Devan, Pemimpin bisnis raksasa ditunangkan dengan Danisa. Seseorang yang berasal dari desa. Orang mengira jika tunangannya yang bernama Danisa itu adalah wanita yang tidak memiliki pendidikan tinggi dan tidak berbudaya, gila, bisu, tidak pantas untuk bersanding dengan Devan yang notabene nya berasal dari keluarga kaya raya lagi terpandang.
Semua tuduhan yang di alamatkan padanya, Danisa terima karena ia juga memiliki suatu misi rahasia. Yaitu mengungkapkan sebuah kasus yang mengorbankan keluarga nya. Danisa yang mendapatkan ilmu bedah turunan sang nenek yang merupakan seorang legenda di dunia kedokteran, sudah berhasil mengoperasi banyak orang hingga sembuh seperti sedia kala. Sampai pada suatu hari diketahui bahwa Danisa sebenarnya adalah orang yang ahli di bidang medis, semua orang langsung tercengang.
Penyamaran yang Danisa lakukan bukanlah tanpa sebab~
IG: @alana.alisha
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon alana alisha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7: Di Ringkus Polisi
Seorang mahasiswa bernama Sally datang tergopoh-gopoh memasuki kelas. Di dalam sana para mahasiswa sibuk dengan kegiatan masing-masing. Bel belum berbunyi, pertanda kegiatan belajar-mengajar belum di mulai.
“Hallo hallooo hallooo…” Sally menyapa teman-temannya di depan kelas. Ia mengambil roll panjang dan diketuk-ketukkan ke papan tulis.
“Halloooww” Lanjutnya lagi.
“Guyss… Ada info baru nih!” Seru Sally. Kini semua perhatian tertuju padanya. Teman-teman saling berbisik ada apa sebenarnya. Apa yang ingin teman sekelas nya itu sampaikan.
“Kita punya teman baru. Siswa pindahan! Namanya Danisa Maria Anna!” Seru Sally lagi. wajah nya tampak berbinar setelah berhasil menyampaikan berita yang menurutnya fantastis.
“Danisa Maria Anna? Bukannya Danisa itu orang yang berasal dari pedesaan ya? Dia kan bisu!” Celetuk salah satu dari mereka. Semua pandangan kiri mengarah padanya.
“Aku tau siapa dia. Danisa itu terkenal di kampungnya. Satu kampung membicarakan dia” Tambahnya lagi.
“O iya bener… Aku juga pernah dengar tentang Danisa ini. Pokoknya ga banget deh! Apa benar dia mau bersekolah di sini? Huh… males banget satu kelas bareng dia! Ntar kelas ini jadi ga hits lagi!” Komentar salah satu teman lainnya memasang wajah sinis tidak senang.
“Ha? Benar begitu?! Yang mana sih orangnya. Jadi penasaran!” Kegaduhan mulai terdengar.
“Pokoknya Danisa itu ga ada bagus-bagusnya!” Orang lain menambahkan dengan wajah tak kalah sinis lagi merendahkan.
Tap Tap Tap
Seseorang menuju memasuki kelas ketika yang lain tengah berdiskusi membicarakan gadis bernama Danisa Maria Anna. Langkah kaki yang terdengar santai itu melangkah pasti. Ia mencapai pintu masuk.
Tap Tap Tap
“Eh eh siapa tuh?” Seorang laki-laki menunjuk ke arah wanita yang memasuki kelas dengan anggun. Kelas hening seketika. Kelas seperti dimasuki oleh hawa seorang malaikat.
“Woaaa cantik sekali!” Lirih beberapa orang dari mereka.
“Dia siapa?”
“Apa dia anak yang baru saja dibicarakan?”
“Ck ck.. Cantiiiknya… Sempurna!” Laki-laki yang berada di dalam kelas terpana. Mata mereka tak berkedip. Wanita yang masuk ke dalam kelas benar-benar berbeda.
“Lah! Itu bukannya si Danisa?” Seorang wanita mengeraskan suaranya tak suka. Para wanita yang mendengar kecantikan Danisa di puja puji oleh teman laki-laki sekelas merasa tidak senang. Mereka cemburu.
“Halah! Orang udik aja! Dasar anak kampung! Kalian jangan berlebihan!!" Teman wanita lainnya mulai mengejek kasar.
“Cewek bisu! Huuuuu” Teriak yang lainnya seperti tak ada habisnya.
“Jangan bilang gitu! Dia cantik kok!” Sergah teman laki-laki yang semakin membuat kaum Hawa merasa jengkel.
Danisa sendiri berdiam diri dan hanya berdiri di depan kelas menyaksikan pergaduhan seperti menonton sebuah pertunjukkan drama dengan ekspresi datar. Ia mensedekapkan tangannya.
Namun keributan seketika berubah ketika seorang professor tampan masuk ke dalam kelas. Beliau mengangkat sebelah tangan untuk menenangkan para siswa. Professor berwajah serius ini selalu berhasil membuat kelas menjadi tenang. Tidak ada senyum ramah yang tersemat di sana.
“Kamu anak baru?” Tanya Professor menoleh ke arah Danisa yang masih berdiri santai.
“Silahkan temukan meja dan kursi yang kosong! Duduklah!” Lanjut professor menunjukkan ke arah meja-meja dan kursi yang ada di hadapan mereka. Danisa mengangguk lalu mengikuti apa yang beliau instruksikan.
Sesaat setelah duduk, Danisa merasakan handphone-nya bergetar. Terdapat dua pesan. Kening gadis cantik itu mengerut sempurna melihat pesan yang tersemat di sana.
