Bagaimana jadinya jika pernikahan yang telah dibina selama 10 tahun tak menghadirkan buah hati? Bagi sebagian orang itu sangat hampa. Tapi Bagi sebagian orang itu bukan masalah.
Seperti yang dialami pasangan suami istri, Agam dan Nisha. Mereka berdua seorang Dokter. Nisha terpaksa kehilangan rahimnya akibat kecelakaan 5 Tahun silam. Sampai sekarang Agam menerima itu. Cinta Agam pada Nisha tetaplah utuh. Namun Nisha malah mengambil keputusan, untuk mencari wanita yang mau melahirkan anak mereka lewat proses bayi tabung.
Bertemulah ia dengan Yasmine, seorang gadis muda berusia 25 tahun. Ia bersedia dengan tawaran Nisha. Namun saat harus mengandung anaknya Agam, ia malah memiliki perasaan pada adik kandung Agam yang mengalami redartasi mental,Lukka.
Mampukah Agam menepati janji setianya? Dan apakah Yasmine bisa menjaga perasaan Nisha?
Yuk, baca kisah mereka. Jangan lupa dukungan, kritik dan sarannya ya..😘😘❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon wulan_zai, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 7 : Dia Buta
"Ma..! Jaga ucapan Mama..! Tolong pikirkan perasaan Nisha. Sebagai sesama wanita seharusnya Mama tau bagaimana perasaan Nisha..!" Suara Agam menggema dirumah itu.
"Perasaan Nisha? Apa dia tidak memikirkan perasaanmu? Mama tau kau pun sangat menginginkan seorang anak. Ini memang salah Nisha, jadi sudah seharusnya Nisha bertanggung jawab atas keturunan keluarga kita."
Nisha menahan tangisnya disana. Lagi-lagi ucapan Ambar membuat luka baru di bantinnya.
"Kesalahan Nisha?" Agam semakin tersulut emosi. Ia tak terima Nisha disudutkan seperti itu.
"Kalau saja Nisha tak bersikeras pergi ke Turki, pasti kalian sudah memiliki anak sekarang! Mama kehilangan cucu mama, karena keras kepala nya Nisha!"
"Mama..," Ghani berusaha menghentikan Ambar, namun wanita itu pula terlanjur tersulut emosi. Ambar dan Agam memang satu watak yang sama. Keras kepala dan mudah terbawa emosi.
Nisha tak lagi berdaya untuk membuka mulutnya, ia terduduk lemas mendengar kalimat itu. Kenapa Ambar mengatakan hal sekeji itu? Diantara semua orang, justru dirinya lah yang paling merasa kehilangan.
"Salah Nisha? Ma, Nisha lah ibu dari janin yang hilang itu. Rasa sakit ku kehilangan janin itu mungkin tak sebanding dengan apa yang dirasakan Nisha. Apalagi mama, jadi jangan menyalahkan Nisha atas kejadian itu." Agam melolongkan tatapan legam kepada sang ibu.
"Siapa yang bersikeras ingin ke Turki? Kami sebagai orang tua bahkan sudah melarangnya, tapi kau terlalu memanjakan Nisha. Kau malah menuruti kemauannya..."
"Iya benar, salahkan saja Aku. Jangan Nisha..! Dia tidak bersalah, Ma..!"
"Tapi dia jadi tidak bisa memberikan keturunan, karena keinginan bodoh itu..!" Ambar masih saja memojokkan Nisha, tentu saja ia merasa ini semua salah Nisha. Karena setelah tau tak bisa memberikan keturunan lagi pun, bukannya meninggalkan Agam. Nisha malah mengurung Agam pada ikatan pernikahan hampa itu.
