Gracia Natahania seorang gadis cantik berusia 17 tahun memiliki tinggi badan 160cm, berkulit putih, berambut hitam lurus sepinggang. Lahir dalam keluarga sederhana di sebuah desa yang asri jauh dari keramaian kota. Bertekad untuk bisa membahagiakan kedua orang tua dan kedua orang adiknya. Karena itu segala daya upaya ia lakukan untuk bisa mewujudkan mimpinya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rachel Imelda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Baik Banget Sih Neng...
"Ah kakak gak peka banget jadi orang. Kak Juna itu kayaknya suka deh sama kak Cia" kata Rina lagi.
"Udah gak usah ngawur ngomongnya. Mana Ada orang sekeren dan sekaya dia bisa suka sama kakak yang miskin dan kampungan ini? Gak mungkinlah Rin" Cia menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Udah kerja aja yang serius biar bisa segera beres" kata Ibu Marni.
"Siap Ibuku" kata Cia dan Rina bersamaan. Akhirnya mereka pun bekerja dengan serius tanpa suara.
Sedangkan di halaman depan Juna sedang duduk santai di bale-bale di bawah Pohon Mangga. "Seger banget udaranya. Gak kayak di kota" Kata Juna sambil menghirup dalam-dalam udara yang bertiup sepoi-sepoi.
Tiba-tiba terdengar bunyi sepeda motor yang mendekat ke arahnya. Juna memalingkan wajahnya melihat ke arah suara motor itu dan ternyata yang datang adalah Mang Tejo.
"Mang Tejo..." kata Juna.
"Iya Mas, ini saya anterin Ponsel Mas sama baju dan perlengkapan lainnya" kata Man Tejo.
"Oh Iya Mang, Makasih ya. Bisa minta tolong bawa tas saya ke dalam rumah" kata Juna.
"Baiklah Mas, saya taro di ruang tamu aja yah" kata Mamang lagi.
"Iya Mang, Makasih".
Lalu Mang Tejo membawa tas ranselnya Juna ke dalam rumah Ayah Beny. Setelah itu Mang Tejo pun pamit pulang.
"Mas, saya langsung pulang ya. Semoga Mas Juna segera pulih. Kasian tujuan mau refreshing malah terluka kayak gini" kata Mang Tejo.
"Yah namanya musibah gak ada yang yang tau Mang. Jadi jalani aja dengan ucapan syukur" kata Juna lagi.
Setelah itu Mang Tejo pun pulang kembali ke rumah Pak Lurah.
Juna pun meraih ponselnya dan memeriksa apakah ada yang menghubunginya. Ternyata banyak sekali panggilan telp dan Chat yang masuk di ponselnya. Dari Pak Lurah dan isterinya beberapa kali menelponnya. Ada juga dari Maminya. Ketika Juna sedang asyik melihat ponselnya tiba-tiba ada seseorang yang datang menghampirinya.
"Hai Mas...sendirian aja?" Tanya seseorang itu.
"Eh...iya lagi sendirian aja" jawab Juna.
"Boleh saya temani gak?" kata seseorang itu dengan gaya centil.
"Eh makasih Mbak, tapi kebetulan saya memang lagi pengen sendiri" jawab Juna merasa risih dengan kehadiran seseorang itu.
"Ih Masnya kok gitu sih, saya kan berniat baik. Kok gak boleh?" kata seseorang itu lagi.
"Sekali lagi makasih untuk niat baiknya. Tapi saat ini saya benar-benar lagi pengen sendiri" kata Juna berusaha menolak dengan keinginan seseorang itu.
"Eh Wulan, ada apa?" tiba-tiba Cia muncul dari dalam rumah.
"Gak ada apa-apa, aku cuma mau nemenin Mas ini duduk disini" kata Seseorang itu yang ternyata adalah Wulan tetangganya Cia.
"Oh gitu. Kalo mau nemenin kok malah berdiri di situ, kenapa gak duduk aja" kata Cia lagi.
"Tapi aku lagi gak mau ditemenin" kata Juna. Cia menatap heran pada Juna.
"Kenapa? kan enak kalo ada yang temenin" tanya Cia.
"Gak kenapa-kenapa. Lagi pengen sendiri aja" kata Juna dan hal itu membuat Wulan kesal.
Wulan langsung memutar tubuhnya dan berjalan meninggalkan Juna dan Cia.
"Ya udah Mas, aku maunya pergi jualan dulu yah" kata Cia lalu berjalan meninggalkan Juna sambil menenteng keranjang kuenya.
