[Spin-off Tawanan Ceo Liar]
Ciara harus menerima kenyataan bahwa hidupnya kini berada dibawah pengaruh Davin alias pamannya, sejak kejadian di apartemen kala itu Ciara sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain menuruti perkataan pamannya.
Davin memang berhasil menjebak Ciara, ia menikmati tubuh gadis itu dan merekam kegiatan panas mereka sehingga dirinya bisa mengancam Ciara.
Awalnya Ciara merasa marah dan emosi pada Davin, tapi lambat laun sentuhan yang diberikan Davin padanya berhasil membuat Ciara luluh. Hingga suatu hari Davin juga berhasil memiliki Ciara seutuhnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon patrickgansuwu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Bukan pacar
Ciara diantar pulang ke rumah oleh Davin, gadis itu turun dari mobil dan berniat langsung masuk ke dalam. Namun, Davin mencekal lengannya seolah tak mengizinkan Ciara untuk pergi. Davin meminta Ciara untuk tetap disana, sebab ia ingin berbicara dengan gadis itu.
"Tunggu dulu sayang, om mau bicara sama kamu!" ucap Davin.
"Apa lagi sih om? Gak cukup ya kita udah bicara panjang lebar tadi? Aku rasa gak ada yang perlu kita obrolin lagi deh," ujar Ciara.
"Masih ada, dan om mau kamu dengerin om. Nurut aja sama om ya sayang?" bujuk Davin.
"Huft, om mah nyebelin! Kenapa sih om jadi pemaksa kayak gini? Mana om Davin yang dulu aku kenal?" ucap Ciara.
"Ini saya yang sebenarnya Ciara, selama ini saya hanya berakting di depan kamu," ucap Davin.
Ciara terbelalak, ia hendak melepaskan diri dari pegangan tangan pamannya tetapi gagal sebab Davin justru mengeratkan genggamannya dan membuat Ciara pasrah saja. Davin kemudian memeluk Ciara dan mengecup lehernya, gadis itu sedikit kaget namun tidak berani protes.
Davin pun terus melakukannya sembari berbicara hal-hal intim, tentunya Ciara merasa risih dengan itu dan ia rasanya ingin segera pergi dari sana. Apalagi saat tangan Davin mulai merayap ke bagian atas tubuhnya, sepertinya pria itu sudah bergairah dan ingin mengulangi kegiatan semalam.
Tak lama kemudian, sebuah mobil muncul di dekat mereka. Davin sontak menghentikan kegiatannya karena tahu yang datang adalah Galen, ia tak mau urusannya jadi sulit kalau Galen tahu apa yang ia lakukan pada Ciara. Davin juga meminta Ciara bersikap biasa-biasa saja saat di depan Galen nanti, Ciara hanya bisa menurut karena tak ingin videonya tersebar.
Galen keluar bersama Tiara, keduanya tersenyum lalu bersalaman dengan Davin yang berdiri di samping Ciara. Sedangkan Ciara merasa gugup ketika Galen menatapnya, ia berusaha keras untuk bersikap tenang tetapi itu sangat sulit dilakukan sebab ia terus merasa tertekan.
"Ciara, akhirnya kamu pulang juga. Semalam kamu nginep di apartemennya om Davin?" ucap Galen.
"Eee i-i-iya kak, om Davin yang minta aku nginep disana. Soalnya semalam tuh udah terlalu larut, jadi om Davin gak mau aku pulang kemalaman," jawab Ciara.
"Ya Galen, tapi kamu tenang aja karena om jagain adik kamu dengan baik kok!" sahut Davin.
"Ah iya om, aku percaya kok sama om. Kalo gitu ayo kita masuk dulu om!" ucap Galen.
Davin mengangguk setuju, kemudian mereka pun masuk bersama-sama ke dalam rumah. Disitu Davin sempat melirik keponakannya, seolah ia memberi kode pada Ciara dengan cara mengedipkan matanya. Ciara yang melihat itu langsung membuang muka.
Di dalam, mereka duduk di sofa dengan minuman yang baru saja disediakan oleh sang pelayan. Galen pun dengan senang hati mempersilahkan pamannya untuk minum, begitu juga pada Ciara yang terlihat masih gugup, jujur saja Galen curiga dengan sikap adiknya itu.
"Oh ya om, kenalin ini calon istri aku namanya Tiara! Kami tiga Minggu lagi akan menikah, nanti om datang ya?" ucap Galen.
"Pasti dong Galen, masa di nikahan ponakan om sendiri, om gak datang?" ucap Davin.
