NovelToon NovelToon
Pembalasan Sang Naga: Rise Of The Unbroken

Pembalasan Sang Naga: Rise Of The Unbroken

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Yatim Piatu / Iblis / Kebangkitan pecundang / Epik Petualangan / Ruang Bawah Tanah dan Naga / Raja Tentara/Dewa Perang / Barat
Popularitas:17.4k
Nilai: 5
Nama Author: K-U-Gibran

Judul Alternatif: "Serpent's Vengeance: Rise of the Unbroken".
Selamat datang di dunia fantasi yang mempesona, di mana makhluk-makhluk mitologi hidup berdampingan, dan dendam menjadi pengobar semangat dari petualangan epic yang tak terlupakan. Novel ini akan membawa Anda ke dalam kisah yang menggabungkan latar belakang kelam, aksi mendebarkan, dan perjalanan penuh tantangan.
Di tengah dunia yang penuh misteri, terdapat seorang pemuda bernama Faelan. Dia adalah seorang yatim piatu yang diasuh oleh seorang ayah angkat yang baik hati. Namun, kehidupannya hancur ketika orang-orang yang selalu mem-bully-nya memberikannya sebuah tragedi traumatis.
Kini, Faelan adalah pewaris kekuatan naga yang legendaris dan menjadi pemimpin "The Unbroken," sebuah kelompok makhluk mitologi yang bersatu dalam hasrat untuk membalaskan dendam naga kuno, the ancient dragon yang telah jatuh.
Sambutlah pertarungan epik yang tak terlupakan ini, di mana kegelapan dan cahaya serta dendam dan penerimaan menjadi satu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon K-U-Gibran, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pertemuan dengan Minotaur yang tak terduga

Perjalanan Faelan dan Elysia membawa mereka lebih dalam ke dalam hutan yang misterius. Mereka melewati pohon-pohon besar dan tebal, dan suara angin berdesir melalui cabang-cabang yang bergoyang di atas mereka. Mereka sedang menuju sebuah gua yang dulunya merupakan portal menuju dunia naga. Namun, ketenangan hutan itu tiba-tiba terputus oleh suara gema langkah berat.

"Ada sesuatu di depan, Fae. Berhati-hatilah!"ucap Elysia dengan suara berbisik-bisik, ia khawatir.

Mereka mendekati sebuah gua besar yang tersembunyi di antara pepohonan. Dan dari dalam gua itu muncullah Minotaur, makhluk setengah manusia setengah banteng yang menjulang tinggi dengan otot-otot besar dan dua tanduk tajam di kepalanya. Ia tak terlihat seperti makhluk liar. Sebaliknya, ia tampak menggunakan armor perang yang lengkap.

Tiba-tiba insting Minotaur itu aktif. Matanya melihat Faelan dan Elysia, dan dia menggonggong dengan keras sebelum melangkah maju.

Minotaur itu menatap tajam dengan mata yang merah dan berbicara dengan suara yang menggema, "Elf dan manusia dengan aroma naga. Kalian tak berhak berada di sini!"

Elysia kaget. Tidak seharusnya minotaur berada di hutan ini. Seseorang pasti mengutusnya. Ia memilih untuk terlibat membantu Faelan. “Fae, bersiaplah. Ini bukan lagi pelatihan. Minotaur adalah musuh yang tidak bisa kau lawan hanya dengan kemampuan fisik”

“Tunggu! Bolehkah aku mencoba sesuatu?” bisik Faelan.

Faelan lalu menjelaskan rencananya dengan singkat kepada Elysia.

“Baiklah, kalau memang itu maumu. Aku akan membantu dari belakang. Tapi, kalau sesuatu terjadi, aku akan langsung menghabisi Minotaur itu” ujar Elysia dengan tatapan tajam.

Faelan mengangguk. Ia lalu berteriak menuju ke dalaman hutan di belakangnya, “RAKKO! KEMARILAH!”

Dengan langkah berdebam yang berat, Rakko datang dengan berlari. Ia membawa pentungan besarnya.

“Iya, tuan. Jongosmu ini siap menerima perintah darimu” Rakko berlutut dengan satu kaki dan membungkuk.

“Lihatlah di sana! Kau harus mengalahkannya” Faelan menunjuk Minotaur yang masih berdiri di depan pintu gua.

Rakko menegok dari balik tubuh Faelan.

“APA?! Bagaimana mungkin seekor Minotaur bisa berada di hutan ini? Mampuslah aku” pekik Rakko. Sekarang ia bergidik ngeri. Ia tengah membandingkan ukuran tubuh Minotaur yang dua kali lipat lebih besar dari tubuhnya.

