tantra?"
"Benar pak?"
"Kamu pindahan dari jepang ya, lumayan jauh juga." Ucap seorang yang ku ketahui bernama Harlan, pria yang menjabat sebagai kepala sekolah.
"Tuan Agra sudah menitipkan kamu ke saya. Jadi kamu tenang saja. Semoga kamu betah di sini ya." Ucap pak Harlan sembari tersenyum.
Seiring langkahku di koridor, aku sedikit melirik ke seluruh kelas yang bisa ku lihat dari kaca jendela. Maklum saja, saat aku datang bel pertama berbunyi. Para murid sedang fokus dengan kegiatannya. Meski aku tau di dalam pikiran mereka ingin segera berlari keluar dari kelas yang membosankan.
"Kamu tunggu dulu di sini, nanti setelah Saya panggil baru kamu masuk." Ucap pak Harlan ketika sudah Tiba di salah satu kelas. Aku mengangguk mengerti.
Kriett
"Selamat pagi anak anak....."
Aku hanya acuh saja. Aku mendengar pak Harlan mengucapkan beberapa patah kata di dalam. ' 13X ' Nama yang Unik untuk sebuah kelas. Sekolah ini memang sangat berkelas.
"Masuklah!"
Setelah Pah Harlan memanggilku, langkah kakiku dengan ringan masuk kedalam kelas. Bisa kulihat, kelas ini terisi oleh banyak murid. Aku mendapatkan tatapan memuja dari Para gadis di kelas ini. Sudah tidak aneh untuku. Tapi entah kenapa, Dari sekian banyak Gadis di kelas ini, mataku tertuju pada seorang gadis yang duduk di dekat jendela. Gadis berambut Hitam pekat, dengan wajah Oriental. Mata Hitamnya, sangat indah. Dia Juga menatap ke arahku. Dan entah kenapa, tatapan kami terasa terkunci. Aku mencoba Untuk tersadar, dan menatap mereka semua dengan tampang datarku.
"Fonix Alverio Tantra, salam kenal."