Menurut Kalian apa itu Cinta? apakah kasih sayang antara manusia? atau suatu perasaan yang sangat besar sehingga tidak bisa di ucapkan dengan kata-kata?.
Tapi menurut "Dia" Cinta itu suatu perasaan yang berjalan searah dengan Logika, karena tidak semua cinta harus di tunjukan dengan kata-kata, tetapi dengan Menatap teduh Matanya, Memegang tangannya dan bertindak sesuai dengan makna cinta sesungguh nya yang berjalan ke arah yang benar dan Realistis, karena menurutnya Jika kamu mencinta kekasih mu maka "jagalah dia seperti harta berharga, lindungi dia bukan merusaknya".
maka di Novel akan menceritakan bagaimana "Dia" akan membuktikan apa itu cinta versi dirinya, yang di kemas dalam diam penuh plot twist.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SNFLWR17, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mereka pacaran?
Alena dan Dewi yang sedang berjalan menuju kantin, tiba-tiba Nadia datang dan berjalan beriringan bersama Alena dan Dewi.
"Hai, boleh gue gabung enggak?" tanya Nadia sambil tersenyum ke arah mereka berdua.
"Boleh," jawab Alena.
Sedangkan Dewi hanya bodoh amat saja.
"Terima kasih."
Akhirnya mereka bertiga berjalan menuju kantin. Saat sampai di kantin, mereka langsung mencari meja kosong dan berjalan ke arah yang mereka temukan.
"Oke, mau makan apa nih? Dan buat lo Alena, hati-hati lagi, jangan sampai kayak kemarin," peringat Dewi soal kejadian kemarin yang hampir membuat Alena masuk rumah sakit.
"Iya-iya, bestie ku," jawab Alena sambil bersandar ke bahunya Dewi.
"Ohw iya, Nadia, lo kenapa pindah?" ujar Alena yang sudah duduk seperti semula sambil melihat ke arah Nadia yang duduk di depan mereka.
"Orang tua gue pindah kerja di daerah sini, makanya gue juga pindah," jelas Nadia.
Sedangkan Alena hanya menganggukkan kepala saja, dan Dewi hanya nyimak tanpa masuk ke obrolan Alena dan Nadia.
•Skip
Saat mereka bertiga sedang menikmati makanan, tiba-tiba Jevan datang ke arah mereka.
"Hai, bidadarinya Jevan," ucap Jevan yang sudah berdiri di samping Nadia, dan mengambil tempat duduk yang kosong.
"Aiss..! Orang gila ini lagi," kata Dewi yang sangat malas melihat kedatangan Jevan.
"Buset, tega bener kata-kata lo. Orang tampan kek gue malah dibilang orang gila."
"Lo ngerasa?" ujar Dewi.
"Enggak," jawab Jevan enteng. Setelah itu, dia baru menyadari bahwa ada orang asing di sampingnya.
"Eits, siapa ini? Bidadari baru, ka?" Jevan menatap intens ke arah Nadia, sedangkan Nadia hanya memalingkan wajahnya.
"Jevan, kayaknya lo diam aja, gue malas dengar kata-kata lo itu." Percayalah, Dewi saat ini ingin rasanya menyumbat mulut Jevan dengan sambal di depannya ini.
"Oh, oke, gue diam."
Setelah berkata begitu, Jevan langsung mengambil ponselnya. Entah apa yang dia lakukan saking fokusnya dengan ponsel.
"Oh iya, Len, ngomong-ngomong, pacar lo siapa, sih?" tanya Dewi penasaran, karena dari awal mereka bersahabat sampai sekarang dia tidak tahu siapa pacarnya Alena.
"Emangnya kenapa?" Bukannya menjawab, Alena malah bertanya balik.
"Ya, enggak kenapa-napa, sih, gue cuman penasaran aja. Jevan, lo tahu sesuatu enggak?"
Jevan yang ditanya hanya melirik sebentar tanpa menjawabnya.
"Sialan emang. Ayo dong, Len, inisialnya aja deh," ujar Dewi.
"Enggak, malas gue. Nanti ada waktunya kalian tahu," balas Alena santai.
Dewi hanya pasrah saja, padahal dia sangat penasaran banget, siapa pacarnya Alena yang setahu dia pacarnya sama-sama bersekolah di sini. Tapi, pertanyaannya: siapa dia?
"Len, boleh sebentar gue minta bantu enggak? Kalo enggak bisa juga tidak apa-apa," Nadia menatap Alena dengan harap.
"Emang bantu apa? Kalo bisa gue bantu, bakal gue bantu, kok," jawab Alena dengan senyum.
"Oh, terima kasih. Nanti habis ini baru gue bilang," ujar Nadia.
"Astaga, gue lupa sesuatu. Len, lo tahu enggak mobil yang punya mobil di parkiran itu? Kelihatan masih baru?" ucap Dewi yang membuat Alena tersentak kecil.
"Oh, yang warna navy, bukan? Kalo iya, berarti itu mobil yang gue bawa tadi," jawab Alena santai.
"Haa? Emang lo beli baru tuh mobil?" Karena setahu Dewi, Alena tidak punya mobil sendiri, walaupun di rumahnya ada mobil, tapi itu milik kakanya dan kedua orang tua Alena.
"Enggak, dipinjamkan pacar gue."
"Buset, dipinjamkan masih baru lagi. Emang enggak takut kegores?"