“Jadi, kau lebih memilih mati di tanganku dari pada melawan Minotaur itu?”

“Tidak, tuan. Tentu saja kau lebih mengerikan dari pada minotaur itu”

Faelan menatap tajam. Ia tampak tersinggung.

“Tidak. Maksudku kau jauh lebih hebat darinya” Rakko segera meralat kalimatnya.

“Ayo maju! Tunjukkan kenapa nyawamu pantas kuampuni. Aku juga akan ikut bertarung”

“Kenapa tidak bilang dari tadi, tuan? Kalau aku tahu kau juga akan ikut bertarung, maka sejak awal, pemenangnya sudah ditentukan”

“Hati-hati!” Elysia menyela. “Jangan sampai lengah. Dia bukan Minotaur biasa. Perlengkapan dan gaya bicaranya terdengar seperti ia sudah terlatih. Minotaur ini adalah suruhan seseorang”

Faelan mengangguk ke arah Elysia.

Elysia membalasnya sambil mulai merapalkan mantra.

“Sekarang!” seru Faelan.

Rakko dan Faelan lantas melesat maju menuju mulut gua.

Elysia mengikuti mereka dari belakang.

Minotaur berlari maju denga langkah-langkah yang berat. Dia mengayunkan gada besar dari batu yang dipegangnya dengan kuat, ia melolong melepaskan teriakan yang menggetarkan hutan.

Rakko menahannya dengan pentungan. “Keugh!” erangnya.

Hantaman Minotaur itu jauh lebih dahsyat dari pada yang dibayangkan Rakko. Kedua kaki gemuknya sampai merengsek masuk ke dalam tanah, seakan tanah bebatuan itu seperti lumpur yang lunak.

Faelan yang sedari tadi sudah meloncat kini menebaskan pedangnya ke arah kepala Minotaur itu.

Tsiiing!

Pedang Faelan menggores helm Minotaur yang terbuat dari metal hitam yang keras, menghasilkan kilatan

percikan api.

“Sialan! Keras sekali!” Faelan lalu memijak dadaMinotaur dan melompat mundur. “Elysia, Buff!”

Rakko mendorong gada Minotaur bersamaan dengan lompatan mundur Faelan.

Minotaur kini terdorong ke belakang.

“In the name of ancient power, with elements aligned this hour, Aurum, golden strength, arise, Grant me might, beyond the skies! Protect us!” Elysia merapalkan mantra buff Aurum.

Dari kedua tangan Elysia yang terlihat seperti sedang mendorong udara, keluar cahaya emas yang berkilauan.

Cahaya itu lantas terbang di udara dan mengaliri tubuh Felan dan Rakko.

Kedua petarung jarak dekat itu lalu merasakan sensasi yang luar biasa. Bersamaan dengan tubuhnya yang berkilauan, mereka juga dialiri dengan energi yang melimpah.

“Hahaha. Hebat juga kau telinga runcing” ujar Rakko sambil sibuk memperhatikan tubuhnya yang berkilauan.

“Jaga mulutmu, Rakko! Elysia itu mentorku!” Faelan menjitak belakang kepala Rakko.

Ting!

Terdengar suara berdengung seperti dua besi yang sedang bertumbukan.

“Waw! Ini benar-benar sesuatu!” Faelan menatapi kepalan tangan kirinya yang kini terasa ringan sekaligus kokoh secara bersamaan. “Ayo! Kita mulai lagi!” sambung Faelan sambil melesat melompat maju.

“Siap, tuan!” Rakko berlari dengan langkah berat sambil tertawa girang. “Sekarang, aku pasti akan melahapmu, banteng hitam!”

Sekarang pertarungan antar ketiga ras itu terlihat begitu sengit. Kilatan-kilatan cahaya dan dengingan menciptakan atmosfer yang mencekam di hutan yang gelap.

Faelan dan Rakko berhasil mendesak Minotaur ke dalam mulut gua.

Meskipun pelan, tapi sedikit demi sedikit life energy Minotaur itu mulai terkuras.

“Sialan!” Minotaur itu mundur dan mulai merapalkan sesuatu, “Dark Reinforcement!” pekiknya. Lalu kegelapan mulai merambat dan menyelimuti tubuhnya.

Kini setiap serangan Minotaur itu terasa jauh berbeda dari sebelumnya.

Faelan dan Rakko berkali-kali terpental dan membentur bebatuan gua. Setiap kali salah satunya terpental, maka yang lain akan bangkit dan menyerang kembali.

