Entah apa yang membuat pernikahan yang baru berjalan tiga tahun hancur berantakan.Kakak kandungku yang menumpang sementara waktu dirumahku karna paska bercerai dengan suaminya,tega bermain api dengan ipar sendiri dibelakangku.
"Tega kalian..."ujarku.
"Maafin mas wan.Mas khilaf wanda."ujar irwan suamiku.
"Apa kurangku selama ini hah,dan kamu Ina sudah aku tampung malah jadi duri dalam pernikahan ku."ujar wanda menunjuk sang kakak yang bernama Ina.
Ina tidak menjawab sepatah katapun,dia hanya diam tertunduk mendengar apa yang adiknya ucapkan.
Kakak yang seharusnya mengayomi adiknya,ternyata menjadi duri dalam rumah tanggaku.Harusnyan dia bisa mengambil hikmah dari kegagalan rumah tangganya,ini malah menghancurkan rumah tangga adik kandungnya sendiri.
Entah mau dibawa kemana pernikahan antar irwan dan wanda selanjutnya?Apakah mereka mampu merajut kembali benang yang terlanjur kusut atau menyerah pada keadaan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
"Assalamualaikum, sayang. Wanda...Wanda kamu dimana , sayang?"teriak Irwan saat masuk rumah tapi tidak dilihat keberadaan istrinya.
"Waalaikumsalam,vga usah teriak - teriak kupingku masih bisa dengar. "jawab Wanda ketus.
"Maaf, sayang.Tadi aku ga liat kamu makanya aku teriak. "ujar Irwan cengengesan.
Irwan hendak mencium kening istrinya, tapi entah sengaja atau tidak Wanda menjatuhkan buku yang tengah di pegang tangannya. Sehingga ciuman Irwan mengenai angin saja.
"Cuih.. tak sudi aku dicium dengan bibir kotormu."umpat Wanda dalam hati.
"Lebih baik mas mandi sekarang. Keburu malam, kutunggu si meja makan. "ujar Wanda meninggalkan suaminya yang masih diam berdiri di tempatnya semula.
Irwan merasa ada yang berbeda dengan sikap istrinya. Biasanya istrinya begitu ceria menyambut kepulangannya, tapi tidak hari ini. Istrinya terkesan agak dingin.
Tak mau larut dengan pikiran yang menganggu, Irwan bergegas ke kamar mandi untuk bersih - bersih. Walau sebenarnya tadi ia sudah mandi tadi di hotel tempatnya memadu kasih dengan kekasih gelapnya. Daripada istrinya curiga lebih baik mandi sekali lagi. Senyumnya mengembang mengingat petualangan panasnya.
Selesai mandi dan berganti pakaian. Irwan menuju meja makan dimana sang istri sudah menunggunya dari tadi. Baru mau mendudukan bokongnya terdengar suara seseorang membuka pintu.
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam."Jawabku.
Seseorang tersebut berjalan kearah kami dengan senyum yang terkembang di bibirnya.
"Maaf kakak boleh gabung."tanya memandang aku dan mas Irwan bergantian.
"Silahkan "Jawabku malas.
Wanita itu langsung duduk didepanku dengan senyum yang tak pernah hilang dari bibirnya.
"Kayanya lagi bahagia banget, habis ketemu mantan atau ketemu selingkuhan."ucap Wanda sambil menyuap nasi ke mulutnya.
Irwan yang sedang mengunyah makananya tersedak karna kaget mendengar perkataan istrinya yang dinilai kelewatan.
"Wanda kok kamu ngomong kaya gitu sama mbak?maksudnya apa? Kamu ga senang kakak numpang disini."via menangis seakan akan dialah yang tersakiti disini.
Drama di mulai. Muak dan jijik melihat muka - muka penghianat. Perut Wanda terasa kenyang, selera makanya menguar entah kemana. Pintar mereka bersandiwara di depan aku, aku bukan wanita bodoh yang gampang kalian bodohi. Untuk saat ini lebih baik aku mengalah dulu, tunggu kejutan yang akan membuat kalian tidak punya muka lagi di depanku.
"Maafin Wanda ya, kak. Wanda pasti tidak bermaksud demikian. Kami tidak keberatan kakak disini kok." Irwan mewakili istrinya menjawab pertanyaan dari kakak iparnya.
"Wanda minta maaf! Jangan durhaka kamu."ujar Irwan dengan sedikit meninggikan suaranya.
" Malas." Wanda beranjak dari tempat duduknya meninggalkan dua orang manusia durjana yang tak tahu malu. Lama - lama bersama mereka seperti ini bisa - bisa emosiku meledak. Belum saatnya . Sabar....sabar....."Seringai Wanda.
"Wanda, kamu mau kemana? Wanda." teriak Irwan pada istrinya yang berlalu tanpa menoleh sedikitpun.
"Mbak, udah tenang ya, maafin Wanda. Udah jangan menangis lagi." ujar Irwan yang masih bisa didengar Wanda tapi Wanda sudah tidak mengambil pusing.
Di meja makan Irwan dibuat sibuk menenangkan kekasihnya. Yang masih terlihat menangis sesenggukan.
"Udah dong, sayang. Makan dulu nasinya, siapin tenagamu untuk besok." Ujar Irwan menatap genit kearah Ina. Ina tersenyum samar mendengar gombalan sang kekasih.
Sementara Wanda dikamar sakit menahan perih didada. Ingin rasanya mengungkap kebusukan suaminya dan kakaknya, tapi sebisa mungkin Wanda tahan demi menjalankan sebuah misi yang sudah ia rencanakan untuk menghancurkan kedua manusia durjana tersebut.
Bersambung
gda guna nya juga..sama2 muna juga..saling gengsi...yg perempuan gengsi di gedein