Karena kejadian di malam itu, Malika Zahra terpaksa harus menikah dengan pria yang tidak dicintainya.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan bocah bau kencur!" gerutu seorang pria.
"Argh! kenapa aku harus menikah dengan pak tua!" Lika membalas gerutuan pria itu. "Sudah tua, duda, bau tanah, hidup lagi!"
"Malik! mulutmu itu!"
"Namaku Lika, bukan Malik!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aylop, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bawa Dia
Di minggu pagi yang cerah, Lika bangun dan bergegas mandi. Ia akan lembur hari ini.
"Pagi Bunda, pagi Caca." Sapa Lika pada wanita paruh baya yang sedang memasak dan adik perempuannya yang berusia 17 tahun.
"Lembur, Ka?" Tanya Bunda. Setiap hari libur Lika selalu masuk kerja.
Lika mengangguk sebagai jawaban.
"Oh iya, ini Bun!" Lika menyerahkan beberapa lembar uang pada bundanya.
"Tidak usah. Kamu simpan saja!" Tolak Bunda. Tiap bulan Lika selalu memberinya.
"Sudah ada yang Lika simpan, Bun." Ucapnya tetap menyodorkan uang tersebut.
"Kalau bunda tidak mau untuk Caca saja!" Ucap adiknya. Dari tadi melihat bunda dan kakaknya saling oper-operan uang.
"Bunda!" Lika pun meletakkan di tangan Bunda, ia tidak mau ditolak terus. Setiap bulan jika ia memberi, selalu begitu.
Bunda pun tidak bisa menolak dan terpaksa menerima.
"Kak!" Caca mengadahkan tangan. Ia ingin diberi juga.
Lika memberikan selembar dan membuat senyum melebar gadis remaja tersebut.
"Terima kasih kak Lika yang cantik baik hati dan tidak sombong." Puji Caca dengan kegirangan. Ia selalu dapat jatah bulanan dari kakaknya.
Lika mendengus, ia dipuji-puji adiknya jika sudah diberi uang. "Ini!"
"Kak Lika mau minum apa? Mau dikipas? Pijat?" Caca jadi makin bersemangat, Lika menambah uang sakunya lagi. Benar-benarlah kakaknya itu baik hati sekali.
Bunda tersenyum melihat Lika yang mau berbagi pada adiknya. Lika tidak pelit pada adiknya.
"Lika, kapan Boni akan melamar kamu?" Tanya Bunda ingin tahu. Sudah cukup lama hubungan Lika dengan kekasihnya itu.
"Iya kapan, kak?" Caca juga ingin tahu. Ia kini sedang memijat punggung Lika.
"Rencananya dalam tahun ini, Bun." Jawab Lika dengan wajah malu. Membahas pernikahan membuatnya jadi berdebar-debar dan gugup juga.
"Semoga rencana kalian berjalan lancar. Bunda ingin melihat kamu dan Caca bahagia." Sebagai orang tua ingin kebahagiaan anak-anaknya.
Lika dan Caca mengaminkan segera. Bunda selalu mendoakan mereka.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Lika menguap panjang, ia telah keluar dari gerbang dan berjalan menuju halte. Akan menunggu bus di sana.
Sambil jalan sambil merentangkan tangan. Tubuhnya terasa berat dan letih setelah lembur. Dalam bulan ini, Lika hanya sekali libur.
'Semangat untuk masa depan!' Batin Lika menyemangati diri sendiri. Ia harus berjuang, mumpung masih muda dan kuat.
"Tunggu!!!" Teriak Lika saat melihat bus dan ia segera berlari mengejar. Tidak boleh ketinggalan, akan lama lagi menunggu bus berikutnya.
Kini Lika sudah berada di dalam bus, ia mengatur nafasnya karena tadi berlarian mengejar bus. Berlarian seperti itu saja sudah membuatnya berkeringat.
'Boni sedang apa ya?' Lika merindukan pria itu. Merindukan calon suaminya itu.
Ia pun mencoba menelepon, tapi panggilannya tidak terjawab.
'Apa ia lagi kerja ya?' batin Lika menatap layar ponselnya.
Boni pernah bilang jika panggilannya tidak terjawab, berarti ia sedang bekerja. Sedang sibuk bekerja untuk masa depan mereka.
'Cepatlah waktu berlalu!' Batin Lika yang ingin memutar waktu saja. Agar hari itu segera tiba, yakni hari pernikahan mereka. Jadi mereka selalu bertemu dan bersama selamanya, sampai ajal memisahkan.
Kini Lika telah sampai rumah. Ia segera membersihkan diri, setelah itu membaringkan tubuh di tempat tidur empuknya.
Tidak perlu waktu lama, Lika sudah nyenyak saja. Ia kini sudah di alam mimpi.
"Kak Lika, bangun!" Caca menggoyangkan tubuh sang kakak.