"Hati-hati yah. Semoga kuenya laris" kata Juna.
"Amin. Makasih ya Mas" jawab Cia lalu melanjutkan perjalanannya. Pandangan mata Juna mengikuti kemana Cia pergi.
"Dia seorang wanita tangguh" batin Juna.
"Gimana Nak, seger ya duduk di sini?" Tanya Ayah Beny.
"Iya Pak, enak banget udaranya. Sejuk, segar. Gak ada polusi kayak di kota" jawab Juna.
"Disini kan belom banyak yang punya kendaraan bermotor Nak, makanya udaranya belom tercemar. Dan juga keuntungannya adalah disini masih banyak pohon-pohon besar" kata Ayah Beny lagi.
"Iya Pak. Jadi betah saya disini. hehehe" kata Juna. "Apa luka saya masih lama sembuhnya?" Tanya Juna lagi.
"Gak kok paling 1 atau dua hari juga udah bagus lagi" Kata Ayah Beny.
"Bapak mau gak kalo kerja sama dengan Rumah Sakit. Kalo misalkan ada pasien yang membutuhkan obat bapak, baru bapak akan racik obatnya dan diberikan ke Rumah sakit. Nanti bapak dapat bayaran. Gimana? Bapak tertarik gak?" Tanya Juna.
"Emangnya bisa kayak gitu Nak? Bukannya Rumah Sakit sudah punya apotik sendiri. Dan semua obat-obatnya juga sudah tersedia?" tanya Ayah Beny.
"Kalo Bapak mau bisa saya atur. Kebetulan saya punya kenalan dokter. Beliau pasti senang kalo bapak mau kerja sama dengan beliau" kata Juna.
Menurut Juna Talenta atau keahlian dari Ayah Beny ini sangat layak untuk dihargai.
*******
"Kue...kue...." Cia masih terus menjajakan kue-kuenya. Sampai di suatu tempat dimana terdapat sebuah warung kopi. Ada bapak-bapak yang nongkrong sambil minum kopi.
"Neng Cia...kuenya dong" kata salah satu bapak-bapak yang duduk disitu.
Cia menghampiri bapak-bapak itu dan menurunkan keranjang kuenya. "Mau kue apa Pak? Silahkan. Kuenya udah tinggal dikit lagi nih. Mau diborong semua yah Pak?" Tanya Cia.
"Mana sini bapak liat". Lalu Bapak-bapak itu melihat kue apa aja yang ada. "Bapak beli 10 ribu aja Neng. Nih duitnya" Kata Bapak-bapak itu.
"Masih ada 5 biji ini gak sekalian aja Pak?" Tanya Cia.
"Yah Neng, duit bapak cuma 10 ribu ini" jawab Bapak itu. Cia lalu membungkus semua kue yang ada itu dan diberikan kepada Bapak itu. "Ini Pak" kata Cia.
"Eh Neng kelebihan itu" kata Bapak itu. "Udah gak papa Buat bapak aja" kata Cia lalu membereskan keranjangnya yang sudah kosong.
"Wah makasih ya Neng. Semoga semakin banyak rezekimu dari Tuhan" Kata Bapak itu.
"Amin. Saya pamit yah Pak" Kata Cia.
"Iya Neng. Makasih". Lalu Cia pun pergi meninggalkan bapak-bapak itu.
"Baik banget si Neng. Apa dia gak rugi dikasih gratis kayak gitu" kata bapak yang lainnya.
"Neng Cia memang suka gitu. Dia suka sekali memberi, padahal hidupnya dan hidup keluarganya aja pas-pasan" kata Ibu-ibu pemilik warung kopi itu.
"Itulah makanya mereka walaupun miskin tapi cuma mereka aja yang gak punya hutang sama Juragan Darmo. Dan Juragan Darmo gak bisa ngapa-ngapain mereka" katanya lagi.
"Iya lho saya salut sama Pak Beny, harusnya setiap orang yang datang berobat ke dia itu harus bayar kan? tapi Pak Beny gak minta bayaran sama sekali. Katanya dia murni mau menolong saja". Padahal kalo minta bayaran dari setiap orang yang datang hidup mereka gak miskin kayak gitu.
Ya Ayah Beny selama ini selalu menolong orang sakit yang datang ke rumahnya tanpa bayaran sama sekali. Jadi biaya hidup mereka itu cuma dari hasil penjualan kue sama penjualan hasil kebun saja.
Bersambung...
Jangan lupa tinggalkan jejaknya yah. Makasih.