Ayah mu kembali hari ini. Beliau mengajakmu makan siang. Bunyi salah satu pesan dari nomor yang tidak dikenal. Nomor asing. Danisa mulai membuka salah satu pesan lainnya.
Danisa, hari ini datang seorang mahasiswa baru. Coba nanti kamu cari di ruang guru atau menelpon-nya. By: Prof. Daniel. Ternyata pesan kedua dikirim oleh professor yang baru saja masuk ke dalam kelas. Danisa langsung mendongakkan kepalanya lalu mengetik pesan balasan.
Prof, please jangan berbicara dan mengatakan apa-pun pada mereka. Ketik Danisa, ia melihat professor yang masih menatapnya. Gadis itu mengisyaratkan agar beliau tutup mulut. Professor Daniel adalah salah satu orang yang mengetahui kehebatan dan prestasi yang Danisa miliki. Beliau sendiri terkagum-kagum akan bakat gadis tersebut.
Wajah memelas Danisa membuat Profesor Daniel menanggapi permintaan gadis itu dengan senyuman. Para siswi yang melihat beliau tersenyum terkejut bahagia, profesor dengan penampilan tampan namun serius itu hampir tidak pernah terlihat tersenyum apalagi tertawa. Mereka mengira bahwa senyuman yang beliau sematkan dialamatkan pada mereka. Teman-teman sekelas Danisa jadi ke-semsem dan berbunga bahagia.
***
Siang hari. Matahari menyengat begitu terik. Mungkin 34-36 derajat celcius. Udara benar-benar panas. Danisa mengusap peluh yang sedikit bermunculan di keningnya menggunakan sebuah tissue. Gadis ini beranjak dari duduknya setelah menyelesaikan pelajaran dari dua professor. Ia berniat menuju kantin. Rasa lapar menuntut tubuhnya untuk mengisi makanan ke perut.
Suasana kantin tampak ramai. Hampir 60 persen dari jumlah siswa mengunjungi tempat tersebut. Mata Danisa mengedar ke sekeliling. Ia menemukan bangku kosong dan meletakkan makanan yang sudah dibelinya. Roti abon Tuna dengan ukuran sedang dan kopi susu. Menu sarapan yang dirapel dengan makan siang adalah favorit nya.
Danisa tengah menyantap makanan ketika tiba-tiba Devan datang menghampirinya. Kehadiran orang yang telah menjadi tunangannya tersebut membuat ia terenyak. Devan mengambil tempat di depan Danisa.
“Kapan kamu akan ikut ujian?” Tanya Devan seduktif. Ia memperhatikan gaya makan Danisa yang blepotan. Lalu berinisiatif mengambil tissue dan mengusap sisa-sisa abon yang berada di sekitar mulut. Gadis ini mematung menerima perlakuan manis yang tiba-tiba Devan lakukan.
“Hmh.. kapan ujiannya dilaksanakan?” Tanya Devan lagi membuyarkan lamunan Danisa. Gadis ini mengetikkan sesuatu di handpone-nya lalu menunjukkan ketikan tersebut pada Devan.
Mungkin 2 minggu ke depan. Ketik Danisa ala kadarnya. Devan mengangguk-angguk. Mereka terlibat obrolan ringan mengunakan media handphone. Baru setelahnya Devan pamit sebab Danisa masih punya satu mata pelajaran tambahan.
***
Seperti biasa, Danisa berjalan kaki untuk menyetop taksi. Sepulang sekolah, Ia ingin kembali ke apartemen. Gadis ini mengusap peluh yang ada di keningnya. Udara lumayan panas.
Ciiiiitttt.
Tiba-tiba terlihat sebuah mobil mengerem tepat di sampingnya. Dua orang petugas kepolisian mencegatnya.
"Kami menerima laporan bahwa kamu telah melakukan penganiayaan terhadap seorang gadis tadi malam! " Ucap salah seorang petugas oknum. Mereka memaksa Danisa untuk ikut ke kantor polisi. Gadis ini sedikit meronta, terkejut karena tiba-tiba di ringkus dan dimasukkan ke dalam mobil. Mobil tersebut melaju membawa Danisa pergi.
Di sisi lain, Jihan berjalan tergesa-gesa. Wajahnya menaruh sebuah harapan. Penampilan necis khas wanita bangsawan ia kenakan sebagai tema menemui orang yang ia sebut kekasih.
Tap Tap Tap.
Baru seperempat jalan, Jihan sudah melihat batang hidung Devan. Ia mencegat pemuda itu dengan memegang lengannya ketika Devan hendak masuk ke dalam gedung kantornya.
“Dev… Tunggu!” Pinta Jihan. Devan melihat cengkraman tangan Jihan di lengannya. Ia pun melepaskan tautan tangan tersebut.
“Dev… Sebentar!” Panggil Jihan lagi namun Devan terus saja melangkah dan mengabaikannya.
“Dev,, kamu akan menyesal kalau terus mengabaikanku!” Jihan tidak menyerah. Ia juga terus mengejar Devan.
“Taukah kamu kalau Danisa ditangkap polisi?!” Teriak Jihan. Kalimat ini sukses menghentikan gerak langkah Devan. Seketika laki-laki tersebut menoleh.
“Danisa ditangkap polisi?!” Tanya Devan mengerutkan keningnya.
“Ya.. Dia ditangkap oleh polisi karena memukul orang!” Ucap Jihan tersenyum culas. Devan terenyak mengetahui hal ini. Baru saja ia dan Danisa mengobrol, kini wanita tersebut telah diringkus.
***
Hi Teman-Teman, Yuk dukung terus karya Alana dengan cara LIKE KOMEN VOTE, berikan HADIAHnya. Terima Kasih ^^ Jazakumullah Khairal Jaza' ❤
IG @alana.alisha
***