"Saat Lukka berusia 5 tahun, dia demam tinggi. Bukannya segera membawa Lukka kerumah sakit, mama malah mementingkan klien. Mama memberikan kopi untuk Lukka, padahal Papa sudah bilang kopi tidak bisa menurunkan demam. Keadaan Lukka yang sekarang... mau kah Mama, jika ku sebut Lukka mengalami Retardasi mental karena kesalahan Mama?! Seandainya Mama membawa Lukka tepat waktu untuk kerumah sakit, Lukka pasti tertolong. Tapi apa yang mama lakukan? Mama mementingkan klien itu dan membuat Lukka kehilangan kehidupannya..."
"Agam..! Jaga ucapan mu!" Ambar memekik, ia sudah hendak mengangkat tangan untuk menampar wajah Agam. Namun tertahan, saat Agam malah menatapnya amat tajam.
"Benar, mama tidak menyangka akan seperti ini kan? Tidak ada yang tau jika keinginan kita berdampak besar. Kita semua menginginkan yang terbaik. Begitupula dengan Nisha, Ma. Jadi berhenti menyalahkan Nisha..!"
Melihat kekacauan ini, Daniel merasa tak enak hati. Ia berdiri dan akan menasehati Nisha esok. Agar tak berpikiran pendek seperti itu.
"Ku rasa kalian hanya sedang terguncang, lupakan saja masalah ini. Nisha, Papa akan menganggap ucapanmu hanyalah..."
"Mas, kabulkan keinginanku. Atau ceraikan saja aku..." Ujar Nisha, membuat semua amarah, riuh dan tegang suasana hening seketika.
"Nisha..?" Lirih Agam dengan kedua matanya yang menyala. Apa yang diucapkan wanita itu? Apa selama ini Nisha menyimpan rasa hampa sendirian? Nisha selalu tampak bahagia, ia selalu ceria. Tapi kenapa hari ini, Nisha seolah menumpahkan semua rasa pahit itu kehadapan Agam.
Agam kembali duduk di sofa, begitu pula dengan Ambar. Tak ada satupun orang yang membuka suara, termasuk orang tua Nisha. Mereka semua sangat terkejut atas ucapan Nisha barusan.
"Kamu sengaja membuat permintaan konyol ini agar bisa cerai dariku?" Sergah Agam mengepalkan kedua tangannya.
"Aku sangat mencintaimu, Mas. Karena itu aku ingin pernikahan kita lengkap, dengan kehadiran buah hati, dari darah dagingmu sendiri." Tutur Nisha menunduk sayu.
Memang ia selalu disalahkan atas insiden kecelakaan itu. Memang mertuanya selalu menyinggung soal kekurangannya. Tapi mencari wanita pengganti, untuk melahirkan anak Agam, adalah keinginan Nisha sendiri.
Farah yang sedari tadi diam saja, berpindah duduk mendekati Nisha. Sebagai ibu tiri hubungannya dan Nisha memang canggung, namun mereka tetap berkomunikasi dengan baik.
"Kalau kau mencintai Agam, memangnya kau tidak takut wanita itu merebut Agam darimu?" Lirih wanita berusia 45 tahun itu.
"Aku percaya pada Mas Agam," Sahut Nisha yakin. Lihatlah, bahkan sampai sekarang Agam tak pernah berniat meninggalkannya.
"Mungkin kau percaya pada Agam, tapi bagaimana dengan wanita itu? Kau yakin dia bisa menahan diri untuk tidak menjadi benalu, antara dirimu dan Agam? Lihatlah suamimu, dia tampan dan memiliki segalanya. Wanita mana yang tidak akan tergila-gila pada pria seperti itu? Pikirkan lagi Nisha, bisa saja keputusanmu ini menjadi bumerang bagi pernikahan kalian."
"Papa setuju, wanita mana yang tidak tergiur oleh tampang dan kekayaan Agam? Kecuali wanita itu buta.."
"Dia memang buta.." Sambar Nisha. Entahlah apa yang ia ucapkan, pikirannya benar-benar sudah buntu. Ia seperti menghalalkan segala cara, agar Agam bisa memiliki anak.
"Lalu kau mau memiliki anak dari seorang wanita buta? Bisa saja kecacatannya itu menurun pada anaknya." Bantah Papa Nisha, ia sungguh heran dengan pikiran putrinya itu.