"Yaa, hati-hati aja, jangan sampai kegores tuh mobil."
Tiba-tiba,
"Nih, ketinggalan," ucap seseorang yang meletakkan gantungan berbentuk boneka berbulu dengan wajah agak aneh.
Alena yang melihat gantungan itu langsung mengambilnya.
"Astaga, gue enggak sadar kalo gantungan hilang," ujar Alena sambil melihat gantungan itu. Setelah itu, Alena melihat ke orang yang sudah memberikan gantungan tersebut.
"Jatuh di mobil, makanya gue balikin," ujar Kenzo melihat tatapan tanda tanya dari Alena.
"Oh, oke, terima kasih."
"Hmmm," balas Kenzo dengan deheman saja.
"Eitss, tunggu dulu, kok gue curiga ya sama kalian berdua," ucap Dewi sambil melihat secara bergantian antara Alena dan Kenzo dengan mata memicing curiga.
Sedangkan mereka berdua hanya diam saja tanpa menjelaskan sesuatu.
"Fix, ini kalian berdua kan yang pacaran? Ngaku, enggak, kalian!!!" tunjuk Dewi tepat ke wajah Kenzo.
Kenzo memegang jarinya Dewi langsung menyingkirkan dari hadapannya.
Sedangkan Nadia menatap dengan tatapan penuh arti ke arah Alena, seakan-akan dia mengetahui sesuatu.
"Kalo gue bilang iya, emangnya kenapa? Dan kalo gue bilang tidak, juga kenapa?" Alena yang bersuara sambil menatap malas ke Dewi.
"Fixx, ini mah," yakin Dewi dengan apa yang dia putuskan bahwa Alena dan Kenzo pacaran.
Sedangkan Kenzo hanya menatap malas ke perempuan berambut panjang ini.
"Nih, minum dulu," Kenzo menyodorkan air putih ke Alena, yang semakin membuat Dewi yakin dengan pemikirannya.
Alena langsung menerima air yang diberikan Kenzo.
"Jev, menurut lo gimana? Mereka berdua pacaran, kan?" tanya Dewi ke Jevan yang masih sibuk dengan ponselnya.
Sedangkan Jevan yang mendapatkan pertanyaan itu langsung menoleh ke arah Dewi dan langsung menatap secara bergantian ke Alena dan Kenzo.
"Entahlah," jawab singkat Jevan. Habis itu, dia kembali melihat ke ponselnya lagi.
Dewi yang melihat itu hanya menarik napas sabar.
"Gue yakin sih kalo kalian pacaran, tapi ya sudahlah, gue bodoh amat."
"Iyain aja biar cepat," Alena juga lelah menghadapi kekepoannya Dewi.
"Bidadarinya Jevan, saat ini pangeran mau undur diri dulu ya! Biasa, orang sibuk," ungkap Jevan yang sudah berdiri dari duduknya dan mengedipkan sebelah matanya.
Nadia yang melihat tingkah Jevan hanya senyum terpaksa.
"Pergi aja sana, sekalian enggak usah datang lagi," kata Dewi yang mengusir Jevan agar pergi secepatnya.
"Dewi, jangan gitu lah," Alena yang sedikit kasihan dengan Jevan yang selalu terima makian dari Dewi, padahal tingkahnya Jevan yang menurut Dewi sangat menguji kesabaran.
Beberapa menit kemudian, mereka selesai dan sudah berada di lapangan, karena di jam ini kelas Jevan bertanding dan dia pamit tadi kayaknya untuk siap-siap, karena hari ini dia bermain basket mewakili jurusannya, yaitu IPS, dan dia salah satu perwakilan kelasnya yang menjadi anggota basket tersebut.
"Busett, aura si monyet langsung berubah, cuy," Dewi kaget melihat sisi lain dari Jevan dengan mode seriusnya.
"Btw, si Jevan udah punya pacar belum?" Bukan Dewi, melainkan Nadia yang bertanya.
"Si monyet itu punya pacar? Enggak ada yang minat sama tuh orang," ungkap Dewi yang emang dasarnya tidak suka dengan Jevan.
"Oh, kalo gitu belum ada ya? Kalo belum ada, gue mau deketin," Nadia menatap minat ke arah Jevan yang sedang pemanasan.
"Waahh, bisa ya? Lo kepincut sama manusia modelan monyet itu?" Dewi menatap heran sama Nadia yang terlihat menyukai Jevan.
"Bisa dong. Btw, Dewi, lo jangan terlalu benci sama dia, soalnya benci sama cinta beda tipis, tau," ucap Nadia sambil terkekeh, melihat Dewi yang membuat gestur pura-pura muntah.
"Amit-amit gue mah," Dewi terlihat merinding akibat perkataannya Nadia.
"Ya, gue kan cuman mengingatkan aja, tapi kalo terjadi, lo jangan nikung gue ya, walaupun gue baru jadi siswa baru di sini, tapi soal ini gue enggak main-main," ujar Nadia serius, sambil melirik ke arah Alena.
Sedangkan Alena hanya menatap heran tidak mengerti maksud dari tatapan itu.
Lain halnya dengan Kenzo yang hanya memperhatikan wajah Alena tanpa kedip. Entah apa yang dipikirkannya sampai melihat Alena sampai segitunya.
🌻🌻🌻🌻🌻