Takdir hidup memang pilihan, lalu bagaimana kalau takdir itu yang memilihmu?
"Disaat takdir sudah memilih mu, aku sudah siap dengan segala resikonya!"
Bekerja sebagai pengasuh anak berkebutuhan khusus, membuat Mia harus memiliki jiwa penyabar yang amat besar.
Bagaimana reaksi Mia, saat anak yang diasuhnya ternyata pria berusia 25 tahun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Defri yantiHermawan17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
SA BAB 7 Mandi
Tatapan Mia tertuju pada satu titik, Sang Pengasuh menelan saliva nya berkali kali, bahkan dengan gemas Mia menggigit handuk yang ada di tangannya, saat melihat Januar- Tuan Muda tampan rupawannya tengah asik bermain air didalam kamar mandi.
Pria bertubuh tinggi tegap itu begitu riang memainkan air sower sembari bertelanjang dada. Mia masih bersyukur Janu mau mendengarkan ucapannya tadi, Mia meminta Sang Tuan Muda untuk memakai boxer- tidak sampai telajang bulat.
"Janu? udah ya main air nya, nanti kalau kelamaan Janu bisa masuk angin. Ayo Mia mandiin, nanti ganti baju terus bobo," bujuk rayu maut penuh perjuangan seorang Almia Puspa Dewi.
Anak asuhnya yang tampan rupawan ini agak sedikit, merepotkan. Mia yang nota bene wanita normal, sangat terganggu dengan tubuh setengah telanjang milik Janu. Rasanya Mia ingin membungkus tubuh sempurna Sang Tuan Muda, dan tidak akan pernah lagi membukanya.
"Tapi Janu masih mau main, Mia," lirihnya.
Mia kembali menghela napasnya, ini sudah kesekian kalinya Mia membujuk Janu. Mia khawatir kalau pria itu akan sakit karena terlalu lama bermain air.
"Mia main sama Janu ya, ayo!" ajaknya.
Mia menggelengkan kepalanya, sembari mengibaskan kedua tangannya di depan dada. Mia menolak mentah mentah ajakan Januar, tidak mungkin dia harus bermain air didalam sana- kemungkinan besar dirinya bisa flue besok.
"Enggak, Mia enggak mau. Nanti Mia bisa sakit, kalau Mia sakit Janu main sama siapa? hayoloh main sama siapa? iya kan," Mia meringis saat mengatakannya, dia takut kalau Janu merengek atau menangis bahkan mungkin memaksanya.
Gadis berkulit putih itu menghembuskan napas lega, saat melihat Januar menganggukkan kepalanya. Mia bersyukur anak asuhnya yang tampan rupawan itu menurut.
"Janu juga enggak mau sakit. Nanti kalau Janu sakit Eyang sedih, terus Janu di suntik sama dokter. Janu enggak mau, Janu mau main sama Mia aja di sini!"
Mia melebarkan senyumannya, dengan cepat gadis itu mendekat pada Januar. Mia terlihat bersemangat sekarang, satu tangannya meraih sower dari tangan Januar. Dengan lembut dan telaten, Mia menyiram tubuh kekar milik Januar.
Mia membasahi rambut hitam tebal anak asuhnya, memberikan sampo, menggosoknya perlahan. Januar bahkan sampai terkikik geli, kala Mia menyabuni tubuhnya.
Lain dengan Mia, gadis itu mati matian menahan napas kala memandikan Januar. Baru pertama kalinya Mia memandikan seorang pria, terlebih pria ini sudah berusia 25 tahun- walaupun sifatnya masih seperti anak anak. Tapi bentuk tubuh dan onderdil dalamnya tidak mungkin seperti anak beusia 8 tahun.
"Janu?" panggilnya lembut.
"Emm- Mia mata Janu pedih. Ayo siram kepalanya!"
Mia tersentak, gadis itu buru buru menyiramkan air ke kepala Januar. Mia menelan salivanya susah payah, kala melihat Januar memejamkan kedua matanya- jakunnya naik turun seakan tengan menikmati guyuran air yang menimpa tubuhnya.
Bahkan saat ini Mia harus naik ke atas kursi kecil, untuk menyeimbangkan tingginya dengan Januar.
Tanpa sadar kedua sudut bibir Mia terangkat, tangannya yang bebas terulur untuk mengusap kepala Januar- membuat pria itu membuka kedua matanya. Mia sempat tersentak kala melihat Januar tersenyum tipis padanya, senyuman yang mampu membuat jiwa wanita tulennya meleleh.
"Janu kedinginan Mia," lirihnya.
"Ma-maaf, Mia kelamaan nyiramnya. Ya udah ayo Janu pakai handuknya, terus buka celananya!"
Mia yang terlihat sedikit panik segera membelitkan handuk yang ada di bahunya pada pinggang Januar. Wajahnya semakin memerah saat kedua matanya berhadapan langsung dengan perut rata berotot Januar. Mia ingin sekali memukul kepalanya saat ini, Januar benar benar tidak ramah untuk mata serta otaknya.
"Tapi Janu enggak bisa buka celananya, Mia bukain ya,"
Ucapan Januar berhasil membuat Mia semakin menjerit histeris didalam hatinya. Mia berharap, saat dia membuka celana boxer yang di pakai Januar, tidak ada hal yang bisa membuatnya pingsan untuk kedua kali.
'Tuhaaaann, ini cobaan atau apa?!'
**UTU UTU CINI AKU BUKAAIN CELANANYA DEDE JANU 😘😘😘😘
HOLLA MET PAGI EPRIBADEH
JANGAN LUPA LIKE VOTE KOMEN HADIAH DAN FAVORITNYA
SEE YOU NEXT PART MUUUUAAAACCHH**
perkara pertanyaan dari april (calon istri) yg buat jun salah paham karena mia ga jelasin detail.. masalah ny jadi melebar 😆😂😂
dari kulitnya, wajah, hidung, mata apalagi bibirnya..