“Fae, Rakko! Kalau begini terus, kita akan kalah. Batasan waktu dari Buff Aurum sebentar lagi akan habis. Kalian harus mengakhiri ini dengan cepat” seru Elysia dari belakang.

“Kau berbicara seolah ini mudah. Kau tak tahu seberapa keras tubuh bajingan ini. Kenapa kau tidak ikut bertarung saja, dasar telinga lancip!?” Rakko meringis sambil berusaha menghempaskan bebatuan yang menimpanya.

“Tidak!” Faelan kini telah terpental mundur dan berdiri di samping Rakko, “Kalau kau ikut campur, pelatihan ini tidak akan ada artinya. Elysia! Penerangan! Lalu Buff berikutnya! Gunakan dua sekaligus!”

“APA?! PELATIHAN?” Rakko terbelalak heran.

Elyisa mengangguk dan mulai merapalkan mantra, “Lumos! Edge Shrapener! Agility Boost!”

Sepersekian detik, setiap dinding dan langit-langit gua dilimpahi cahaya terang. Ada begitu banyak partikel kecil yang menyala dan terus-terusan menyebar di sepanjang gua.

Pedang Faelan dialiri cahaya dan energi sihir yang kuat.

Setiap inci tubuh Faelan terasa sangat ringan.

“Ayo, maju Rakko!” seru Faelan.

“Hei telinga lancip, mana Buff-ku?” ucap Rakko, kesal.

“Diam kau jongos! Di sini aku pemeran utamanya!”

“Hehe. Tentu saja, tuan!”

Mereka berdua lalu melesat maju.

Faelan sampai lebih dahulu.

Minotaur menghantamkan gadanya ke arah Faelan yang hanya seukuran pinggangnya.

Debu memenuhi tanah tempat Faelan berdiri.

Tapi Faelan sudah tak di sana lagi.

Minotaur mendongak.

Faelan sedang berada di langit-langit gua. Lalu dengan satu loncatan yang cepat, Faelan menebas dada Minotaur itu.

Darah hitam yang segar mengalir dari dada Minotaur. Sekilas, tampak kegelapan yang menyelimutinya tersingkap, lalu kegelapan itu kini pelan-pelan menyatu kembali, berusaha menutup sobekan yang ada di dada Minotaur.

“ARRRRRRGHH! MANUSIA SIALAN!” teriak Minotaur. Matanya kini tampak mengeluarkan kilatan cahaya merah yang pekat.

Rakko menghantam lutut Minotaur. Minotaur itu sekilas tampak goyah. Lalu dengan tatapan menyala, ia mendesis ke arah bawah, ke arah Rakko yang seolah sudah sadar bahwa ia baru saja membuat Minotaur itu semakin kesal.

“Oh, ****!” Rakko mendongak pasrah.

Lalu sebuah ayunan gada yang kuat menghantam Rakko.

Rakko kini terpental dan membentur dinding gua dengan begitu dahsyat. Rakko terhimpit di antara bebatuan besar dinding gua.

“Aku akan berhenti bermain-main” ucap Minotaur sambil melepaskan gada besarnya, “Double dark reinforcement! Release Dark Spell! Beak the limit! Unchain Dark Mater!” Minotaur sampai bergetar ketika menyelesaikan setiap mantranya.

Sebuah ledakan energi yang dahsayat membuat dinding gua bergetar hebat. Lalu berbagai macam kilatan hitam keluar dari tubuh Minotaur itu. Seluruh kepekatan itu seperti merayap dan mengelilingi tubuhnya.

“FAE! MUNDUR! INI BERBAHAYA!” Pekik Elysia dari belakang.

Elysia maju dengan begitu cepat sambil terus-terusan menggumamkan mantra.

Elysia berusaha menyerang Minotaur.

Beberapa kilatan sihir jarak jauh Elysia menghujam Minotaur.

Tapi, kegelapan yang mengelilingi Minotaur itu menyerap sihir Elysia begitu saja.

“Light Reinforcement!” Elysia menendang dada Minotaur.

Minotaur tak bergerak sedikitpun.

Justru sihir penguatan tubuh yang mengelilingi Elysia terserap ke dalam partikel hitam.

Dengan tatapan menyala penuh terror, Minotaur meremas kaki Elysia dengan sangat keras.

“Arrrrrghh!” Erang Elysia.

Setiap sendi-sendi dan tulang kaki Elysia patah dan mengeluarkan bunyi gemelatuk yang mengerikan.