"Dia buta karena kecelakaan, jadi itu bukan kecacatan genetik, dan tidak akan menurun pada anaknya. Ibu wanita itu sempat koma selama 5 tahun, dan aku yang menjadi Dokternya. Tepat kemarin, ibunya meninggal dunia. Ia kesulitan membayar biaya Rumah Sakit. Ia sebatang kara dan terlilit hutang. Juga ia tak bisa berbuat apapun, karena dia buta. Untuk itu kami membuat kesepakatan, untuk saling membantu."
Agam mengusap kasar wajahnya, sejauh itu ternyata Nisha menginginkan seorang anak, dari wanita pengganti.
"Mas, tolong... Dia menyetujui proses bayi tabung. Tolong hargai keinginanku, untuk memiliki seorang anak dari mu.." Nisha benar-benar meminta kepada suaminya, untuk mengabulkan permohonan itu.
"Dia juga berjanji, akan pergi setelah melahirkan anak untuk kita." Imbuhnya seraya meremas kuat kepalan tangan Agam.
"Nisha..,"
"Mas, Aku sangat menginginkan anak darimu. Aku bahkan tidak bisa mewujudkan keinginanku sendiri, tolong..."
Remuk batin Agam melihat tangis Nisha berderai. Wanita malang itu harus menyakiti perasaannya sendiri, demi bisa mendapatkan seorang anak. Agam merasa tersudut, oleh situasi tak masuk akal ini. Ia bahagia hidup hanya dengan Nisha, sungguh ia tak menginginkan apapun lagi. Tapi ternyata Nisha tidak bahagia.
"Dia benar-benar buta?" Agam menghela nafas berat.
"Iya, Mas.." Angguk Nisha, ia terpaksa berbohong demi bisa memiliki seorang anak.
"Bawa dia kesini..." Ucap Agam dengan kedua rahang mengeras.
"Agam..?" Ghani terkejut, bagaimana bisa anak sulungnya itu mengambil keputusan gila ini?
Sementara Ambar tersenyum puas, akhirnya ia bisa memiliki cucu dari Agam. Hanya Agam lah satu-satunya harapan, penerus keluarga Dinansyah.
...~~...
"Buta...?!" Yasmine membelalak, saat mendengar cerita Nisha.
"Kenapa Anda mengatakan hal itu..?!" Tukas Yasmine.
Nisha mondar-mandir di depan meja kerjanya. Ia sedang menyusun skenario, agar Yasmine tetap bisa mewujudkan keinginannya.
"Kau hanya perlu berpura-pura buta, jarang ada orang di rumah. Jadi kau tidak perlu berakting sepanjang waktu. Sisanya aku akan mengurus dokumen rekam medis untukmu. Kita punya waktu seminggu, karena aku mengatakan kau sedang dalam perawatan. Kau harus mencaritahu apa saja yang biasa dilakukan orang buta."
"Sebentar.., aku tidak masalah jika harus berpura-pura buta. Tapi, bagaimana kalau suami dan keluarga anda tau aku hanya pura-pura? Bukankah orang kaya seperti kalian akan langsung memproses secara hukum?" Kedua manik coklat di bola mata Yasmine melebar. Ia sangat takut terjun kedalam skenario ini.
Nisha mengenggam kedua bahu gadis yang tengah bingung itu. "Aku yang akan menanggung akibatnya, kau hanya perlu melahirkan seorang anak untuk kami."
Dua wanita itu sama-sama saling meyakinkan diri, bahwa mereka bisa menyelesaikan misi ini. Toh tidak akan lama, setelah bayi lahir Yasmine bisa langsung terbebas dari segala tekanan hidupnya.
...***********...
cerai aja
no teras po hlman blkang smbil dlok sawah maak... mo pilih yg mna... hyuu... kumpulin sklian reiders yg lain biar rame... 😁😁😁
biar emak semngat... 💃💃💃😘😘😘