"Hahaha, makasih om. Omong-omong, om sendiri kapan nikahnya nih? Masa udah mau kesalip aja sama aku?" kekeh Galen.
"Ya kamu doain aja, paling sebentar lagi om juga nyusul kok. Om udah punya calonnya, tinggal nunggu waktu aja," ucap Davin sambil melirik ke arah Ciara.
Sontak Ciara menundukkan kepalanya, lagi-lagi itu membuat Galen merasa curiga.
•
•
Disisi lain, Leon datang ke rumah Tiara membawa kue pancong yang ia beli sebelumnya. Ia berniat menemui Nindi sang adik dari Tiara yang memang belakangan ini sedang ia dekati, ia sengaja datang agar bisa lebih dekat dengan Nindi. Leon sadar kalau perasaannya pada Nindi bukan hanya sekedar seorang sahabat.
Ia langsung saja mengetuk pintu, dan kebetulan Nindi sendiri yang membukanya. Leon pun tersenyum lebar menatap gadis di depannya, Nindi tampak cantik dengan balutan baju tidurnya. Walau Nindi merasa syok ketika melihat Leon yang hadir disana, ia spontan berbalik menghindari bertatapan langsung dengan pria itu.
"Hai Nindi! Loh, kenapa kamu malah balik badan? Kamu gak suka ya saya datang kesini temuin kamu?" heran Leon.
"Eh gak gitu kak, aku cuma malu aja ketemu sama kamu pake baju kayak gini. Apalagi aku gak dandan, pasti aku jelek banget kan kak?" ucap Nindi.
Leon mendekat dan membalikkan tubuh Nindi agar ia bisa menatap wajah gadis itu.
"Kamu jangan ngomong gitu dong Nindi! Bagi saya, kamu itu sudah cantik apa adanya, jadi kamu mau dandan atau enggak ya kamu bakal tetap cantik. Mulai sekarang, kamu harus percaya ya sama diri kamu sendiri!" ucap Leon.
"Ah aku gak percaya, paling ini cuma ucapan bohong kak Leon supaya aku senang kan? Padahal mah jujur aja kali kak, bilang gitu kalau aku emang jelek!" ucap Nindi.
Leon tersenyum dan mencubit gemas pipi Nindi tanpa sadar, "Kamu tuh susah banget dibilangin ya? Saya sudah bilang tadi, kamu itu cantik alami dan kamu gak perlu dandan juga udah cantik Nindi," ucapnya.
"Ih lepas kak, gak enak nanti kalo dilihat sama kak Rifka atau kak Tiara. Nanti mereka ngiranya kita ada apa-apa lagi," ucap Nindi.
"Oh iya, sorry sorry." Leon langsung menjauhkan tangannya dari wajah Nindi dan merasa tidak enak pada gadis itu.
"Tapi, emang di dalam ada Rifka sama kakak kamu?" tanya Leon penasaran.
"Cuma ada kak Rifka sih, tapi kan bisa aja nanti sewaktu-waktu kak Tiara pulang. Dia kan gak nentu pulangnya jam berapa," jawab Nindi.
"Oh gitu, omong-omong kalau misalnya diantara kita ada apa-apa, kamu emang gak mau ya?" ucap Leon dengan gugup.
"Umm, maksud kak Leon gimana ya? Aku gak ngerti deh," tanya Nindi kebingungan.
"Lupakan, anggap aja angin lewat. Terus saya boleh masuk apa enggak nih?" ucap Leon.
"Ya boleh dong kak, masa ada tamu datang malah gak diizinin masuk? Yuk kak kita lanjut bicara di dalam aja!" ajak Nindi.
Leon mengangguk, kemudian mereka pun melangkah masuk ke dalam dan duduk di sofa. Lalu, Rifka yang baru selesai memasak di dapur pun muncul dan terkejut ketika melihat Nindi sudah bersama Leon disana. Akhirnya Rifka pun bergerak menghampiri kedua orang itu.
"Wah wah wah, siapa nih yang datang? Makin lengket aja kalian ini, jadi iri aku lihatnya. Kapan ya aku bisa punya pacar juga?" ujar Rifka.
"Apaan sih kak? Aku sama kak Leon gak pacaran, kami cuma teman. Ya kan kak?" elak Nindi seraya menatap wajah lelaki di sebelahnya.
Leon kembali mengangguk walau dengan sedikit rasa tidak terima di dalam hatinya, jujur ia ingin Nindi menyebutnya sebagai seorang kekasih karena itu adalah hal yang sangat ia dambakan.
...~Bersambung~...
...JANGAN LUPA LIKE+KOMEN YA GES YA!!!...
tapi papa tirinya ini juga kok gitu ya😅😅