"Hmm." Jawab Lika masih dengan mata terpejam.
"Bangun, kak. Ini sudah pagi. Kakak tidak kerja?" Tanya Caca masih menggoyangkan tubuh Lika.
"Apa?" Mendengar kata pagi, Lika tersentak bangun. Ia melihat sudah pukul 6 saja.
Lika segera bangkit dan meraih handuk. Ia akan mandi dan berangkat kerja.
Beberapa jam kemudian, Lika makan siang dengan lahap di kantin. Ia makan dengan porsi yang banyak. Karena harus punya tenaga untuk bekerja dan menghasilkan uang.
"Semalam kamu jadi lembur?" Tanya Ratna ingin tahu.
Lika mengangguk pelan.
"Kamu kerajinan." Cibir Ratna. Lika terkenal sebagai pemburu lembur.
"Buat modal nikah, Rat."
"Bukannya itu urusan calon suami ya?" Ucap Ratna. Biasanya kan seperti itu.
"Akukan ingin membantunya juga. Karena ini rencana bersama." Jawab Lika. Semua tidak bisa dibebankan pada pihak pria. Karena ia juga menginginkan pernikahan impian.
"Jadi sudah banyaklah tabungan kalian?" Tanya Ratna kembali. Lika pernah cerita punya tabungan bersama.
"Lumayanlah, Rat." Jawab Lika seraya mengangguk. Tabungan mereka bisa untuk pesta pernikahan cukup mewah, meskipun tidak terlalu mewah. Karena Lika juga tidak mau terlalu sederhana, karena pernikahan hanya sekali. Jadi ia ingin yang wow. Ya walau tidak terlalu wow.
"Ka, bisa aku pinjam uangmu?" Tanya Ratna. Ia butuh uang untuk membayar hutang.
"Baru juga gajian." Lika merasa aneh. Baru juga gajian, masa sudah habis saja uang Ratna.
"Hutangku banyak, Ka." Ucap Ratna. Sebenarnya uangnya habis karena judol alias judi online dan ia kalah terus.
"Uangku tidak ada." Ucap Lika. Ia tidak bisa meminjamkan Ratna uang.
"Uang tabungan bersama kalian, aku pinjam dulu setengah. Tiap bulan aku angsur lah, Ka." Ucap Ratna. Ia menyarankan seperti itu.
"Tabungannya dipegang Boni."
"Kenapa dia yang pegang? Seharusnya kamu lah!" Ratna menggeleng. Di mana-mana wanita yang menyimpan uang.
"Kalau ia melarikan uangmu bagaimana?" tanya Ratna. Lika polos sekali.
"Tidak mungkin! Boni mencintaiku dan kami akan menikah!" jawab Lika dengan nada sinis. Ia tidak terima calon suaminya dianggap begitu.
Lika sangat mencintai Boni dan ia sangat percaya pada pria tercintanya.
"Semoga lah." Ratna tidak akan berdebat dengan orang yang lagi dimabuk cinta, karena sulit diberitahu dan dinasehati.
Makanya ada istilah, saat sedang jatuh cinta, t*i kucing pun rasa coklat.
"Ka, nanti malam temani aku yuk!" Ajaknya.
"Ke mana?" Tanya Lika.
"Temanku berulang tahun. Aku tidak punya teman untuk datang ke sana." Ratna menunjukkan wajah memelas.
"Makanya cari pacar, biar kamu tidak jomblo terus!" Ledek Lika. Temannya itu jomblo akut. Selama mengenal Ratna, tidak pernah melihat pacarnya.
Ratna hanya terkekeh saja. "Ka, ayo kita foto berdua!" Ajaknya.
Lika menunjukkan wajah seolah bertanya untuk apa.
"Kita kan tidak pernah foto berdua."
Lika mengangguk dan mendekat pada Ratna. Dan,
Jepret,
Jepret,
2 foto pun di ambil dari kamera ponsel Ratna.
"Sudah mau jam kerja, ayo kita masuk!"Lika melihat jam tangannya.
"Kamu duluan saja. Aku mau ke toilet sebentar." Ucap Ratna yang diangguki Lika.
Setelah Lika pergi, Ratna menekan-nekan ponselnya. Ia mengirim foto mereka ke seseorang. Foto Lika dilingkari berwarna merah.
08xx: bawa dia malam ini
Ratna: oke deal
Ratna tersenyum dan segera menyimpan ponselnya. Ia berjalan sambil bersenandung.
.
.
.
gmn hayo Lika, jadi gak minjem uang ke Evan untuk transfer Boni? 😁
Van, tolong selidiki tuh Boni, kalau ada bukti yg akurat kan Lika biar sadar tuh Boni hanya memanfaatkan dan membodohi nya doang
makanya jangan perang dunia trs, romantis dikit kek sebagai pasutri 😁