Minotaur lalu menghempaskan tubuh ringan Elysia.

Elysia menghantam sebuah batu besar. Ia bersandar dengan lemah. Seluruh tubuhnya terasa remuk.

“ELYSIAAAAA!” pekik Faelan.

Kejadian itu begitu cepat sampai-sampai Felan tak bisa mengikutinya dengan matanya.

Faelan meraih tubuh Elysia yang sudah lemah lunglai.

“Ini bukan apa-apa. Tenanglah anak muda!” bisik Elysia. Ia berusaha tersenyum dengan segenap tenaganya yang tersisa.

Elysia meletakkan tangannya di dada, “Heal!” Elysia merapal dengan suara yang lemah.

Tidak ada apapun yang terjadi. Sial! Kenapa harus sekarang!? Batin Elysia.

Faelan bergidik ngeri. Ia tahu kalau Elysia berbohong kalau dia tidak apa-apa.

“Pergilah, Fae! Selamatkan dirimu!” ujar Elysia dengan suara yang lemah.

Faelan masih setengah sadar. Pikirannya sedang berkecamuk. Untuk sekali lagi, ia akan kehilangan seseorang yang ia sayangi.

“FAE! Dengarkan aku! Dunia ini lebih membutuhkanmu dari pada aku! Larilah! Seorang pahlawan tak boleh mati di awal cerita, atau dunia ini akan jatuh dalam kegelapan untuk selamanya. Kau adalah satu-satunya harapan!” teriak Elysia.

Teriakan Elysia membuat Faelan tersadar.

Tatapan Faelan terlihat aneh. Seperti tatapan seorang prajurit yang mengalami Thousand Yard

Stare.

“Tidak! Aku tak akan lari lagi! Kalau menyelamatkan orang terdekatku saja aku gagal! Lalu bagaimana aku akan menyelamatkan dunia ini? Begitukah pahlawan yang diinginkan dunia ini?! Setidaknya aku tidak begitu. Aku tidak akan seperti itu lagi!” Faelan maju dengan tatapan tanpa ekspresi.

“Fae, tunggu!” Elysia berusaha menggapai Faelan dengan tubuh remuk yang berlumuran darah.

Elysia gagal menahannya.

Liontin Faelan mulai bergetar.

Lalu...

Dengan kecepatan yang tak terbayangkan, Faelan melesat, hanya menyisakan kumpulan debu dan jejak kaki yang membentuk lekukan di lantai gua.

(Bersambung)

1
fia
Menepati janji
Lumayan seru
K-U-Gibran: terimakasih atas kerjasamanya. feedback anda akan sangat membantu. 😇😇😇
fia: iyain aja yang paling favorite
total 7 replies
Nino Ndut
lemah bener yak plus kebanyakan gaya tp wajarlah..namanya bocah..yg g wajar tuh setelah melewatin masa suram dari kecil tp masih bisa gegayaan padahal aslinya masih sangat lemah
K-U-Gibran: Aku sebisa mungkin menghindari biar MC-nya nggak naif. Yaaa tapi kalau di awal sih enggak apa-apa, biar bisa jadi pembelajaran dia ke depannya nanti. Btw, makasi ya dah komen. Suka deh kalo ada yg komen macam begini.👍🙏🙏
total 1 replies
Dont.Judge.Me
ok thor. semangat trus!
Dont.Judge.Me
thor, kapan update lagi?
K-U-Gibran: dear reader, nanti jam 12 malem ya upnya 🙏🙏
total 1 replies
🪷🍾⃝ʙᴀʙͩʏᷞ ɢᷰᴇᷠᴍᷧᴏʏ𝓐𝓷𝓷𝓪࿐
semangat Thor
K-U-Gibran: siapp!
total 1 replies
🪷🍾⃝ʙᴀʙͩʏᷞ ɢᷰᴇᷠᴍᷧᴏʏ𝓐𝓷𝓷𝓪࿐
mampir thoe
☠ᵏᵋᶜᶟ🔵🍾⃝ͩ⏤͟͟͞RᴇᷞᴛͧɴᷠᴏͣW⃠🦈
semangat terus untuk berkarya
K-U-Gibran: siaaapp!! 🦾🦾
total 1 replies
Dont.Judge.Me
semangat terus thor! gws.
Dont.Judge.Me
Yah. udah mentok aja.
Dont.Judge.Me
Gas terus Thor.
Dont.Judge.Me
Thoooooor, mana yg ke-8.
Dont.Judge.Me
😭😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!